JANGAN DEKATI ZINA


JANGAN DEKATI ZINA
Oleh : Imam Ibnu Qayyim Al-jauziyah

Bahaya Zina

Melihat bahwa bahaya yang ditimbulkan oleh praktek zina merupakan bahaya
yang tergolong besar, dan praktek tersebut juga bertentangan dengan aturan
universal yang diberlakukan untuk menjaga kejelasan nasab keturunan, menjaga
kesucian dan kehormatan diri, juga mewaspadai hal-hal yang menimbulkan
permusuhan serta perasaan benci di antara manusia disebabkan pengrusakan
terhadap kehormatan isteri, putri, saudara perempuan dan ibu mereka. Dan ini
jelas akan merusak tatanan kehidupan. Melihat hal itu semua, pantaslah bahaya
praktek zina itu sama dengan praktek pembunuhan. Oleh karena
itu, Allah menggandeng keduanya di dalam Al-Qur'an dan juga Rasulullah
dalam keterangan hadits beliau. Al-Imam Ahmad berkata:

"Aku tidak mengetahui sebuah dosa -setelah dosa membunuh jiwa- yang lebih besar dari dosa zina." (Al Hadits)

Dan Allah menegaskan pengharamannya dalam firmanNya:


“Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),
(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan Dia akan kekal dalam azab itu, dalam Keadaan terhina,
Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Furqon : 68 – 70)


Dalam ayat tersebut, Allah menggandengkan zina dengan syirik dan membunuh jiwa, dan vonis hukumannya adalah kekal dalam adzab berat yang berlipat ganda, selama pelakunya tidak menetralisir hal tersebut dengan cara bertaubat, beriman dan beramal shalih. Allah berfirman:


"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji (fahisyah) dan suatu jalan yang buruk." (QS Al-Isra': 32).

Di sini Allah menjelaskan tentang kejinya praktek zina dan kata "fahisyah"
maknanya adalah perbuatan keji atau kotor yang sudah mencapai tingkat yang
tinggi dan dapat diakui kekejiannya oleh setiap orang berakal bahkan oleh
sebagian banyak binatang, sebagaimana disebutkan oleh Al-Bukhari dalam
Shahih-nya dari Amr bin Maimun Al-Audi, dia berkata: "Aku pernah melihat -pada
masa jahiliyah- seekor kera jantan yang berzina dengan seekor kera betina. Lalu
datanglah kawanan kera mengerumuni mereka berdua dan melempari keduanya
sampai mati."

Kemudian Allah juga memberitahukan bahwa praktek zina adalah seburuk-buruk
jalan; karena merupakan jalan kebinasaan, kehancuran dan kehinaan di
dunia, dan siksaan serta azab yang berat di akhirat nanti.

Allah juga menggantungkan keberuntungan seorang hamba pada
kemampuannya dalam menjaga "kehormatan"nya. Tak ada jalan menuju
keberuntungan tanpa menjaga "kehormatan". Allah berfirman:

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat,dan orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap isteri-isteri mereka…” (QS. Al-Mukminun: 1-7).

Dalam ayat-ayat ini ada tiga hal yang diungkapkan, yaitu, pertama, bahwa orang
yang tidak menjaga kemaluannya, tidak akan termasuk orang yang beruntung,
kedua , dia akan termasuk orang yang tercela, dan ketiga, dia termasuk orang
yang melampaui batas. Jadi, dia tidak akan mendapat keberuntungan, serta
berhak mendapat predikat "melampaui batas' dan jatuh pada tindakan yang
membuatnya tercela, padahal beratnya beban dalam menahan syahwat itu, lebih
ringan ketimbang menanggung sebagian akibat yang disebutkan tadi.
Selain itu pula, Allah telah menyindir manusia yang selalu berkeluh kesah,
tidak sabar dan tidak mampu mengendalikan diri saat mendapatkan
kebahagiaan, demikian pula kesusahan. Bila mendapat kebahagiaan, dia menjadi kikir, tak mau memberi, dan bila mendapat kesusahan, dia banyak mengeluh. Begitulah sifat umum manusia, kecuali orang-orang yang memang dikecualikan dari hambaNya, yang diantaranya adalah mereka yang disebut di dalam firmanNya: 

"Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri
Mereka…..." (QS Al-Ma'arij: 29-31).

Oleh karenanya, Allah memerintahkan Rasulullah untuk memerintahkan
orang-orang mukmin agar menjaga pandangan dan kemaluan mereka, juga
diberitahukan kepada mereka bahwa Allah selalu menyaksikan dan mengawasi segala gerak gerik dan amal perbuatan mereka.

"Dia (Allah) mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati." (QS Ghafir: 19).

Dan karena ujung pangkal dari perbuatan zina yang keji ini dari pandangan mata, maka Allah lebih mendahulukan perintah untuk memalingkan pandangan mata sebelum perintah untuk menjaga kemaluan, karena banyak musibah besar yang asal muasalnya adalah dari pandangan; seperti kobaran api yang besar asalnya adalah percikan api yang kecil. Mulanya hanya pandangan, kemudian khayalan,kemudian langkah nyata, kemudian terjadilah musibah yang merupakan kesalahan besar berzina.

Empat Pintu Masuk Maksiat dan Zina Pada Manusia

Sebagian besar maksiat dan zina itu terjadi pada seorang hamba melalui empat pintu yang akan kita bahas dibawah ini. Oleh karenanya, ada yang mengatakan, bahwa barangsiapa yang bisa menjaga empat pintu ini maka berarti dia telah menyelamatkan dirinya dan agamanya. Sekarang, marilah kita ikuti pembahasan tentang empat pintu tersebut di bawah ini:

1. Al-Lahazhat         = pandangan pertama, tatapan, lirikan. Yang satu ini bisa dikatakan sebagai 'provokator' syahwat atau 'utusan' syahwat. Oleh karenanya, menjaga pandangan merupakan pokok dalam usaha menjaga kemaluan. maka barangsiapa yang melepaskan pandangannya tanpa kendali, niscaya dia akan menjerumuskan dirinya sendiri pada jurang kebinasaan.

Rasulullah bersabda:
"Jika kamu tidak sengaja memandang atau melihat maka palingkanlah pandangan mu dan janganlah kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (kedua). Pandangan (pertama)itu boleh jadi tidak sengaja,dan jangan dikuti dengan pandangan kedua karena itu penyebab dosa"

Dan di dalam Musnad Imam Ahmad, diriwayatkan dari Rasulullah :

"Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barangsiapa
yang memalingkan pandangannya dari seorang wanita,atau laki-laki dan ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari Kiamat."

