Selasa, 24 Juli 2012

Ahmadiyah dan Keyakinan Nabi Palsunya

Oleh Hartono Ahmad Jaiz 
Penulis Buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia
          Setelah terjadi pengepungan massa umat Islam terhadap Pusat Ahmadiyah di Kampus Mubarok di Parung Bogor Jawa Barat ba’da Jum’at 15 Juli 2005M/ 8 Jumadil Akhir 1426H, dan berakhir dengan keputusan Pemerintah daerah (Pemda) Bogor untuk menutup pusat aliran sesat Ahmadiyah itu, maka orang-orang Ahmadiyah di dalamnya dievakuasi dengan 4 bus dan 4 truk polisi.
 Bentrokan massa antara kaum Muslimin anti aliran sesat Ahmadiyah dengan orang Ahmadiyah di pusatnya. Markas pusat Ahmadiyah itu sudah berdiri sejak tahun 1980-an. Setelah adanya fatwa Munas II Alim Ulama MUI 1980 yang memfatwakan Ahmadiyah adalah di luar Islam, sesat dan menyesatkan. Hal itu juga dikuatkan dengan surat edaran Dirjen Bimas Islam dan Urusan haji Departemen Agama, agar ulama menjelaskan sesatnya Ahmadiyah.
             Ahmadiyah sendiri menyusup dan datang ke Indonesia sejak 1925. Awal mulanya digandeng oleh Muhammadiyah karena dianggap sebagai pembaharu. Namun di tahun 1930-an kemudian Muhammadiyah baru tahu bahwa Ahmadiyah itu sesat, bukan pembaharu sebagaimana yang semula difahami. Maka Muhammadiyah tidak lagi menjadikan Ahmadiyah sebagai kawan sejak 1930 itu.
            Meskipun tahun 1930 pimpinan Muhammadiyah sudah pidato resmi bahwa Ahmadiyah yang selama ini dijadikan teman ternyata bukan teman. Namun sampai tahun 2000 masih ada petinggi Muhammadiyah, Dawam Rahardjo, yang mengatasnamakan Muhammadiyah mengundang Khalifah IV Ahmadiyah, Thahir Ahmad, di London untuk hadir ke Indonesia di masa Presiden Gus Dur / Abdurrahman Wahid. Kedatangan penerus nabi palsu yang diundang oleh orang yang memalsu atas nama Muhammadiyah itu disambut pula oleh bekas ketua Muhammadiyah yang sedang jadi ketua MPR, Amien Rais dengan berangkulan di Gedung DPR/MPR. Sementara itu yang memalsu atas nama Muhammadiyah, Dawam Rahardjo, mengalungkan bunga kepada penerus nabi palsu Thahir Ahmad di Bandara Cengkareng. Semua itu kemudian disiarkan oleh media Ahmadiyah.
Seorang pakar dari Pakistan, Manzhur Ahmad Chinioti Pakistani, penulis buku Keyakinan Al-Qadiani, sengaja hadir ke Indonesia kemudian berpidato di Masjid Al-Azhar Jakarta. Pakar dari Pakistan ini memprotes keras, agar Dawam Rahardjo diadukan ke pengadilan, karena telah mengatas namakan Muhammadiyah, mengundang penerus nabi palsu ke Indonesia.
