Ismail atau Ishak yang dikorbankan..?
Menurut keimanan Kristen
dan Yahudi putra yang dikorbankan oleh Ibrahim adalah Ishaq, tetapi menurut
keimanan Islam putra yang dikorbankan adalah Ismail. Perbedaan dua keimanan ini
tidak mungkin benar kedua-duanya, pasti salah-satunya saja yang benar, karena
itulah kita perlu membuktikan siapa yang paling benar, Islam atau Kristen.
Dalam masalah siapakah
yang dikorbankan ada yang berpendapat bukanlah masalah akidah, pendapat ini
salah..! sebab soal Ismail yang dikorbankan oleh Ibrahim itu sudah disebutkan
dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shaffat dari ayat 100 – 112, jadi jangan sampai masih
ada umat Islam yang berpendapat bahwa soal Ismail atau Ishak yang dikorbankan
bukan masalah aqidah, karena kalau kita tidak mempercayai bahwa Ismail yang dikorbankan sama juga kita tidak percaya kepada Al-Qur'an. Namun untuk membuktikan kebenaran siapakah yang
dikorbankan membawa konsekuensi yang teramat besar, terutama bagi orang-orang
Kristen dan Yahudi, pasalnya kebenaran ini berhubungan langsung dengan
keakuratan kitab suci dalam mengisahkan kejadian yang sesungguhnya.
Memang Alqur’an
menyatakan secara tidak langsung bahwa putra nabi Ibrahim as yang dikorbankan
adalah Ismail, sementara menurut Talmud dan Bible yaitu kitab agama Yahudi dan
Kristen, menyebutkan secara langsung dan tegas bahwa putra nabi Ibrahim yang
dikorbankan adalah Ishaq.
Kajian secara teliti dan
jujur, baik berdasarkan Alqur’an, Bible dan Talmud akan diperoleh kesimpulan
yang sama bahwa putra nabi Ibrahim yang dikorbankan adalah Ismail as bukan
Ishaq as seperti yang diaku-aku oleh orang-orang Yahudi dan Kristen selama ini.
Penyebutan nama Ishaq dalam Bible dan Talmud secara tata bahasa berkualitas
sebagai sisipan para penulis kitab karena kedengkiannya, mari kita kaji secara
ilmiah dan obyektif.
MENURUT
AL-QUR’AN
Ayat 100-113 Surat Ash-Shaffat
100. Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang
anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.
101. Maka kami beri dia khabar gembira dengan
seorang anak yang amat sabar.
102. Maka tatkala anak itu sampai ( pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku
Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku me-nyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapat mu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepada-mu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
103. Tatkala keduanya Telah berserah diri dan
Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya),(nyatalah kesabaran keduanya)
104. Dan kami panggillah dia:
“Hai Ibrahim,
105. Sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.
106. Sesungguhnya Ini
benar-benar suatu ujian yang nyata.
107. Dan kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar.
108. Kami abadikan untuk
Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian
109. (yaitu) ” Kesejahteraan
dilimpahkan atas Ibrahim”.
110. Demikianlah kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
111. Sesungguhnya ia termasuk
hamba-hamba kami yang beriman.
112. Dan kami beri dia kabar
gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang
saleh.
113. Kami limpahkan keberkatan
atasnya dan atas Ishaq dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada
(pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.
Ayat ini tidak mencantumkan
nama anak yang dikorbankan Ibrahim as. namun bukan berarti
tidak bisa diketahui siapa anak tersebut.
Inilah ketinggian sastra
Alqur’an, walaupun nama tak disebut, namun makna yang hakiki tetap bisa
diketahui.
Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, karena inilah kalimat kunci agar kita bisa mengetahui bahwa
anak Nabi Ibrahim adalah Nabi Ismail :
1. Pada ayat ke 112 Allah berfirman :
“Dan Kami memberi kabar gembira kepadanya dengan kelahiran
Ishak, sebagai seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh.”