Beliau juga bersabda:

"Palingkanlah pandangan kalian dan jagalah kemaluan kalian."

Dalam hadits lain beliau bersabda:
"Janganlah kalian duduk-duduk di (tepi-tepi) jalan." Mereka berkata: "Ya Rasulullah, tempat-tempat duduk kami pasti di tepi jalan." Beliau bersabda: "Jika kalian memang harus melakukannya, maka hendaklah memberikan hak jalan itu." Mereka bertanya: "Apa hak jalan itu?" Jawab beliau: "Memalingkan pandangan (dari hal yang dilarang Allah, pent), menyingkirkan gangguan dan menjawab salam."

Pandangan adalah asal muasal seluruh musibah yang menimpa manusia. Sebab, pandangan itu akan melahirkan lintasan dalam benak, kemudian lintasan itu akan melahirkan pikiran, dan pikiran itulah yang melahirkan syahwat, dan dari
syahwat itu timbullah keinginan. Kemudian keinginan ini menjadi kuat dan
berubah menjadi niat yang bulat. Akhirnya, apa yang tadinya hanya melintas
dalam pikiran menjadi kenyataan dan itu pasti akan terjadi selama tidak ada yang menghalanginya. Oleh karenanya, dikatakan oleh sebagian ahli hikmah, bahwa:

"Bersabar dalam menahan pandangan mata (bebannya) adalah lebih ringan
dibanding harus menanggung beban penderitaan yang ditimbulkannya."
Seorang penyair mengatakan:

Setiap kejadian musibah(praktek zina) itu bermula dari pandangan, seperti
kobaran api berasal dari percikan api yang kecil.
Betapa banyak pandangan yang berhasil menembus ke dalam hati
pemiliknya, seperti tembusnya anak panah yang di lepaskan dari busur dan
talinya. Seorang hamba, selama dia masih mempunyai kelopak mata yang dia
gunakan untuk memandang orang lain, maka dia berada pada posisi yang
membahayakan. (Dia memandang hal-hal yang) menyenangkan matanya tapi membahayakan jiwanya, maka janganlah kamu sambut kesenangan yang akan membawa malapetaka.


2. Al-Khatharat = pikiran yang melintas di benak (menghayalkan laki-laki atau wanita). "Al-Khatharat" (pikiran yang melintas di benak) maka urusannya lebih sulit. Di sinilah tempat dimulainya aktifitas, yang baik ataupun yang buruk. Dari sinilah lahirnya keinginan (untuk melakukan sesuatu) yang akhirnya berubah menjadi tekad yang bulat. Maka, barangsiapa yang mampu mengendalikan pikiran-pikiran yang melintas di benaknya, niscaya dia akan mampu mengendalikan diri dan menundukkan nafsunya. Namun, orang yang tidak bisa mengendalikan pikiran-pikirannya, maka hawa nafsunyalah yang berbalik menguasainya. Dan barangsiapa yang menganggap remeh pikiran-pikiran yang melintas di benaknya, maka tanpa dia inginkan, akan terseret pada kebinasaan. Pikiran-pikiran itu akan terus melintas di benak dan di dalam hati seseorang, sehingga akhirnya dia akan menjadi angan-angan tanpa makna (palsu).

"Laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang
yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu
apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan
kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat
perhitunganNya" (An-Nur: 39).

 3. Al-Lafazhat = Lidah dan ucapan (berkenalan - saling sebut nama - , ngobrol akhirnya saling merayu). Tentang Al-Lafazhat ini, maka menjaga hal yang satu ini adalah dengan cara mencegah keluarnya kata-kata atau ucapan yang tidak bermanfaat dan tidak bernilai dari lidah. Misalnya dengan tidak berbicara kecuali dalam hal yang diharapkan bisa memberikan keuntungan dan tambahan menyangkut masalah keagamaannya. Bila ingin berbicara, hendaklah seseorang melihat dulu; apakah ada manfaat dan keuntungannya atau tidak? Bila tidak ada  keuntungannya, dia tahan lidahnya untuk berbicara. Dan bila dimungkin kan ada keuntungannya, dia melihat lagi; apakah ada kata-kata yang lebih menguntungkan lagi dari kata-kata tersebut? Bila memang ada, dia tidak akan menyia-nyiakannya.

Kalau Anda ingin mengetahui apa yang ada dalam hati seseorang maka lihatlah
ucapan lidahnya. Ucapan itu akan menjelaskan kepada Anda apa yang ada dalam hati seseorang, dia suka ataupun tidak suka. Yahya bin Mu'adz berkata: Hati itu bagaikan panci yang sedang menggodok apa yang ada di dalamnya, dan lidah itu bagaikan gayungnya. Maka perhatikanlah seseorang saat dia berbicara, sebab lidah orang itu sedang menciduk untukmu apa yang ada di dalam hatinya, manis atau asam, tawar atau asin dan sebagainya. Ia menjelaskan kepada Anda bagaimana "rasa" hatinya, adalah apa yang dia keluarkan dari lidahnya. Artinya, sebagaimana Anda bisa mengetahui rasa apa yang ada dalam panci itu dengan cara mencicipi dengan lidah, maka begitu pula anda bisa mengetahui apa yang ada dalam hati seseorang dari lidahnya, Anda dapat merasakan apa yang ada dalam hatinya dari lidahnya, sebagaimana Anda juga mencicipi apa yang ada di dalam panci itu dengan lidah anda.

Nabi pernah ditanya tentang hal yang paling banyak memasukkan manusia ke
dalam Neraka, beliau menjawab: "Mulut dan kemaluan". At-Tirmidzi berkata:
"Hadits ini hasan shahih."

Sahabat Mu'adz bin Jabal pernah bertanya kepada Nabi tentang amal apa yang
dapat memasukkannya ke dalam Surga dan menjauhkannya dari api Neraka. Lalu. Nabi memberitahukan tentang pokok, tiang dan puncak yang paling tinggi dari amal tersebut, setelah itu beliau bersabda:

"Bagaimana kalau aku beritahu pada kalian inti dari semua itu?" Dia berkata: "Ya, Wahai Rasulullah". Lalu Nabi  memegang lidah beliau sendiri kemudian berkata: "Jagalah olehmu yang satu ini." Maka Mu'adz berkata: "Adakah kita bisa disiksa disebabkan apa yang kita ucapkan?" Beliau menjawab: "Ibumu kehilangan engkau  ya Mu'adz, tidakkah yang dapat menyungkurkan banyak manusia di atas wajah mereka (ke Neraka) kecuali hasil (ucapan) lidah-lidah mereka?" At-Tirmidzi berkata: "Hadits ini hasan shahih."
Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Hurairah dari Nabi :
"Sesungguhnya seorang hamba itu terkadang mengucapkan satu kalimat yang
termasuk dicintai oleh Allah, dia tidak terlalu perhatian dengan itu, namun ternyata Allah berkenan meninggikannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya seorang hamba itu terkadang mengucapkan satu kalimat yang termasuk dibenci Allah, dia tidak terlalu perhatian dengan itu, namun ternyata dengan kalimat itu dia masuk ke dalam Neraka Jahannam." Dalam riwayat Muslim: "Sesungguhnya seorang hamba itu mengucapkan satu kalimat yang tidak jelas apa yang dikandungnya, namun dia dapat menjatuhkannya ke dalam Neraka (yang jaraknya) lebih jauh dari jarak antara timur dan barat."