            Ketika saya bersama Haryadi mantan Ahmadiyah, Farid Okbah- Al-Irsyad, dan Abu Yazid- Persis masuk ke kampus Mubarok Parung Bogor saat Thahir Ahmad ada di sana. Saat itu kami ingin bertamu kepada teman Ahmad Haryadi, namun kami ditangkap. Lalu saya berbincang-bincang dengan sebagian mereka, ketika pihak keamanan Ahmadiyah sedang mengusut teman-teman saya yang bertamu tapi ditangkap ini. Saya tanyakan, kenapa Dawam Rahardjo datang ke London mengundang Thahir Ahmad? Dijawab, karena Ahmadiyah membiayai Dawam Rahardjo.
               Pantaslah, di saat ada desakan dari umat Islam sekitar kampus Mubarok Pusat Ahmadiyah agar Ahmadiyah dan kampusnya dibubarkan, maka Dawam Rahardjo menjadi “pehlawan” kesiangan. Dawam berbicara di konperensi pers di PBNU yang diselenggarakan oleh Johan Effendi yang memang anggota resmi Ahmadiyah selaku ICRP yang didanai lembaga kafir The Asia Foundation berpusat di Amerika.
Dawam mengecam MUI, FPI, dan LPPI. Masih kurang puas, Dawam pun menulis di Koran Indo Pos anak perusahaan media Jawa Pos, berjudul Teror terhadap Ahmadiyah.  Dawam tampak gusar, dengan dalih HAM (Hak asasi manusia) maka dia tudingkan telunjuknya yang sudah menua renta itu dengan berteriak bahwa FPI (Front Pembela Islam) dan LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) berada di balik terror itu.
            Anak muda Muhammadiyah pun ada yang ketinggalan kereta, lalu tergopoh-gopoh mengadakan konperensi pers di kantor Pusat Muhammadiyah untuk membela Ahmadiyah. Sukidi yang memang kadernya Dawam Rahardjo ini dalam keadaan luka karena baru saja JIMM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah, nama “Muhammadiyah” ini diusulkan di Muktamar dilarang untuk dipakai JIMM) terjengkang di Muktamar Muhammadiyah di Malang 3-8 Juli 2005. Sebagaimana Dawam Rahardjo, Amin Abdullah, dan Abdul Munir Mulkan dan para tokoh liberal berfaham pluralisme agama alias menyamakan semua agama (kemusyrikan) telah terjengkang di Muktamar; maka Sukidi mengambil kesempatan untuk membela Ahmadiyah. Kontraslah.
Muhammadiyah jelas sudah berpisah dengan Ahmadiyah sejak 1930, dan menyesali kenapa dulunya berteman; tetapi Dawam dan Sukidi masih berkasih mesra atas nama Muhammadiyah sambil mengecam-ngecam MUI, FPI, LPPI, dan umat Islam hanya dengan dalih HAM. Padahal justru yang telah mengoyak-koyak aqidah Islam dan Al-Qur’an adalah Ahmadiyah itu, yang bukan sekadar melanggar HAM tetapi menodai kitab suci umat Islam sedunia.

