Aisyah gadis 19 tahun saat menikah
Tulisan ini mencoba meluruskan
riwayat pernikahan Rasulullah dengan Aisyah ra. yang telah berabad-abad lamanya
diyakini secara tidak rasional. Dan efeknya, orientalis Barat pun memanfaatkan
celah argumen data pernikahan ini sebagai alat tuduh terhadap Rasulullah dengan
menganggapnya fedofilia. Mari kita buktikan. Secara keseluruhan data-data yang
dipaparkan tulisan ini diambil dari hasil riset Dr.M. Syafii Antonio dalam
bukunya, Muhammad SAW The Super Leader Super Manager (2007)
Memang riwayat pernikahan Rasulullah dengan Aisyah ra. Ketika Aisyah berumur 6 tahun dan serumah saat Aisyah sudah berumur 9 tahun, merupakan riwayat yang sangat terkenal baik dikalangan umat Islam sendiri, apalagi dikalangan umat Kristen. Orang-orang Kristen, apalagi kelompok orientalis selalu menjadikan riwayat pernikahan Rasulullah dengan Aisyah sebagai senjata untuk menghujat dan melecehkan Rasulullah SAW. Setiap buku-buku yang ditulis oleh orientalis pasti tidak ketinggalan riwayat pernikahan Rasulullah dengan Aisyah selalu menjadi andalan untuk mencuci otak umat Islam yang awam, agar mereka ragu atas kenabian Muhammad SAW.
KUALITAS HADITS
Alasan pertama. Hadits terkait umur Aisyah saat menikah tergolong problematik alias dho’if. Beberapa riwayat yang menerangkan tentang pernikahan Aisyah dengan Rasulullah yang bertebaran dalam kitab-kitab Hadits hanya bersumber pada satu-satunya rowi yakni Hisyam bin ‘Urwah yang didengarnya sendiri dari ayahnya. Mengherankan mengapa Hisyam saja satu-satunya yang pernah menyuarakan tentang umur pernikahan ‘Aisyah r.a tersebut. Bahkan tidak oleh Abu Hurairah ataupun Malik bin Anas. Itu pun baru diutarakan Hisyam tatkala telah bermukim di iraq.
Hisyam pindah bermukim ke negeri
Iraq dalam umur 71 tahun. Mengenai Hisyam ini, Ya’qub bin Syaibah berkata: “Apa
yang dituturkan oleh Hisyam sangat terpercaya, kecuali yang disebutkannya
tatkala ia sudah pindah ke Iraq.” Syaibah menambahkan, bahwa Malik bin Anas
menolak penuturan Hisyam yang dilaporkan oleh penduduk Iraq. (Ibn Hajar
Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib. Dar Ihya al-Turats al-Islami, Jilid II, hal. 50)
Termaktub pula dalam buku tentang sketsa kehidupan para perawi Hadits, bahwa
tatkala Hisyam berusia lanjut ingatannya sangat menurun (Al-Maktabah
Al-Athriyah, Jilid 4, hal. 301). Alhasil, riwayat umur pernikahan Aisyah yang
bersumber dari Hisyam ibn ‘Urwah, tertolak.
URUTAN PERISTIWA KRONOLOGIS
Alasan kedua. Terlebih dahulu perlu diketahui
peristiwa-peristiwa penting secara kronologis ini:
Pra-610
M : Zaman Jahiliyah
610 M :
Permulaan Wahyu turun
610 M :
Abu Bakar r.a. masuk Islam
613 M : Nabi Muhammad SAW mulai menyiarkan Islam secara terbuka
615 M : Umat Islam hijrah I ke Habsyah
616 M : Umar bin al-Khattab masuk Islam
620 M : Aisyah r.a dinikahkan
622 M : Hijrah ke Madinah
623/624 M : Aisyah serumah sebagai suami isteri dengan Nabi Muhammad SAW.