Dan dalam riwayat At-Tirmidzi dari hadits Bilal bin Al-Harits Al-Muzani dari Nabi:
"Sesungguhnya seorang dari kalian terkadang mengucapkan satu kalimat yang
dicintai oleh Allah, dia tidak menyangka (pahalanya) sampai seperti apa yang dia
dapatkan, namun ternyata dengan kalimat itu Allah memberikan kepadanya
keridhaanNya sampai hari dia menjumpaiNya kelak. Dan sesungguhnya seorang
dari kalian terkadang mengucapkan satu kalimat dari yang dimurkai oleh Allah, dia tidak menyangka (dosanya) sampai seperti apa yang dia dapatkan, namun ternyata Allah memberikan kepadanya kemurkaanNya sampai hari dia menjumpaiNya kelak."  

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Hurairah dari Nabi :
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah dia
mengatakan yang baik-baik atau diam saja."

Dalam lafazh Muslim disebutkan:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir -bila dia menyaksikan suatu perkara- maka hendaklah dia mengatakan yang baik-baik atau diam saja."

At-Tirmidzi menyebutkan dengan sanad yang shahih dari Nabi , bahwa beliau
bersabda:  "Termasuk (salah satu tanda) kebaikan Islam seseorang, yaitu (bila) dia meninggalkan apa-apa yang tidak berguna baginya."

Dan dari Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqafi, dia berkata:
"Aku berkata, 'Ya Rasulullah, katakanlah kepadaku dalam Islam ini suatu kalimat yang aku tidak akan menanyakannya pada seorang pun setelah engkau'. Nabi menjawab, 'Katakanlah, Aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqamahlah engkau'. Aku bertanya, 'Ya Rasulullah, apa yang paling engkau khawatirkan terhadapku?' Kemudian Nabi memegang lidah beliau sendiri lalu mengatakan, 'Ini' (maksudnya : lidah, pent)." Hadits ini shahih.

Anggota tubuh manusia yang paling mudah digerakkan adalah lidah, tapi dia juga yang paling berbahaya pada manusia itu sendiri. Allah  selalu mengawasi lidah manusia setiap kali dia berbicara:
"Tidak suatu ucapanpun yang diucapkan kecuali ada di dekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir (untuk mencatatnya)."  (QS Qaf: 18).
Bahaya Lidah

Pada lidah itu terdapat dua penyakit besar. Bila seseorang bisa selamat dari salah satu penyakit itu maka dia tidak bisa lepas dari penyakit yang satunya lagi, yaitu; penyakit berbicara dan penyakit diam. Dalam satu kondisi, bisa jadi salah satu dari keduanya akan mengakibatkan dosa yang lebih besar dari yang lain. Orang yang diam terhadap kebenaran adalah setan yang bisu, dia bermaksiat kepada Allah, serta bersikap riya' dan munafik bila dia tidak khawatir hal itu akan
menimpa dirinya. Begitu pula orang yang berbicara dengan kebatilan, adalah setan yang berbicara, dia bermaksiat kepada Allah. Kebanyakan orang sering keliru ketika berbicara dan ketika mengambil sikap diam. Mereka itu selalu berada di antara dua posisi ini.

Adapun orang-orang yang ada di tengah-tengah -yaitu mereka yang berada pada jalan yang lurus- sikap mereka adalah menahan lidah mereka dari ucapan yang batil dan membiarkannya berbicara dalam hal-hal yang dapat membawa manfaat pada mereka di akhirat. Sehingga Anda tidak akan melihat mereka mengucapkan kata-kata yang sia-sia tanpa manfaat, apa lagi sampai mengucapkan kata-kata yang akan membahayakan mereka di akhirat nanti. Sesungguhnya ada seorang hamba yang akan datang pada hari kiamat dengan pahala kebaikan sebesar gunung, namun dia dapati lidahnya sendiri telah menghilangkan pahala tersebut.

Dan ada pula yang datang dengan dosa-dosa sebesar gunung, namun dia dapati
lidahnya telah menghilangkan itu semua dengan banyaknya dzikir kepada Allah
dan apa yang berhubungan dengannya

4. Al-Khathawat = langkah nyata untuk sebuah perbuatan (mengadakan janji bertemu, kemudian pergi berdua, dan akhirnya melakukan hubungan zina).

Adapun tentang Al-Khathawat (langkah nyata untuk sebuah perbuatan), hal ini
bisa dicegah dengan tekad seorang hamba untuk tidak menggerakkan kakinya kecuali untuk perbuatan yang bisa diharapkan mendatangkan pahala-Nya, bila ternyata langkah kakinya itu tidak akan menambah pahala, maka mengurungkan langkah tersebut tentu lebih baik baginya. Dan sebenarnya bisa saja seseorang memperoleh pahala dari setiap perbuatan mubah yang dilakukannya dengan cara meniatkannya untuk Allah, dengan demikian maka seluruh langkahnya akan bernilai ibadah.

Ketergelinciran pada perbuatan salah itu ada dua macam; tergelincir kaki dan
tergelincir lidah. Oleh karenanya dua macam ketergelinciran ini digandengkan oleh Allah dalam firmanNya:

"Dan hamba-hamba Ar-Rahman, yaitu mereka yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." (QS Al-Furqan: 63).
Di sini Allah menjelaskan bahwa sifat mereka itu adalah istiqamah dalam ucapan dan langkah-langkah mereka. Sebagaimana Allah juga menggandengkan antara Al-Lahadzat (pandangan) dan Al-Khatharat (lintasan pikiran) dalam firmanNya:

"Allah mengetahui khianat mata dan apa yang disembunyikan oleh hati." (QS Ghafir: 19).

Semua hal yang kami sebutkan di atas adalah sebagai pendahuluan bagi
penjelasan akan diharamkannya zina dan kewajiban menjaga kemaluan,
Rasulullah bersabda:
"Yang paling banyak memasukkan orang ke dalam Neraka ialah lidah dan
Kemaluan (berzina)."