         Nabi Palsu Ahmadiyah

    “Apakah benar, nabinya orang Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad (India 15 Februari 1835- 26 Mei 1906), itu matinya di kakus/ wc?” tanyaku kepada Dr  Hasan bin Mahmud Audah, mantan orang kepercayaan Khalifah Ahmadiyah ke-4 Thahir Ahmad, yang sudah kembali ke Islam.
    “Ha.. ha.. haa.. itu tidak benar. Mirza Ghulam Ahmad tidak bisa ke wc. Dia meninggal di tempat tidur, berminggu-minggu sebelum matinya dia berak dan kencing di situ. Jadi tempat tidurnya sangat kotor. Karena dia sakit, sampai dalam sehari kencing seratus kali. Makanya, tanyakan kepada orang Ahmadiyah, maukah kamu mati seperti nabimu?” jawab Dr Audah.
   Demikianlah ungkapan yang bisa penulis korek dari Dr Hasan bin Mahmud Audah, mantan Muballigh Ahmadiyah yang dulunya dekat dengan Khalifah Ahmadiyah di London, Thahir Ahmad, seusai seminar nasional tentang Kesesatan Ahmadiyah dan Bahayanya yang diselenggarakan LPPI di Masjid Istiqlal Jakarta, Ahad 11/8 2002.
    Selain masalah kematian yang menjijikkan. Mirza Ghulam Ahmad. menurut Audah,  punya dua penyakit: jasmani dan akal. Sakit jasmaninya sudah jelas, berminggu-minggu menjelang matinya tak bisa beranjak dari tempat tidur, hingga kencing dan berak di tempat tidurnya.
   Adapun sakit akalnya, Mirza Ghulam Ahmad mengaku menjadi Maryam, lalu Allah meniupkan ruh kepadanya, maka lahir Nabi Isa, yang Nabi Isa itu adalah diri Mirza Ghulam Ahmad itu sendiri. Apakah tidak sakit akal itu namanya, ujar Dr Hasan Audah yang dulunya mempercayai Mirza Ghulam Ahmad, hingga beli sertifikat  kuburan surga di Rabwa segala.
    Propaganda bohong
  Tentang propaganda bohong, Ahmadiyah adalah jagonya. Propagandis Ahmadiyah pun di depan penulis dan 1200 hadirin di Masjid Al-Irsyad Purwokerto, April 2002, dia bisa ngibul  (berbohong) bahwa banyak raja-raja yang masuk “Islam”, yaitu masuk Ahmadiyah. Hingga seakan orang Ahmadiyah bangga dan berjasa kepada Islam karena bisa “mengislamkan” raja-raja.
    Ketika hal itu saya kemukakan kepada Dr Hasan Audah. Mantan petinggi Ahmadiyah itu kembali tertawa dan berkata, “Itu bohong besar. Di Afrika, kepala-kepala dusun/ desa memang disebut raja. Jadi hanya tingkat kepala dusun, bukan berarti raja yang sebenarnya. Nah itulah yang dijadikan propaganda. Ahmadiyah memang penuh kebohongan dan propaganda,” tegasnya.
    Kalau disimak, keterangan Dr Hasan Audah itu bisa dicocokkan dengan aneka ajaran Ahmadiyah, bahkan slogan-slogannya. Kebohongan memang ada di mana-mana. Di kitab sucinya, Tadzkirah, di sertifikat kuburan surga, bahkan di spanduk-spanduknya pun penuh kebohongan.
    Satu contoh kecil, spanduk yang dipasang di berbagai tempat dalam lingkungan Al-Mubarok, sarang Ahmadiyah di Parung Bogor Jawa Barat, waktu kedatangan Khalifah Ahmadiyah Thahir Ahmad, Juni-Juli 2000. Pada masa pemerintahan Gus Dur, ada slogan Semua Dicintai, Tiada yang Dibenci. Tetapi itu slogan bohong. Buktinya,  ketika Ahmad Haryadi mantan propagandis Ahmadiyah bersama saya (Hartono Ahmad Jaiz), Farid Okbah da’I Al-Irsyad, dan Abu Yazid pemuda Persis  (Persatuan Islam) dari Bekasi Jawa Barat masuk ke sarang Ahmadiyah di Parung saat ada upacara besar-besaran mendatangkan Khalifah Ahmadiyah IV Thahir Ahmad dari London itu, tiba-tiba seorang tua bekas teman Haryadi membentaknya: “Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?!”
   Ahmad Haryadi menjawab: ”Itu kan ada spanduk, Semua Dicintai, Tiada yang Dibenci.”   “Tidak bisa! Dicintai itu kalau kamu cinta kami. Kamu kan tidak cinta kami!” ujar lelaki Ahmadiyah keras-keras.
    Belum berlanjut perdebatan antara mantan dan aktivis Ahmadiyah itu tahu-tahu Ahmad Haryadi dan kami berempat ditangkap oleh kepala keamanan Ahmadiyah  yang membawa 25 pemuda keamanan Ahmadiyah malam itu.
     Slogan Semua Dicintai, Tiada yang Dibenci itu menurut Dr Hasan Audah, pertama kali diucapkan oleh khalifah sebelum Thahir Ahmad. Kata-kata itu adalah perkataan yang bertentangan dengan Islam. Karena Islam Asyidaau ‘alal kuffar ruhamaau bainahum. Bersikap keras terhadap orang-orang kafir dan saling berkasih sayang  sesama Muslim.
    Bohong dan bertentangan dengan Islam itulah inti ajaran Ahmadiyah. Karena  nabinya, Mirza Ghulam Ahmad, adalah seorang pembohong dan pembuat ajaran yang bertentangan dengan Islam.