Di dalam ayat ini
terdapat huruf و (wauw)
‘Athf litartibi wa litisholi, maknanya, huruf wauw yang menghubungkan
dua peristiwa yang berbeda, secara berurutan sesuai tertib/urutan waktunya,
yaitu peristiwa pertama tentang penyembelihan anak Nabi Ibrahim as yang telah
dewasa yaitu Nabi Ismail as dan dilanjutkan dengan peristiwa kedua, yaitu
kelahiran Ishaq as.
2. Dasar yang menetapkan bahwa anak itu Ismail as. adalah
kalimat عليه di
ayat 113
kata عليه di sini adalah milik
Nabi Ismail dan bukan Nabi Ibrahim, mengapa demikian, karena pada
kelanjutan ayat Allah berfirman : Dzurriyati hima
dhamir هِـمَا adalah milik Ismail dan
Ishaq, karena mereka adalah saudara seayah, sehingga anak cucu mereka yang
disebut Allah, bukan anak cucu Ibrahim dan Ishaq, karena keduanya adalah bapak
beranak, jadi yang tepat adalah anak cucu Ibrahim dari putra beliau Ismail dan
Ishaq.
Coba perhatikan jawaban
anak Nabi Ibrahim yang hendak dikorbankan itu pada ayat 102:
Ia menjawab: “Wahai
ayah, lakukanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu, Insya Allah
ayah akan mendapatiku sebagai anak yang sabar ( من الصبرين )
Dalam ayat-ayat
selanjutnya mengisahkan dialog antara nabi Ibrahim dengan Ismail tentang
perintah penyembelihan Ismail, dan beliau berdua berhasil melalui ujian yang
nyata tersebut dengan amat sabar, dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengganti Ismail
dengan seekor sembelihan yang besar .
Setelah al-Qur’an
mengisahkan kisah antara nabi Ibrahim dengan putranya Ismail, dalam ayat
selanjutnya yaitu QS. As-Shaffat:112 Al-Qur’an mengisahkan bahwa Allah
Subhanahu Wa Ta’ala memberikan kabar baik akan datangnya seorang anak lagi yang
bernama Ishaq :
“Dan Kami beri dia kabar
gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang
saleh”. (QS.
As-Shaffat:112)
Ayat tersebut memberikan
gambaran yang sangat jelas bahwa kabar gembira akan lahirnya Ishaq adalah
setelah kisah kabar gembira akan lahirnya Ismail dan kisah perintah
penyembelihannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an menyatakan
Ismail-lah yang akan disembelih bukan Ishaq.
MENURUT BIBLE
Nabi Ibrahim dan
Istrinya Sarah adalah dari bangsa yang sama, Sarah mempunyai budak bernama
Hajar dari Mesir. Dalam pernikahannya dengan Sarah nabi Ibrahim belum
dikaruniai anak padahal umur mereka sudah mencapai sekitar 80 tahun.
Akhirnya Sarah
memutuskan agar Ibrahim menikahi budaknya yaitu Hajar.
“Adapun Sarai, isteri
Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir,
Hagar namanya.
Berkatalah Sarai kepada
Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu
baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang
anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.
Jadi Sarai, isteri Abram
itu, mengambil Hagar, hamba-nya, orang Mesir itu, — yakni ketika Abram telah
sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan –, lalu memberikannya kepada Abram,
suaminya, untuk menjadi isteri-nya.” (Kejadian 16:1-3)
Bersama Hajar nabi
Ibrahim mempunyai anak yang kemudian dinamainya Ismail, ketika itu nabi Ibrahim
berumur 86 tahun :
Abram berumur delapan
puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya. (Kejadian 16:16)
Dan ketika nabi Ibrahim
berumur 99 tahun, Allah SWT menjanjikan seorang anak lagi namun dari pihak
Sarah :
“Ketika Abram berumur
sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram” ( Kejadian
17:1)
Aku akan memberkatinya,
dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki,
bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja
bangsa-bangsa akan lahir dari padanya.”(Kejadian 17:16)
Dan setahun kemudian
lahirlah anak dari Sarah yang diberi nama Ishaq, dua tahun ke-mudian nabi
Ibrahim mengadakan perjamuan besar untuk menyapih Ishak, sehingga ketika Ishaq
berumur 2 tahun Ismail berumur 16 tahun, namun Sarab berubah pikiran setelah
mempunyai anak, ia menyuruh nabi Ibrahim untuk mengusir Hajar dan Ismail dari
rumah-nya, maka Hajar dan Ismail meninggalkan rumah Sarah.