Dan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim 3 orang yang harus di Rajam (dibunuh) karena itu Rasulullah bersabda :

"Tidak dihalalkan darah seorang muslim kecuali dengan tiga hal; Orang yang sudah menikah lalu berzina, jiwa dengan jiwa (qishah karena membunuh orang) dan orang yang meninggalkan agamanya (murtad) serta meninggalkan jama'ah."

Dalam hadits ini ada penggandengan antara zina dengan kufur dan membunuh
jiwa, persis seperti yang terdapat dalam ayat pada surat Al-Furqan, juga seperti
yang ada dalam hadits Ibnu Mas'ud.

Penggandengan Antara Zina, Kufur , Dan Membunuh Jiwa

Dalam hadits di atas Nabi menyebutkan hal yang paling banyak terjadi secara
berurutan. Perbuatan zina itu lebih sering terjadi dibanding dengan pembunuhan,
dan pembunuhan lebih sering terjadi dibanding dengan riddah (keluar dari Islam).

Dan kerusakan yang ditimbulkan oleh zina sungguh bertolak belakang dengan
kemaslahatan dalam kehidupan. Sebab, bila seorang wanita telah melakukan zina berarti ia telah membuat aib keluarga, mengkhianati suami, dan kerabatnya serta mencoreng wajah mereka di hadapan orang-orang. Bila dia sampai hamil kemudian membunuh anaknya, berarti dia telah menggabungkan perbuatan zina dengan pembunuhan, dan jika setelah hamil ia tetap dengan suaminya, berarti dia telah memasukkan pada keluarga si suami dan keluarga si wanita sendiri orang lain yang bukan bagian dari keluarga. Dan masih banyak lagi kerusakan-kerusakan lain yang ditimbulkan oleh zina.

Jika yang berzina itu adalah seorang pria, maka hal ini -selain hal yang di atas- juga akan menyebabkan simpang siurnya hubungan nasab, kemudian merusak kehormatan wanita (istri) yang terjaga dan menjadikannya hancur. Jadi, di belakang perbuatan keji ini (zina) terdapat kerusakan dunia dan akhirat juga kerusakan agama sekaligus. Sungguh betapa banyak pelanggaran terhadap larangan-larangan (pelecehan terhadap kehormatan), penyia-nyiaan hak orang dan penganiayaan yang ada di balik perbuatan zina.

Di antara dampak yang ditimbulkan oleh zina adalah bahwa zina dapat
mendatangkan kefakiran, memperpendek umur dan membuat wajah pelakunya suram serta mendatangkan kebencian orang, juga mendatangkan berbagai macam penyakit. Termasuk di antara dampaknya pula, bahwa zina itu dapat menghancurkan hati, membuatnya sakit kalau tidak sampai mematikannya, juga mendatangkan perasaan gundah gelisah dan takut, serta menjauhkan pelakunya dari malaikat dan mendekatkannya kepada setan. Tak ada bahaya -setelah bahaya perbuatan membunuh- yang lebih besar dari bahaya zina. Oleh karenanya, untuk menghukum pelaku perbuatan zina ini Allah mensyari'atkan hukuman bunuh (rajam) dengan cara yang mengerikan.

1. (ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.
2. Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera (atau di rajam sampai mati), dan janganlah (kamu) belas kasihan kepada keduanya (sehingga) mencegah kamu untuk (menjalankan) hukum Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.
3. Laki-laki yang suka berzina tidak mengawini melainkan dengan perempuan yang suka berzina, atau dengan perempuan yang musyrik; dan perempuan yang suka berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang suka berzina pula atau dengan laki-laki yang musyrik, dan (perbuatan) yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin. (QS. An Nuur: 1-3)

Bila ada seseorang yang mendengar kabar bahwa isterinya dibunuh orang, tentu kabarnya lebih ringan dibanding dia mendengar bahwa isterinya berbuat zina.

Sa'ad bin Ubadah radhiallaahu anhu berkata: "Sekiranya aku melihat seorang pria berzina dengan isteriku, tentu aku akan memenggal lehernya dengan pedang tanpa pikir panjang lagi." Maka sampai perkataan ini kepada Rasulullah , lalu beliau bersabda:

"Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa'ad? Demi Allah, sungguh aku ini
lebih cemburu dari dia, dan Allah lebih cemburu dari aku, dan oleh karena betapa agungnya kecemburuan Allah, maka Dia haramkan segala perbuatan keji, baik yang lahir maupun yang batin."(Muttafaq 'alaih).

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, juga diriwayatkan dari Rasulullah :
"Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan sesungguhnya seorang mukmin itu juga
cemburu. Dan kecemburuan Allah itu akan timbul bila seorang hamba melakukan apa yang diharamkan kepadanya."

Dalam hadits Al-Bukhari dan Muslim, juga diriwayatkan dari Rasulullah :
"Tak ada seseorangpun yang lebih pencemburu dari Allah, oleh karena itu Allah
mengharamkan perbuatan-perbuatan keji, yang lahir maupun yang batin. Tak ada seorangpun yang lebih senang menerima udzur (permohonan maaf) dari Allah, oleh karena itu Dia mengutus para rasul untuk memberikan kabar gembira dan peringatan. Tak ada seorangpun yang lebih senang dipuji melebihi Allah, oleh karena itu Dia memuji diriNya sendiri."

Juga dalam kitab Ash-Shahihain , diriwayatkan khutbah Nabi di saat shalat
gerhana matahari, beliau bersabda:
"Hai umat Muhammad, demi Allah, tak ada satupun yang lebih pencemburu dari
Allah ketika ada seorang hambaNya yang laki-laki atau perempuan berbuat zina.
Hai umat Muhammad, demi Allah, sekiranya kalian mengetahui seperti apa yang
aku ketahui tentu kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." Kemudian
beliau mengangkat kedua tangannya seraya berkata: "Ya Allah, adakah aku sudah sampaikan."

Disebutkannya perbuatan dosa besar ini secara khusus setelah shalat gerhana
matahari mengandung isyarat rahasia yang menakjubkan; dan semaraknya
fenomena zina ini merupakan tanda rusaknya alam ini, dan itu semua adalah
salah satu tanda Kiamat; seperti yang disebutkan dalam Ash-Shahihain , dari Anas bin Malik bahwa dia berkata: Aku akan menceritakan pada kalian sebuah hadits yang tidak akan ada orang yang akan menceritakannya pada kalian setelah aku. Aku mendengar Rasulullah bersabda:

"Di antara tanda-tanda Kiamat yaitu bila ilmu (syar'i) menjadi sedikit(kurang), dan
kebodohan menjadi tampak, serta orang yang ber zina juga menyebar (di mana-mana). Pria jumlahnya sedikit dan kaum wanita jumlahnya banyak sehingga untuk lima puluh wanita (perbandingannya) satu orang pria."