            Nabi palsu dengan pengakuan palsu

   Mirza Ghulam Ahmad menyampaikan beberapa pengakuan palsu secara bertahap.
i.        Pertama, ia mengaku sebagai mujaddid (pembaru).
ii.      Kemudian ia mengaku sebagai nabi yang tidak membawa syari’at.
iii.    Kemudian ia mengaku sebagai nabi dan rasul membawa syari’at, menerima wahyu seperti Al-Qur’an dan menerapkannya kepada dirinya.
iv.    Setelah itu ia mengikuti cara-cara kebatinan dan zindiq (kufur) dalam ungkapan-ungkapannya. Ia mengikuti cara-cara Baha’I dalam mengaburkan ucapannya.
v.      Kemudian ia mulai meniru mu’jizat penutup para nabi, Nabi Muhammad saw,
vi.    Lalu menjadikan masjidnya sebagai Masjid Al-Aqsha, dan desanya sebagai Makkah Al-Masih.
vii.  Ia jadikan Lahore sebagai Madinah, dan menara masjidnya diberi nama Al-Masih.
viii.Ia membangun pemakaman yang diberi nama pemakaman al-jannah, semua yang dimakamkan di sana adalah ahli syurga. (Syaikh Muhammad Yusuf Al-Banuri, ahli Hadits di Karachi Pakistan, dalam kata pengantar buku Manzhur Ahmad Chinioti Pakistani, Keyakinan Al-Qadiani, LPPI, 2002, hal xxii).
   Cukuplah jelas apa yang ditegaskan Nabi Muhammad saw,”Kiamat tidak akan tiba sebelum dibangkit para Dajjal pendusta yang jumlahnya hampir tiga puluh orang. Setiap mereka mendakwakan bahwa dirinya adalah Rasul Allah. (HR Al-Bukhari dan Muslim).
            Ahmadiyah Mengkafirkan Muslimin
Seorang Muslim yang tidak percaya akan da'wah pengakuan Ghulam Ahmad sebagai “nabi” dan “rasul”, maka orang Muslim itu dikafirkan oleh Mirza Ghulam Ahmad dengan aneka ucapannya dan ucapan pengikutnya. Bahkan ucapan yang dinisbatkan kepada Allah swt dalam Kitab Tadzkirah Wahyu Muqoddas, wahyu suci yang dianggap dari Allah kepada Mirza Ghulam Ahmad:
i.        Sayaquulul ‘aduwwu  lasta mursalan. Musuh akan berkata, kamu bukanlah (orang yang) diutus (oleh Allah). (Tadzkirah, halaman 402). Lalu perkataan Mirza Ghulam Ahmad:
ii.      Seseorang yang tidak beriman kepadaku, ia tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. (Haqiqat ul-Wahyi, hal. 163).
iii.    “Sikap orang yang sampai da’wahku kepadanya tapi ia tak mau beriman kepadaku, maka ia kafir. (S.k. al-Fazal, 15 Januari 1935).
Basyiruddin, adik Mirza Ghulam Ahmad, berkisah:
d) “Di Lucknow, seseorang menemuiku dan bertanya: “Seperti tersiar di kalangan orang ramai, betulkah anda mengafirkan kaum Muslimin yang tidak menganut agama Ahmadiyah?” Kujawab: “Tak syak lagi, kami memang telah mengafirkan kalian!” Mendengar jawabanku, orang tadi terkejut dan tercengang keheranan.” (Anwar Khilafat, h. 92).
e) Ucapannya lagi:
“Barangsiapa mengingkari Ghulam Ahmad sebagai ‘nabi’ dan ‘rasul’ Allah, sesungguhnya ia telah kufur kepada nash Quran. Kami mengafirkan kaum Muslimin karena mereka membeda-bedakan para rasul, mempercayai sebagian dan mengingkari sebagian lainnya. Jadi, mereka itu kuffar!” (5.k. al-Fazal, 26 Juni 1922).
f) Katanya lagi :
“Setiap orang yang tidak beriman kepada Ghulam Ahmad, maka dia kafir, ke luar dari agama walaupun dia Muslim, walaupun ia sama sekali belum mendengar nama Ghulam Ahmad”. (Ainah Shadaqat, h. 35).
g) Dan Basyir Ahmad meningkahi ucapan abang kandungnya:
“….. Setiap orang yang beriman kepada Muhammad tapi tidak beriman kepada Ghulam Ahmad, dia kafir, kafir, tak diragukan lagi kekafirannya”. (Review of Religions,   No. 35; Vol. XIV, h. 110).