Setelah itu Allah
berfirman kepada nabi Ibrahim :
Firman-Nya: “Ambillah
anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishaq, pergilah ke tanah
Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu
gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” (Kejadian 22:2)
Dalam ayat tersebut
dikisahkan secara jelas dan gamblang bahwa Bible mengisahkan Ishaqlah yang
dikorbankan untuk disembelih bukan Ismail.
Satu-satunya dasar bagi
orang-orang Yahudi dan Kristen mengimani Ishaq yang dikorbankan adalah
penyebutan nama Ishaq dalam kitab mereka yaitu dalam Kejadian 22:2.
“Ambillah anakmu yang
tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishaq” . (Kejadian 22:2)
Setelah dikaji, kalimat
“ yakni Ishaq” dalam ayat tersebut mempunyai kejanggalan yang
teramat serius, alasannya :
Pertama : kalimat “yakni
Ishaq” pada susunan tersebut adalah mubazir, karena kalimat tersebut
telah sempurna justru bila tanpa “yakni Ishaq” :
Ambillah anakmu yang
tunggal itu, yang engkau kasihi,
Dengan susunan tersebut
tentu nabi Ibrahim sudah paham siapa yang disebut sebagai anak tunggal yang
dikasihinya. Apa mungkin seorang ayah tidak tahu siapa anak tunggalnya?
Kedua : Kalimat “yakni
Ishaq” kontradiksi dengan kalimat sebelumnya yang menyatakan :
Ambillah anakmu yang
tunggal itu, yang engkau kasihi
Karena ketika itu,
Ismail telah lebih dahulu lahir sebagai anak nabi Ibrahim, penyebutan Ishaq
sebagai anak tunggal dalam ayat tersebut tidak sesuai dengan sejarah dan itu
berarti mengingkari Ismail sebagai anak sah Ibrahim.
“Inilah keturunan
Ismael, anak Abraham, yang telah dilahirkan baginya oleh Hagar, perempuan
Mesir, hamba Sara itu.” (Kejadian 25:12)
Tentu saja menyebut
Ishaq sebagai anak tunggal berarti mengingkari Ismail sebagai anak Ibrahim,
mengingkari Ismail sebagai anak Ibrahim berarti mengingkari ayat-ayat dalam
Bible itu sendiri.
ISHAQ ANAK
TUNGGAL ???
Firman-Nya: “Ambillah
anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi” (Kejadian 22:2)
Siapakah anak tunggal
yang dimaksud dalam ayat tersebut bila bukan Ishaq ?
Ibrahim hanya mempunyai
dua orang anak, yaitu Ismail dan Ishaq, Ishaq bisa disebut sebagai anak tunggal
bila Ismail sebagai anak per-tama telah meninggal, tetapi kenyataannya Ismail
belum meninggal. Ismail bisa disebut sebagai anak tunggal bila Ishaq belum
lahir, keadaan yang kedua inilah yang paling mungkin.
Al-Qur’an mengisyaratkan
bahwa peristiwa perintah penyembelihan terhadap Ismail adalah sebelum Allah
memberikan kabar gembira yang kedua kalinya kepada nabi Ibrahim akan
lahirnya seorang anak lagi yaitu Ishaq, seperti disebutkan dalam QS. 37:101-11.
Al-Qur’an menyatakan
bahwa :
“Maka tatkala anak itu
sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, , Ibrahim berkata:
“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu” (QS.As-Shaffat:102)
Yang dimaksud pada umur
sanggup adalah ketika seseorang sudah bisa untuk mencari kayu bakar, mengembala
kambing, mencari air dan lain-lain, dan ketika Ismail mencapai pada umur
sanggup Ishaq belumlah lahir, jadi ketika itu Ismail adalah anak tunggal nabi
Ibrahim.