Salah satu sunnatullah yang diberlakukan pada makhlukNya, yaitu bahwa ketika
zina mulai tampak di mana-mana, Allah akan murka dan kemurkaanNya sangat
keras, maka secara pasti kemurkaan itu akan berdampak pada bumi ini dalam
bentuk adzab dan musibah yang diturunkan. Cobalah kita perhatikan bila disatu negeri selalu terjadi bencana alam dimana-mana, pasti dinegeri itu banyak yang melakukan perbuatan ZINA.

Abdullah bin Mas'ud berkata: "Apabila merajalela riba dan zina di sebuah daerah, melainkan Allah memaklumkan untuk menghancurkan daerah tersebut."

Pengkhususan Hukuman Zina Dengan Tiga Hal :

Allah mengkhususkan hukuman bagi perbuatan zina dibandingkan dengan
hukuman-hukuman lainnya dengan tiga hal:

Pertama, hukuman zina adalah dibunuh (dirajam) dengan cara yang mengerikan (di bawa kelapangan terbuka – dimuka umum - ditanam separoh badannya ke bumi, kemudian semua umat Islam yang hadir disitu harus melemparinya dengan batu sampai mati). Selain itu hukuman zina ada juga yang Allah menggabungkan antara hukuman terhadap fisik dengan cambuk dan hukuman terhadap hati/mentalnya dengan cara diasingkan dari negerinya selama satu tahun.

Kedua , Allah melarang hamba-hambaNya untuk merasa kasihan kepada orang yang sudah melakukan perbuatan zina, dan jangan sampai rasa kasihan itu membuat mereka tidak menghukum orang yang sudah melakukan perbuatan zina itu. Sebab, Allah mensyari'at kan hukuman tersebut didasarkan pada
kasih sayang dan rahmatNya pada mereka.

Allah itu sangat sayang kepada kalian, namun kasih sayang Allah tersebut tidaklah mencegah Allah untuk tidak memerintahkan berlakunya hukuman rajam ini. Oleh karenanya janganlah kasih sayang yang ada di hati kalian itu membuat kalian tidak melaksanakan perintah Allah.
Hal ini -walaupun sebenarnya juga berlaku pada seluruh macam hukuman
(hudud)yang disyari'atkan- namun disebutkan dalam hukuman zina suatu
kekhususan, karena memang sangat penting untuk disebutkan di sini, sebab
kebanyakan orang tidak mempunyai perasaan marah dan sikap kasar terhadap
pezina seperti sikap mereka pada pencuri, atau orang yang menuduh berbuat zina atau pemabuk. Hati mereka cenderung lebih kasihan pada pezina ketimbang kepada para pelaku dosa lainnya. Dan kenyataan membuktikan hal itu. Oleh karena itu Allah melarang mereka, jangan sampai rasa kasihan mereka itu membuat tidak diberlakukannya hukuman Allah .
Mengapa rasa kasihan pada mereka itu timbul? Penyebabnya yaitu karena
perbuatan zina ini bisa terjadi pada orang golongan atas, menengah dan bawah.
Kemudian, dalam jiwa manusia itu terdapat dorongan yang kuat untuk
melakukannya (melampiaskan libido. pent) dan orang yang melakukannya juga
berjumlah banyak. Dan yang paling banyak menjadi penyebabnya ialah cinta;
sementara hati manusia itu secara tabiat, punya perasaan kasihan pada orang
yang sedang jatuh cinta, bahkan banyak di antara mereka yang siap memberikan bantuan pada mereka, walaupun sebenarnya bentuk dari percintaan itu termasuk yang diharamkan. Dan hal seperti ini sudah tidak dipungkiri lagi. Dan hal itu memang sudah diakui oleh orang-orang.
Selain itu juga, perbuatan dosa ini (zina) kebanyakan terjadi dengan adanya suka sama suka dari kedua belah pihak, bukan dengan pemaksaan, penganiayaan dan lainnya yang membuat jiwa orang-orang itu geram.
Dalam hal ini, syahwat banyak berpengaruh, sehingga timbullah perasaan kasihan yang mungkin akan menghambat ditegakkannya hukuman Allah.
Ini semua timbul dari iman yang lemah. Kesempurnaan iman itu dapat dicapai dengan adanya kekuatan yang dengan itu perintah Allah dapat ditegakkan, juga adanya rahmat (kasih sayang) terhadap orang yang dijatuhi hukuman tersebut, sehingga dia bisa sejalan dengan Allah dalam perintah dan rahmatNya.

Ketiga, Allah memerintahkan agar hukuman terhadap pelaku zina (baik itu
cambuk ataupun rajam, pent) hendaknya dilakukan di hadapan khalayak orang orang mukmin, bukan di tempat yang sepi sehingga tidak ada orang yang dapat
menyaksikannya. Hal ini dilakukan agar hukuman tersebut lebih efektif untuk
tujuan "zajr" (membuat jera pelaku dan membuat takut orang lain yang ingin melakukannya).

Hukuman bagi pezina yang "muhshan" (sudah berkeluarga) diambil dari hukuman Allah terhadap kaum Nabi Luth' yang dilempar dengan batu. Yang demikian itu karena perbuatan zina dan liwath (homoseks yang dilakukan kaum Nabi Luth') adalah sama-sama perbuatan fahisyah (keji dan kotor). Keduanya dapat menimbulkan kerusakan yang bertentangan dengan hikmah Allah di dalam
penciptaan perintahNya. Kerusakan dan bahaya yang ditimbulkan oleh praktek
liwath (homosex) itu sungguh sulit untuk dihitung. Orang yang menjadi korban
perbuatan tersebut lebih pantas dan lebih baik untuk dibunuh saja; sebab dia itu
mengalami kerusakan yang tidak bisa diharapkan untuk baik kembali selamanya.
Semua kebaikannya sudah hilang. Bumi sudah menyerap habis rasa malu dari
mukanya, sehingga dia tidak akan malu lagi kepada Allah, juga kepada
makhluk Nya. Hati dan jiwa orang tersebut sudah dipengaruhi oleh sperma pelaku liwath seperti berpengaruhnya racun dalam tubuh seseorang.