            Perusak Aqidah Lebih Bahaya Dibanding Bandar Narkoba

    Mirza Ghulan Ahmad, selain mengaku nabi, di samping bohong, ia menulis buku dan slebaran untuk mendukung Penjajah Inggris, dan menghapus jihad sampai sebanyak 50 lemari.
Pantaslah kalau Rabithah Alam Islami (Liga Dunia Islam) yang berpusat di Makkah tahun 1394H menghukumi aliran Ahmadiyah itu kafir, bukan Islam, dan tak boleh berhaji ke Makkah. Karena memang syarat-syarat  sebagai dajjal pendusta dalam diri Mirza pendiri Ahmadiyah ini telah nyata. Tinggal penguasa di negeri-negeri Islam menghadapinya, dengan mencontoh Abu Bakar ra yang telah mengerahkan 10.000. tentara untuk memerangi nabi palsu, Musailamah Al-Kadzdzab, hingga tewas.
   Karena nabi palsunya, Mirza Ghulam Ahmad, telah mati dengan dihinakan oleh Allah  swt, maka penguasa kini tinggal melarang ajarannya, membekukan asset-asset pendukungnya, dan membubarkan aktivitasnya. Penguasa adalah pelindung, sebagaimana berkewajiban melindungi masyarakat dari perusakan jasmani misalnya narkoba, perusakan mental misalnya judi, maka perusakan aqidah, penodaan, dan pemalsuan yang dilakukan Ahmadiyah mesti dihentikan, dularang dan diberantas tuntas . Membiarkannya, berarti membiarkan kriminalitas meruyak di masyarakat, bahkan bisa diartikan mendukung rusaknya masyarakat. Padahal sudah ada contohnya, negeri jiran, Malaysia telah melarang Ahmadiyah sejak 1975. Sedang MUI (Majelis Ulama Indonesai) pun telah memfatwakan sesatnya Ahmadiyah sejak 1980. Forum Ukhuwah Islamiyah terdiri dari sejumlah Ormas Islam telah mengajukan surat ke kejaksaan Agung untuk dilarangnya aliran sesat Ahmadiyah, September 1994.  Permohonan yang sama oleh LPPI 1994. Larangan Ahmadiyah oleh beberapa Kejaksaan Negeri (Subang 1976, Selong Lombok Timur 1983, Sungai Penuh 1989, dan Tarakan 1989) serta larangan Ahmadiyah oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara 1984.
Jaksa Agung masih menunggu apa lagi?
Box 1:
“Dudukkan Kasus Ahmadiyah dengan Proporsional”

Dalam konferensi pers yang berlangsung di PP Muhammadiyah (18/7), hadir pada kesempatan itu, Tabrani Syabirin, MA (Wakil Ketua Majelis Tabligh, PP Muhammadiyah), H. Risman M (Sekjen Korps Mubaligh Nasional, PP Muhammadiyah), Hartono A Jaiz (Peneliti LPPI), KH Kholil Ridwan (Wakil Ketua KISDI), KH Abdul  Rasyid Abdullah Syafii (Ketua KISDI) dan lain-lain.
Peneliti LPPI, Ust. Hartono Ahmad Jaiz menyatakan bahwa dalam kitab Tadzkirah --pegangan utama Ahmadiyah-- banyak diselewengkan ayat-ayat Al Qurلn.  Misalnya disitu ada lafadz : دnna anzalnaahu qariiban minalqadiyaan—wabilhaqqi anzalnaahu wabilhaqqi nasal.” Artinya : Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab suci (tadzkirah) ini dekat dengan Qadian (India). Dan dengan kebenaran kami menurunkannya dan dengan kebenaran dia turun.” (Tadzkirah, hal. 637). Sambil membawa kitab Tadzkirah, Hartono menyatakan, bahwa kitab Tadzkirah ini di kalangan Ahmadiyah disebut sebagai “Al Wahyu al Muqaddas” (kitab suci). Yakni, kitab suci atau wahyu yang diturunkan kepada Mirza Ghulam Ahmad.

Box 2: Siaran Pers KISDI

“Dudukkan Kasus Ahmadiyah dengan Proporsional”