Kisah ini jika kita
kembalikan pada kitab Kejadian, sangat bersesuaian, dimana pada usia Ismail
yang sudah lebih dari 10 tahun itu, beliau sudah cukup mengerti untuk berpikir
dan tengah meranjak menuju kepada fase kekedewasan.
Ibrahim yang mendapatkan
perintah dari Allah itu, melakukan dialog tukar pikiran dengan putranya
mengenai pengorbanan yang diminta oleh Allah terhadap diri anaknya ini. Lalu
bagaimana dengan penuturan Taurat, kita lihat dibawah ini :
Kejadian 22:2
“Firman-Nya: “Ambillah
anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah
Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu
gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”
Dari sini saja kita
sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa Kitab Kejadian 22:2 sudah mengalami
distorsi dengan penyebutan anak tunggal itu adalah Ishak (Isaac).
Kejadian 16:16
“Abram berumur delapan
puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.”
Kejadian 21:5
“Adapun Abraham berumur
seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya.”
Berdasarkan kedua ayat
itu, maka anak Ibrahim yang lahir lebih dahulu ialah Ismail; Jika Kejadian 22:2
menerangkan bahwa firman Tuhan kepada Ibrahim untuk mengorbankan “anak
tunggal”, jelas pada waktu itu anak Ibrahim baru satu orang. Lalu kemana anak
yang satunya lagi ? Padahal kedua anak tersebut masih sama-sama hidup !
Jadi seharusnya ayat
yang menerangkan kelahiran Ishaq itu letaknya sesudah ayat pengorbanan. Jadi
setelah ayat yang menceritakan pengorbanan barulah diikuti oleh ayat kelahiran
Ishak. Inilah yang disebut dengan “tahrif” oleh al-Qur’an, yaitu mengubah letak
ayat dari tempatnya yang asli ketempat lain sebagaimana yang disitir oleh QS An
Nisa’ ayat 46 :
QS An-Nisa 46
“Diantara orang-orang Yahudi itu, mereka mengubah perkataan
dari tempatnya…”
Dengan begitu semakin
jelas saja bahwa Taurat memang mengandung tahrif (pengubahan, penambahan,
pengurangan dsb), dan jelas pula bahwa kitab yang sudah diubah-ubah itu tidak
dapat dikatakan otentik dari Tuhan melainkan merupakan kitab yang terdistorsi
oleh ulah tangan-tangan manusia.
Orang Kristen berargumen
bahwa penyebutan Ishak sebagai anak tunggal Ibrahim tidak lain karena Ismail
terlahir dari budak dan merupakan anak tidak sah….. menurut saya pendapat ini
konyol dan tidak beralasan… sebab Kitab Kejadian 16:3 secara jelas menyebutkan
bahwa sebelum Hajar melahirkan Ismail, ia telah di nikahi secara sah oleh
Ibrahim.
Kejadian 16:3
“Jadi Sarai, isteri Abram
itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, —yakni ketika Abram telah
sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan—,lalu memberikannya kepada Abram,
suaminya, untuk menjadi isterinya.”
Adapula orang Kristen
yang membantah dengan merujuk Kejadian 21:12 bahwa yang dimaksud dengan
keturunan Ibrahim adalah yang berasal dari benih Sarah :
“Tetapi Allah berfirman
kepada Abraham: “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam
segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab
yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak”. (Kejadian 21:12)
Tetapi pernyataan ini
tertolak sendiri dengan ayat berikutnya yaitu Kejadian 21:13
Kejadian 21:13
“Tetapi keturunan dari
hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena iapun anakmu”
Sehingga yang dimaksud
oleh ayat Kejadian 21:13 bukan soal “Ishak adalah anak asli keturunan Ibrahim
dan menjadi anak tunggalnya” namun karena masalah warisan Ibrahim sebagaimana
isi dari ayat Kejadian 21:9-10
Kejadian 21:9-10
“Pada waktu itu Sara
melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham,
sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri.. Berkatalah Sara kepada Abraham:
“Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan
menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.”