Tetapi bila orang tersebut bertaubat dan kembali kepada Allah, kemudian
mendapatkan karunia taubat yang nashuha serta amal yang shalih, lalu
kondisinya di masa tua lebih baik dari kondisi di masa kecilnya, lalu merubah
perbuatan-perbuatan jeleknya dengan berbagai macam kebaikan serta mencuci
aibnya dengan beragam ketaatan dan pendekatan diri kepada Allah, juga menjaga pandangan matanya, menjaga kemaluannya dari yang haram dan benar-benar jujur kepada Allah dalam mu'amalah-nya, maka orang yang semacam ini akan mendapat ampunan dan dia akan termasuk ahli Surga. Sebab, Allah Maha mengampuni seluruh dosa.

Bila taubat itu -kita ketahui- dapat menghapus segala macam dosa, sampai dosa syirik kepada Allah, membantai para nabi dan para waliNya, atau sihir, kufur dan lain semacamnya, maka kita tidak boleh membatasi penghapusan terhadap dosa yang satu ini, padahal, dengan keadilan dan karunia Yang Maha Kuasa, hikmah Allah menetapkan bahwa:

"Orang yang bertaubat dari dosanya sama seperti orang yang tidak berdosa."

Dan Allah sendiri telah memberikan jaminan bahwa barangsiapa yang bertaubat
dari perbuatan syirik, pembunuhan jiwa dan zina, Allah akan mengganti
perbuatan-perbuatan jeleknya dengan kebaikan-kebaikan, dan ini adalah
ketentuan hukum yang umum mencakup setiap orang yang bertaubat dari
berbagai macam dosa.

Allah berfirman:
"Katakanlah: Wahai hamba-hambaKu yang aniaya terhadap diri mereka, janganlah kalian putus asa akan rahmat Allah, sesungguhnya Allah akan mengampuni seluruh dosa, seungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Pengasih." (QS Az-Zumar: 53)

Ayat diatas ini menunjukan bahwa apa yang pernah dilakukan oleh manusia yang berbuat dosa, jika dia mohon ampunan pada Allah dia bertobat dengan sebenar-benarnya tobat maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya itu, dengan syarat dia tidak akan pernah mengulanginya lagi (tobat nashuha).

Para Pelaku Maksiat Dikhawatirkan Akan Mati Dalam Su'ul Khatimah (kematian yang sangat buruk)

Bila Anda perhatikan kondisi kebanyakan orang saat sakaratul maut menjemput,
Anda akan melihat bahwa mereka terhalangi untuk mendapatkan husnul
khatimah, sebagai hukuman akibat perbuatan-perbuatan jelek mereka.

Al-Hafizh Abu Muhammad Abdul Haq bin Abdurrahman Asy-Syibli berkata :
"Ketahuilah bahwa su'ul khatimah itu -semoga Allah menjauhkan kita darinya mempunyai penyebab-penyebab. Ada jalan-jalan dan pintu-pintu yang
mengantarkan kepadanya. Penyebab, jalan dan pintu yang paling besar ialah larut dalam urusan keduniaan, tidak peduli dengan urusan akhirat dan berani
melakukan maksiat kepada Allah. Bisa saja ada seseorang yang sudah terbiasa
melakukan kesalahan atau maksiat tertentu, atau sudah terbiasa tidak peduli dan
berani melakukan maksiat, sehingga menguasai hatinya, akalnya tertawan oleh
kebiasaan tersebut, pelita hatinya padam dan terbentuklah hijab yang dapat menutupinya. Akibatnya, teguran tidak akan lagi berguna, nasihat tidak akan lagi bermanfaat dan bisa saja kematian datang menjemput saat dia dalam keadaan
demikian. Lalu datanglah panggilan kebaikan dari sebuah tempat yang jauh
(dituntun dengan zikir – ditelinganya saat hendak mati)
namun dia tidak dapat memahami maksudnya. Dia tidak tahu apa yang
diinginkan oleh panggilan itu, sekalipun orang yang meneriakkan panggilan itu
terus mengulangi dan mengulanginya lagi."

Suatu malam, Sufyan Ats-Tsauri menangis sampai pagi. Di pagi itu, ada yang
bertanya kepadanya: "Adakah semua yang kau lakukan ini karena takut akan
dosa?" Lalu Sufyan mengambil segenggam tanah seraya berkata: "Dosa itu lebih
ringan dari batu ini, aku menangis karena takut akan su'ul khatimah (kematian yang buruk)."
Sungguh, ini adalah pemahaman yang sangat baik, bila seseorang itu khawatir
bahwa dosa-dosanya akan membuatnya terhina di kala meninggal dunia nanti,
sehingga dia terhalang untuk memperoleh husnul khatimah.

Al-Imam Ahmad pernah menyebutkan bahwa Abu Darda' di saat sakaratul maut
datang, dia pingsan tak sadarkan diri, kemudian dia siuman dan membaca:
"Dan (begitulah) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka
belum pernah beriman kepadanya pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat." (QS Al-An'am: 110).

Dan oleh karena itu, para ulama salaf khawatir kalau dosa-dosa itu dapat
menghalangi mereka untuk memperoleh husnul khatimah (Kematian yang baik).

Abdul Haq juga berkata:
"Ketahuilah bahwa su'ul khatimah itu -semoga kita dilindungi oleh Allah darinya tidak akan terjadi pada orang yang secara lahir dia istiqamah dan secara batin dia shalih. Su'ul khatimah akan terjadi pada orang yang dasarnya sudah rusak atau senantiasa melakukan dosa besar dan mengerjakan kemaksiatan. Barangkali hal itu menjadi kebiasaannya, sehingga kematian datang
menjemputnya sebelum sempat bertaubat, akhirnya dia meninggal sebelum memperbaiki dirinya, urat nadinya dicabut sebelum dia kembali pada Allah, sehingga saat itu setan berhasil merenggut dan menyambarnya di saat yang genting tersebut. Na'udzu billah !"

Diriwayatkan bahwa -di Mesir- dulu ada seseorang yang selalu pergi ke mesjid
untuk adzan dan melakukan shalat. Wajahnya berwibawa dan penuh cahaya
ibadah. Suatu hari dia naik ke menara -seperti biasanya untuk adzan-. Di bawah
menara itu ada rumah seorang Nashrani, dia melongok ke dalam rumah tersebut, dan melihat anak perempuan pemilik rumah itu akhirnya dia tergoda dengannya, lalu dia tinggalkan adzan saat itu, turun menemuinya, dan masuk ke dalam rumahnya. Anak perempuan itu bertanya: "Ada apa, apa yang kamu inginkan?"
Dia menjawab: "Aku menginginkan kamu."
Dia bertanya lagi: "Mengapa demikian?"
Dia menjawab: "Sungguh, engkau telah menawan jiwaku dan menguasai seluruh
relung hatiku."
Perempuan itu berkata: "Aku tidak akan pernah memenuhi keinginanmu selamanya."
Pria tadi menjawab: "Aku akan mengawinimu lebih dahulu."
Perempuan itu berkata: "Engkau seorang muslim dan aku nashrani.
Ayahku tidak akan mengawinkan aku denganmu.
Lelaki itu berkata: "Aku akan masuk agama Nashrani!"
Maka wanita itu berkata: "Jika kamu lakukan itu, maka aku mau!"
Akhirnya lelaki itu resmi masuk Nashrani agar dapat kawin dengannya.
Dia pun tinggal bersama mereka. Dan pada hari itu, dia naik ke loteng yang ada di rumah tersebut, kemudian dia jatuh dan langsung mati. Kasihan, dia tidak
berhasil mendapatkan perempuan tersebut dan dia kehilangan agamanya."