1.  Berkaitan dengan kasus penyegelan dan penutupan Markas Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Parung, Jumat (15/7/2005), akhir-akhir ini muncul suara-suara dari kalangan tertentu yang mengatasnamakan dirinya Aliansi Masyarakat untuk Kebebasan Beragama yang melakukan pembelaan secara membabi buta terhadap aliran Ahmadiyah. Kelompok ini jelas-jelas mengusung paham liberalisme yang mengarahkan negara pada kondisi anarkis, karena mengesampingkan aspek-aspek keyakinan umat beragama, dalam hal ini umat Islam. 
2.  Sudah lama dibuktikan, bahwa Ahmadiyah adalah duri dalam daging bagi umat Islam. Keberadaannya sendiri telah terbukti merupakan rekayasa lama penjajah Inggris saat itu untuk memecah belah umat Islam di Pakistan dan di dunia Islam lainnya. Pemerintah Pakistan sendiri tetap melarang kebaradaan Ahmadiyah Qadiyan. Begitu juga dengan Rabithah Alam Islami telah menetapkan bahwa Ahmadiyah adalah kelompok di luar  Islam. Di Indonesia, pemerintah dan umat Islam Indonesia sudah lama sepakat dalam memandang status Aliran Ahmadiyah. Keputusan Munas Alim Ulama  se-Indonesia tahun 1980 telah memutuskan bahwa Ahmadiyah adalah kelompok di luar Islam, sesat dan menyesatkan. Ini dituangkan dalam Keputusan No 05/Kep/Munas II/MUI/1980 (pada 17 Rajab 1400H/1 Juni 1980M, ditandatangani oleh Ketua MUI Prof. Dr. Hamka dan Sekretaris Drs H. Kafrawi MA, juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI (Menag) Alamsyah R. Prawiranegara).
Di samping itu juga ada Surat Edaran Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Departemen Agama No D/B4.01/5099/84, tgl 20 September 1984, yang berisi penegasan supaya ulama menjelaskan tentang sesatnya Jemaat Ahmadiyah.
3. MUI Bogor dan masyarakat Islam di Parung dan sekitarnya serta umat Islam pada umumnya sudah lama menyampaikan keberatan tentang keberadaan markas Jemaat Ahmadiyah di wilayah  mereka. Sikap mereka itu memiliki landasan yang jelas, baik secara keagamaan maupun kenegaraan. Kaum yang mengaku Islam Liberal yang sebenarnya anti Al Quran Mushaf Utsmani, mencoba membela Ahmadiyah dengan menafikan pendapat ulama-ulama Islam yang sahih dan terkemuka. Mereka ingin menerapkan liberalisme keagamaan, dengan membebaskan aliran-aliran sesat yang menghina Al Qur’an dan menghina Nabi Muhammad berkembang di masyarakat.
4. Jika paham liberalisme keagamaan diterapkan, maka konsekuensinya akan sangat mahal dan sangat buruk, karena akan membiarkan setiap orang untuk merusak dan mencaci maki agama “seenak perutnya” sendiri. Liberalisme keagamaan – yang sudah diharamkan oleh Muktamar NU di Boyolali -- yang diusung beberapa oknum yang selama ini giat merusak Islam dan agama-agama lain,  sejatinya adalah paham yang sangat jahat, berbahaya, destruktif, dan jauh lebih berbahaya dari Ahmadiyah itu sendiri. Liberalisme keagamaan inilah yang digunakan untuk melegitimasi berbagai paham dan aliran sesat serta tindakan amoral seperti komunisme, atheisme, pornografi, pelacuran, dan sebagainya dengan alasan kebebasan dan hak asasi manusia. Hingga kini terbukti, liberalisme agama telah menerbitkan buku-buku dan tulisan-tulisan yang menghujat Islam, Nabi Muhammad saw, dan Kitab Suci al-Quran. Kaum Muslim cukup paham, bahwa demi memuaskan hawa nafsu mereka dan para cukong asingnya, kaum liberal tidak segan-segan merusak Islam itu sendiri. Karena itu, sudah menjadi kewajiban kaum Muslim untuk berjihad melawan paham yang merusak ini, meskipun mereka didukung oleh kekuatan-kekuatan besar dalam bidang finansial dan opini.
5. KISDI mengimbau kepada segenap umat Islam, khususnya para tokoh agama,  dan para pemimpin bangsa, agar tidak mudah termakan oleh opini menyesatkan  yang sedang digulirkan oleh Aliran Ahmadiyah dan oknum-oknum pemulung paham liberalisme, dengan menggunakan kedok kebebasan, hak asasi manusia, dan sebagainya – yang sejatinya menyimpan agenda terselubung untuk menghancurkan agama Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya. Adalah tugas pemerintah dan tokoh-tokoh umat Islam untuk melindungi masyarakat dari faham-faham yang melecehkan Al Qur’an, As Sunnah dan Nabi Muhammad saw.
6. Masalah Ahmadiyah hendaknya didudukkan dengan proporsional. Jika perlu para tokoh umat dan lembaga-lembaga otoritatif dalam Islam melakukan musyawarah serius untuk menentukan sikap ini. Selama ini, dengan berpegangan pada Keputusan Munas MUI dan keputusan pemerintah RI, umat Islam memiliki pegangan yang jelas tentang kesesatan aliran Ahmadiyah di Indonesia.  
7. Demikian pernyataan ini kami sampaikan, mudah-mudahan dapat menjernihkan masalah Ahmadiyah yang saat ini sengaja dikaburkan dan dimanipulasi oleh kaum liberal, seolah-olah masalah ini hanyalah masalah kebebasan semata, dan bukan masalah yang berkaitan dengan keimanan atau aqidah Islam.