Seandainya Kristen
berargumentasi bahwa Ismail diusir Ibrahim, atau karena Ibrahim membenci
Ismail….. jawaban saya atas pernyataan tersebut adalah “itu adalah kedustaan
para pendeta Yahudi yang mengedit Taurat”!…. Ibrahim tidaklah mengusir Hajar
(Kejadian 21:11 itu ayat editan Yahudi saja)…. Bahkan sebenarnya hubungan
antara Ibrahim, Ismail, dan Ishak sangat erat. Taurat mencatat setelah Ibrahim
wafat, anak-anaknya (termasuk Ismail) menguburkan ayahnya bersama-sama. Ini
menandakan hubungan keakraban mereka.
Kejadian 25:7-9
“Abraham mencapai umur
seratus tujuh puluh lima tahun, lalu ia meninggal…..Dan anak-anaknya, Ishak dan
Ismael, menguburkan dia dalam gua Makhpela…..”
Bila memang benar Sarah
cemburu dan mengusir mereka, itu adalah masalah lain. Namun yang terpenting
adalah Ibrahim, Ismail, dan Ishak saling mencintai satu sama lain. Kita bisa
sama-sama melihat hubungan antara Ishak dan Ismail yang sangat akrab, melalui
pernikahan antara anak Ishak (Esau bin Ishak) dan anak Ismail (Mahalat bin
Ismail dan Basmat bin Ismail).
Kejadian 28: 8-9
“maka Esaupun menyadari,
bahwa perempuan Kanaan itu tidak disukai oleh Ishak, ayahnya. Sebab itu ia
pergi kepada Ismael dan mengambil Mahalat menjadi isterinya, di samping kedua isterinya
yang telah ada. Mahalat adalah anak Ismael anak Abraham, adik Nebayot.”
Kejadian 36:2-3
“Esau mengambil….. Basmat, anak Ismael, adik Nebayot.”
Kejadian 21:8-10 kontradiksi dengan
Kejadian 21:14-21
Kejadian 21:14-21
14. Keesokan harinya
pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada
Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian
disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang
gurun Bersyeba.
15. Ketika air yang dikirbat
itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak,
16. dan ia duduk agak
jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya: “Tidak tahan aku melihat anak
itu mati.” Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan suara nyaring.
17. Allah mendengar
suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya
kepadanya: “Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah
telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring.
18. Bangunlah, angkatlah
anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang
besar.”
19. Lalu Allah membuka
mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan
air, kemudian diberinya anak itu minum.
20. Allah menyertai anak
itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi
seorang pemanah.
21. Maka tinggallah ia
di padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri baginya
dari tanah Mesir.
Kejadian 21:8-10
menceritakan Ismail sudah dewasa (berumur 14 tahun lebih) dan bermain dengan
Ishak yang masih balita, hal ini membuat Sarah marah dan mengusir Ismail.
Keesokan harinya….nah
inilah yang aneh…. cerita Kejadian 21:14-21 justru menceritakan hal yang
bertentangan dengan ayat yang sebelumnya diceritakan.
Kenapa bertentangan ?
Karena dalam Kejadian
21:14-21 digambarkan seolah-olah Ismail masih seorang bayi yang digendong
dibahu ibunya, kemudian Ismail yang menurut kitab Kejadian sendiri saat itu
sudah berusia 16 tahun yang notabene sudah cukup dewasa kembali digambarkan bagai
anak kecil yang mesti dibaringkan dibawah semak-semak (Kejadian 21:15) lalu
diperintahkan untuk diangkat, digendong (Kejadian 21:18).
Masa iya sih Hagar harus
menggendong seorang anak laki-laki “dewasa” yang berusia 16 tahun, apa tidak
terbalik seharusnya Ismail yang menggendong Hagar ?
Kemudian disambung pada
Kejadian 21:20 seolah Ismail masih sangat belia sekali sehingga dikatakan
“…Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang
gurun dan menjadi seorang pemanah”.