Dan seharusnya, seorang hamba Allah itu bersedia untuk menjadi penjaga dirinya sendiri dari empat hal di atas dengan kuat, sebab dari situlah musuh akan datang menyerangnya, merasuk ke dalam dirinya dan jiwanya, dan merusak segala sesuatu.

Pikiran ditujukan hanya untuk Allah

Pikiran pikiran serta ide-ide yang paling tinggi, paling mulia dan paling bermanfaat ialah yang tujuannya hanya untuk Allah dan kebahagiaan untuk di alam akhirat nanti. Kemudian, pikiran yang tujuannya adalah hanya untuk Allah ini bermacam-macam:

Pertama : Memikirkan ayat-ayat Allah yang telah diturunkan dan berusaha untuk
memahami maksud Allah dari ayat-ayat tersebut; dan memang untuk itulah Allah
menurunkannya; tidak hanya sekedar untuk dibaca saja, namun membaca itu
hanya media saja. Sebagian ulama Salaf mengatakan: "Allah menurunkan Al-Qur'an untuk diamalkan, maka jadikanlah bacaan Al-Qur'an itu sebagai amalan."

Kedua : Memikirkan dan memperhatikan ayat-ayat atau tanda-tanda
kebesaranNya yang dapat dilihat langsung; dan menjadikannya sebagai bukti akan nama-nama Allah, sifat-sifat, hikmah, kebaikan dan kemurahanNya. Dan Allah sendiri telah mendorong hamba-hambaNya untuk merenungkan tanda tanda kebesaranNya, memikirkan dan memahaminya; Allah menegur dan mencela orang yang melalaikannya.

Ketiga: Memikirkan nikmat, kebaikan dan berbagai karunia yang Dia limpahkan
kepada seluruh makhlukNya, dan merenungkan keluasan rahmat, ampunan dan
kasih sayangNya. Tiga hal di atas akan dapat mendorong lahirnya -dari hati seorang hamba ma'rifatullah (pengetahuan tentang Allah), kecintaan serta perasaan cemas dan harap kepada-Nya. Dan bila tiga hal tadi dilakukan dengan kontinyu, disertai dengan dzikir kepada Allah, maka hati seorang hamba akan tercelup secara sempurna dengan ma'rifah dan kecintaan kepadaNya.

Keempat : Memikirkan aib, cela dan kelemahan yang ada pada jiwa dan amal
perbuatan. Hal ini akan memberikan manfaat yang sangat besar. Ini merupakan
pintu segala kebaikan. Ini juga sangat berperan dalam mengalahkan hawa nafsu
yang selalu memerintahkan kejelekan. Bila nafsu yang jahat itu dapat dikalahkan
maka nafsu muthmainnah (jiwa yang tenang)lah yang akan hidup, bangkit dan
menjadi penentu segala keputusan. Lalu hatipun menjadi hidup dan kebijakan
ada pada kerajaannya didengar; dia perintah para karyawan dan bala tentaranya
untuk melakukan hal yang membawa kemaslahatannya.

Kelima: Memikirkan kewajiban terhadap waktu sekaligus bagaimana cara
menggunakannya, serta menumpahkan seluruh perhatian terhadap pemanfaatan
waktu. Seorang yang arif, akan selalu memanfaatkan waktunya, karena dia yakin, bila waktunya disia-siakan begitu saja, berarti dia telah menyia-nyiakan seluruh kemaslahatan (yang seharusnya dia dapatkan. pent). Sebab, seluruh
kemaslahatan itu, tidak lain bisa timbul dan didapatkan melainkan dari adanya
waktu. Dan bila disia-siakan (dan waktu itu sudah lewat. pent) maka dia tidak
akan bisa mengembalikannya lagi untuk selamanya.

Al-Imam Asy-Syafi'i berkata: "Aku pernah berteman dengan orang-orang sufi dan
aku tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari mereka kecuali dua kalimat saja:

Pertama: "Waktu itu bagaikan pedang, bila engkau tidak memotongnya, dialah
yang akan menebasmu."

Kedua: "Dan nafsumu, bila engkau tidak menyibukkannya dengan kebenaran,
maka dialah yang akan menyibukkanmu dengan kebathilan."

Waktu yang dimiliki manusia, itulah umur dia yang sebenarnya. Waktu itulah
yang menjadi modal untuk kehidupannya yang abadi dalam kenikmatan
abadi(Surga), sekaligus juga modal untuk kehidupan yang sengsara dalam adzab yang pedih(Neraka).

Waktu itu berlalu lebih cepat dari perjalanan gumpalan awan. Maka, barangsiapa yang berhasil menjadikan waktunya untuk Allah dan bersama Allah, itulah kehidupan dan umurnya yang hakiki. Dan waktu yang tidak dipersembahkan untuk Allah tidaklah dihitung sebagai bagian dari kehidupannya. Walaupun dia hidup tapi kehidupannya laksana kehidupan binatang ternak.

Bila seseorang menghabiskan waktunya penuh dengan kelalaian, syahwat dan angan angan kosong atau yang paling baik hanya digunakan untuk tidur dan
pengangguran, maka bagi orang semacam ini "mati" itu lebih baik daripada dia
hidup.
Bila seorang hamba yang sedang melakukan shalat- tidak akan mendapatkan nilai dari shalatnya selain pada bagian yang dia pahami dari shalatnya, maka umurnya yang sesungguhnya adalah waktu yang dia habiskan untuk Allah dan dengan Allah.