Jakarta, 10 Jumadilakhir 1426 H/17 Juli 2005

Ttd.
K.H. Abd. Rasyid Abdullah Syafii (Ketua), K.H.A. Khalil Ridwan (Wakil Ketua)

0 komentar:

Posting Komentar

Ternyata bukan orang Islam pelaku WTC 11 Sept 2001

TIM FAKTA (Forum Anti Gerakan Pemurtadan)

TIM FAKTA adalah organisasi yang bergerak dalam mengantisipasi pemurtadan yang dilakukan oleh umat Kristen terhadap orang-orang Islam. Kristenisasi bukan rahasia lagi, karena Kristenisasi merupakan kegiatan yang diperintahkan oleh alkitab dan gereja kepada umatnya untuk memurtadkan umat Islam agar masuk kedalam agama Kristen, dan ini terjadi diseluruh dunia Islam, khususnya di Indonesia. TIM FAKTA, sudah banyak menyelamatkan orang-orang Islam yang dimurtadkan kemudian sadar dan kembali ke ajaran Islam lagi setelah melalui dialog, diskusi, atau dengan cara rukyah apabila yang dimurtadkan lewat sihir. Memang tantangan bagi TIM FAKTA tidak ringan, sangat berat! tapi ini merupakan tugas kita bersama untuk menyelamatkan saudara-saudara kita seiman dari pemurtadan yang dilakukan oleh umat Kristen. Selain itu, TIM FAKTA juga konsen dengan gerakan serupa yang tujuannya untuk mendangkalkan aqidah umat Islam seperti yang dilakukan oleh Jaringan Islam Libral, dan faham-faham sesat lainnya. Semoga Allah selalu meridho'i jalan yang kami tempuh untuk menegakan kalimah yang benar/hak yaitu "TIDAK ADA TUHAN KECUALI ALLAH"

(Tulisan TIM FAKTA bisa dibaca di majalah Islam "Sabili" artikel "Bimbingan Tauhid")
TIM FAKTA Melayani Diskusi, Dialog dan Konsultasi Agama. Kontak Pengasuh: 0818844393, 081314416666, 08165425227, 08179970066, 08158338083, 081383384433, email: timfakta@yahoo.com - timfakta@gmail.com. Dompet Anti Pemurtadan: Bank Muamalat no. rek.305.1959.422 an. FAKTA. dan Bank BCA no. rek. 1661.804.888 an. Abud Syihabuddin

SALURKAN INFAQ ANDA

INFAQ PEDULI AL AQSHA (Palestina)
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang SLIPI
No. Rek. 311.01856.22 an. Nurdin QQ. KISPA

INFAQ "KISPA PEDULI NEGERI"
Khusus Membantu Korban Bencana DI INDONESIA
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cab. Fatmawati
No. Rek. 911.05871.99 an. Andi Syafuddin QQ KISPA.

INFAQ OPERASIONAL RELAWAN KEMANUSIAAN KISPA
Khusus untuk Pengiriman Bantuan Rakyat Palestina
Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Kas Cililitan
no. 116 70246 96 an. Muhendri

"INFAQ DUNIA ISLAM" KISPA
Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Tanah Abang
No. Rek. 2640024043 an. Dasrial

AGAMA YANG DITERIMA ALLAH HANYA ISLAM

QS.3 Ali Imran:85. Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka SEKALI-KALI TIDAKLAH AKAN DITERIMA DARINYA, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi . QS.3 Ali Imran:19. Sesungguhnya agama disisi Allah HANYALAH ISLAM. QS.3 Ali Imran:102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam . QS.2 Baqarah:132 ..."Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam ".
Design by Blogger Islamic Template