Jadi dari sini saja
sudah kelihatan telah terjadi kerusakan dan manipulasi sejarah dan fakta yang
ada pada ayat-ayat Taurat, jelas sudah Taurat adalah kitab suci editan para
pendeta Yahudi.
QS An-Nisa 46
“Yaitu orang-orang
Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya…..”
Dalam satu perdiskusian
agama dimilis Islamic Network beberapa tahun yang lampau, seorang rekan Kristen
membantah kalimat “untuk diangkat, digendong… ” yang termuat didalam kitab
Kejadian ini adalah dalam bentuk kiasan, jadi disana jangan diartikan secara
harfiah, karena maksud yang ada pada ayat itu bahwa nasib hidup dan makan dari
Ismail ada dipundak Hagar.
Padahal jika kita mau
melihat kedalam konteks ayat-ayat aslinya, akan nyatalah bahwa apa yang
dimaksudkan dengan bentuk kiasan tersebut sama sekali tidak menunjukkan seperti
itu.
Mari kita kupas :
Kejadian 21:14 (Alkitab LAI 1974)
“Keesokan harinya
pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada
Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian
disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang
gurun Bersyeba.
Tidak lupa saya akan
mengutip juga beberapa terjemahan ayat diatas didalam beberapa versi alkitab
yakni Douay Rheims Bible (DRB), English Standard Version (ESV), dan King James
Version (KJV) :
(DRB) So Abraham rose up
in the morning, and taking bread and a bottle of water, put it upon her
shoulder, and delivered the boy, and sent her away. And she departed, and
wandered in the wilderness of Bersabee.
(ESV) So Abraham rose
early in the morning and took bread and a skin of water and gave it to Hagar,
putting it on her shoulder, along with the child, and sent her away. And she
departed and wandered in the wilderness of Beersheba.
(KJV) And Abraham rose
up early in the morning, and took bread, and a bottle of water, and gave it
unto Hagar, putting it on her shoulder, and the child, and sent her away: and
she departed, and wandered in the wilderness of Beersheba.
Jadi menurut Taurat,
Ibraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia
meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah
perempuan itu pergi
Lihat kalimat bahasa
Inggris tidak menyebutkan Hagar dan Ismail tetapi hanya menyebutkan kata “…and
sent HER away: and SHE departed, and wandered”
Jadi jelas yang diusir
dan berjalan disana adalah Hagar sendirian, sebab Ismail ada dalam gendongan
Hagar. Mustahil anak berusia 16 tahun digendong!!
Lalu kita lanjutkan pada
kalimat berikutnya :
Kejadian 21:15 Alkitab LAI 1974
“Ketika air yang
dikirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak,”
(DRB) And when the water
in the bottle was spent, she cast the boy under one of the trees that were
there.
(ESV) When the water in
the skin was gone, she put the child under one of the bushes.
(KJV) And the water was
spent in the bottle, and she cast the child under one of the shrubs.
Jadi semakin jelas,
ketika bekal air didalam kirbat sudah habis, lalu Ismail (yang secara jelas
disebut sebagai THE CHILD dan THE BOY) yang digendong itu diturunkan dari
tubuhnya dan dibaringkan dibawah pohon.
Apakah masih mau
bersikeras dengan mengatakan kalau kata “menggendong atau memikul” THE CHILD
disana bukan dalam arti yang sebenarnya ?
Lalu kita lihat sendiri
pada ayat-ayat berikutnya dimana Hagar akhirnya mendapatkan mata air dan
memberi minum kepada anaknya (THE CHILD) yang menangis kehausan lalu anak
tersebut dibawah bimbingan Tuhan meranjak dewasa, jadi anak itu pada masa
tersebut belumlah dewasa, padahal usianya kala itu sudah hampir 17 tahun.