Pikiran-pikiran atau ide-ide yang tidak termasuk salah satu bagian yang disebut di atas tadi, dapat kita kategorikan sebagai was-was syaithaniyah(bisikan-bisikan
setan), angan-angan kosong atau halusinasi bohong, persis seperti pikiran- pikiran orang yang kurang waras akalnya, baik karena mabuk atau fly dan lain
sebagainya. Di mana ketika segala hakikat kenyataan itu tampak, kondisi mereka saat itu mengatakan:
Bila kedudukanku, saat dikumpulkan bersama kalian, seperti apa yang telah
aku temui sendiri (sekarang ini), maka sungguh aku telah menyia-nyiakan
hari-hariku. Angan-angan itu telah menguasai jiwaku dalam jangka waktu yang lama, dan hari ini, aku menganggapnya hanya sebagai bunga mimpi.

Allah telah memasang dua macam nafsu pada diri manusia:

Nafsu ammarah dan nafsu muthmainnah . Keduanya saling bertolak belakang. Segala sesuatu yang terasa ringan oleh yang satu, maka akan terasa berat oleh yang lain. Apa yang terasa nikmat oleh yang satu, maka akan terasa menyiksa oleh yang lain. Tak ada sesuatu yang lebih berat bagi nafsu ammarah melebihi perbuatan yang dilakukan karena Allah dan lebih mendahulukan keridhaanNya dari pada hawa nafsunya, padahal tidak ada amal yang lebih bermanfaat baginya dari amal tersebut. Begitu pula, tidak ada sesuatu yang lebih berat bagi nafsu muthmainnah dari perbuatan yang bukan untuk Allah dan mengikuti kemauan hawa nafsu. Padahal tidak ada amal yang lebih berbahaya baginya dari amal tersebut. Dalam hal ini, malaikat itu berada di samping kanan hati manusia, sementara setan di samping kirinya. Dan pertarungan antara keduanya tidak akan pernah berhenti sampai ajal ditentukan (oleh Allah) di dunia ini.

Seluruh bentuk kebatilan akan berpihak kepada setan dan nafsu ammarah. Sementara, semua macam kebenaran itu akan berpihak pada malaikat dan nafsu muthmainnah. Dalam peperangan itu, kalah dan menang datang silih berganti. Dan kemenangan itu ada bersama kesabaran. Maka barangsiapa yang benar-benar bersabar, berusaha keras dan bertakwa kepada Allah, niscaya baginya balasan yang baik, di dunia dan di akhirat nanti.

Sebagaimana manusia yang paling hina adalah mereka yang paling banyak
memiliki keinginan dan pikiran untuk memenuhi hawa nafsunya di mana saja dia
berada. Wallahul musta'an (Allah-lah tempat mohon pertolongan).
Lihatlah, Umar bin Khaththab, pikirannya penuh dengan keinginan dalam mencari keridhaan Allah. Barangkali dia dalam keadaan shalat, namun saat itu dia juga sedang mempersiapkan tentaranya (untuk jihad).
Dengan demikian dia telah berhasil mengumpulkan antara jihad dan shalat, sehingga beberapa ibadah masuk berkumpul dalam satu ibadah.
Ini adalah satu hal yang mulia dan agung, tidak akan tahu tentang hal ini kecuali
mereka yang mempunyai keinginan yang benar-benar kuat dan pandai mencari,
luas ilmunya serta tinggi cita-citanya, di mana dia masuk dalam satu ibadah
namun dia juga mendapatkan ibadah-ibadah yang lain. Itulah karunia Allah yang
diberikan pada hambaNya yang tulus dan ikhlas mencari keridho’an Nya.



Ternyata bukan orang Islam pelaku WTC 11 Sept 2001

TIM FAKTA (Forum Anti Gerakan Pemurtadan)

TIM FAKTA adalah organisasi yang bergerak dalam mengantisipasi pemurtadan yang dilakukan oleh umat Kristen terhadap orang-orang Islam. Kristenisasi bukan rahasia lagi, karena Kristenisasi merupakan kegiatan yang diperintahkan oleh alkitab dan gereja kepada umatnya untuk memurtadkan umat Islam agar masuk kedalam agama Kristen, dan ini terjadi diseluruh dunia Islam, khususnya di Indonesia. TIM FAKTA, sudah banyak menyelamatkan orang-orang Islam yang dimurtadkan kemudian sadar dan kembali ke ajaran Islam lagi setelah melalui dialog, diskusi, atau dengan cara rukyah apabila yang dimurtadkan lewat sihir. Memang tantangan bagi TIM FAKTA tidak ringan, sangat berat! tapi ini merupakan tugas kita bersama untuk menyelamatkan saudara-saudara kita seiman dari pemurtadan yang dilakukan oleh umat Kristen. Selain itu, TIM FAKTA juga konsen dengan gerakan serupa yang tujuannya untuk mendangkalkan aqidah umat Islam seperti yang dilakukan oleh Jaringan Islam Libral, dan faham-faham sesat lainnya. Semoga Allah selalu meridho'i jalan yang kami tempuh untuk menegakan kalimah yang benar/hak yaitu "TIDAK ADA TUHAN KECUALI ALLAH"

(Tulisan TIM FAKTA bisa dibaca di majalah Islam "Sabili" artikel "Bimbingan Tauhid")
TIM FAKTA Melayani Diskusi, Dialog dan Konsultasi Agama. Kontak Pengasuh: 0818844393, 081314416666, 08165425227, 08179970066, 08158338083, 081383384433, email: timfakta@yahoo.com - timfakta@gmail.com. Dompet Anti Pemurtadan: Bank Muamalat no. rek.305.1959.422 an. FAKTA. dan Bank BCA no. rek. 1661.804.888 an. Abud Syihabuddin

SALURKAN INFAQ ANDA

INFAQ PEDULI AL AQSHA (Palestina)
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang SLIPI
No. Rek. 311.01856.22 an. Nurdin QQ. KISPA

INFAQ "KISPA PEDULI NEGERI"
Khusus Membantu Korban Bencana DI INDONESIA
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cab. Fatmawati
No. Rek. 911.05871.99 an. Andi Syafuddin QQ KISPA.

INFAQ OPERASIONAL RELAWAN KEMANUSIAAN KISPA
Khusus untuk Pengiriman Bantuan Rakyat Palestina
Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Kas Cililitan
no. 116 70246 96 an. Muhendri

"INFAQ DUNIA ISLAM" KISPA
Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Tanah Abang
No. Rek. 2640024043 an. Dasrial

AGAMA YANG DITERIMA ALLAH HANYA ISLAM

QS.3 Ali Imran:85. Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka SEKALI-KALI TIDAKLAH AKAN DITERIMA DARINYA, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi . QS.3 Ali Imran:19. Sesungguhnya agama disisi Allah HANYALAH ISLAM. QS.3 Ali Imran:102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam . QS.2 Baqarah:132 ..."Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam ".
Design by Blogger Islamic Template