Lelucon Kejadian pasal 22
Ada 3 poin utama yang
harus di perhatikan mengenai lokasi tempat tinggal :
1. Hajar dan Ismail melewati Bersyeba (kejadian
21:14), kemudian tiba dan berdomisili di Paran (Kejadian
21:21)
2. Ibrahim sedang berada
di Bersyeba (Kejadian 21:33)
3. Sarah dan Ishak
berdomisili di Hebron, Sarah wafat di Hebron (kejadian
23:2)
Pada pasal 22,
langsung disebutkan
bahwa nabi Ibrahim mendapat perintah untuk menyembelih anak tunggalnya. Artinya
Ibrahim masih berada di Bersyeba.
Kejadian pasal 22
1. Setelah semuanya itu
Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: “Abraham,” lalu sahutnya: “Ya,
Tuhan.”
2. Firman-Nya: “Ambillah
anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah
Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu
gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”
3. Keesokan harinya
pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua
orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban
bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah
kepadanya.
4. Ketika pada hari
ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari
jauh.
5. Kata Abraham kepada
kedua bujangnya itu: “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta
anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali
kepadamu.”
6. Lalu Abraham
mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak,
anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya
berjalan bersama-sama.
7. Lalu berkatalah Ishak
kepada Abraham, ayahnya: “Bapa.” Sahut Abraham: “Ya, anakku.” Bertanyalah ia:
“Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban
bakaran itu?”
8. Sahut Abraham: “Allah
yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.”
Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
9. Sampailah mereka ke
tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ,
disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah
itu, di atas kayu api.
10. Sesudah itu Abraham
mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
11. Tetapi berserulah
Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya,
Tuhan.”
12. Lalu Ia berfirman:
“Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui
sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk
menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.”
13. Lalu Abraham menoleh
dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam
belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban
bakaran pengganti anaknya.
14. Dan Abraham menamai
tempat itu: “TUHAN menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: “Di
atas gunung TUHAN, akan disediakan.”
15. Untuk kedua kalinya
berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham,
16. kata-Nya: “Aku
bersumpah demi diri-Ku sendiri—demikianlah firman TUHAN—:Karena engkau telah
berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang
tunggal kepada-Ku,
17. maka Aku akan
memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak
seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu
akan menduduki kota-kota musuhnya.
18. Oleh keturunanmulah
semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan
firman-Ku.”
19. Kemudian kembalilah
Abraham kepada kedua bujangnya, dan mereka bersama-sama berangkat ke Bersyeba;
dan Abraham tinggal di Bersyeba.
Bila kita simak dengan
seksama, maka Kejadian pasal 22 memiliki dua keganjilan yakni :
Kejanggalan pertama
Kejadian pasal 22 ini
mengisahkan seolah-olah Ishak berada di Bersyeba. Padahal tidak ada anak Ibrahim
yang berdomisili di Bersyeba. Ishak dan ibunya justru tinggal di Hebron.
Kejanggalan Kedua
Setelah selesai ritual,
pada Kejadaian 22:19 Ibrahim dan Ishak pulang ke Bersyeba. Jadi seolah-olah
Sarah berdomisili di Bersyeba. Padahal Taurat mencatat Sarah berdomisili di
Hebron hingga wafatnya (Kejadian 23:1-2).
Kesimpulannya :
Seandainya Ishak yang
disembelih, seharusnya Kejadian pasal 22 menceritakan kepulangan Ibrahim ke
Hebron, tempat tinggal Sarah, untuk membawa Ishak yang hendak dikurbankan.
Kemudian setelah acara ritual pengurbanan selesai, mestinya Ibrahim
mengembalikan Ishak kepada ibunya di Hebron. BUKAN DI BERSYEBA. Kedengkian
pendeta Yahudi mengedit taurat sudah terlalu jelas didepan mata. Pendeta Yahudi
mengedit nama tempat Paran (lokasi tempat tinggal Ismail) menjadi nama tempat
tinggal Ishak. Namun pendeta Yahudi terburu-buru mengedit Paran menjadi
Bersyeba, padahal harusnya Hebron. Serapat-rapatnya menutupi kebenaran akhirnya
ketahuan juga, itulah perumpamaan untuk pengedit Taurat.