MENURUT AL-THABARI, KEEMPAT ANAK ABU BAKAR RA. DILAHIRKAN OLEH ISTERINYA PADA MASA JAHILIYAH. ARTINYA SEBELUM 610 M.
613 M : Nabi Muhammad SAW mulai menyiarkan Islam secara terbuka
615 M : Umat Islam hijrah I ke Habsyah
616 M : Umar bin al-Khattab masuk Islam
620 M : Aisyah r.a dinikahkan
622 M : Hijrah ke Madinah
623/624 M : Aisyah serumah sebagai suami isteri dengan Nabi Muhammad SAW.
MENURUT AL-THABARI, KEEMPAT ANAK ABU BAKAR RA. DILAHIRKAN OLEH ISTERINYA PADA MASA JAHILIYAH. ARTINYA SEBELUM 610 M.
Jika ‘Aisyah dinikahkan dalam umur 6 tahun berarti ‘Aisyah lahir tahun 613 M. Padahal menurut Al-Thabari semua keempat anak Abu Bakar ra. lahir pada zaman Jahiliyah, yaitu sebelum tahun 610. Jadi kalau Aisyah ra. Dinikahkan sebelum 620 M, maka beliau dinikahkan pada umur di atas 10 tahun dan hidup sebagai suami isteri dengan Nabi Muhammad SAW dalam umur di atas 13 tahun. Kalau di atas 13 tahun, dalam umur berapa pastinya beliau dinikahkan dan serumah? untuk itu kita perlu menengok kepada kakak perempuan Aisyah ra. yaitu Asma.
PERHITUNGAN
UMUR AISYAH :
Menurut Abdurrahman ibn Abi Zannad, “Asma 10 tahun lebih tua dari Aisyah ra.” (At-Thabari, Tarikh Al-Mamluk, Jilid 4, hal. 50. Tabari meninggal 922 M) Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, Asma hidup hingga usia 100 tahun dan meninggal tahun 73 atau 74 Hijriyah (Al-Asqalani, Taqrib al-Tahzib, hal. 654). Artinya, apabila Asma meninggal dalam usia 100 tahun dan meninggal pada tahun 73 atau 74 Hijriyah, maka Asma berumur 27 atau 28 tahun pada waktu Hijrah, sehingga Aisyah berumur (27 atau 28) – 10 = 17 atau 18 tahun pada waktu Hijriyah. Dengan demikian berarti Aisyah mulai hidup berumah tangga dengan Nabi Muhammad SAW pada waktu berumur 19 atau 20 tahun.
PEMBENARAN-PEMBENARAN YANG
DIPAKSAKAN ITU ADALAH:
Menganggap pernikahan itu adalah wajar pada masa itu. Pernikahan tersebut menunjukan bahwa Aisyah ra. sudah matang berumah tangga sejak kecil dan merupakan kehebatan Islam dalam membentuk kedewasaan seorang anak. Bagaimanapun, penjelasan diatas tidak bisa diterima begitu saja oleh akal sehat. Hanya orang-orang naif yang hina saja yang mempercayai jawaban itu dan secara tidak langsung terus menerus mengkampanyekan pernikahan Aisyah ra. saat berumur 6 tahun. Akibatnya, fitnah besar telah datang terhadap kehormatan diri Rasulullah yang suci, pribadi yang maksum, teladan umat Islam. Fitnah tersebut adalah bahwa seorang Nabi telah menikahi anak perempuan di bawah umur, melucuti pakaian dan meniduri anak-anak yang masih lucu-lucunya sambil memegang bonekanya. Belum lagi tuduhan pedofilia yang di lancarkan musuh-musuh Islam terhadap Rasulullah s.a.w. Dan jangan pernah mengaku cinta terhadap nabi Muhammad kalau masih saja percaya dengan cerita yang sangat melecehkan beliau ini. Naudzubullahi min dzalik.
Sebagian
umat Islam bungkam atas kebenaran yang
dipaksakan ini, lalu mereka membuat pembenaran dengan cara yang dipaksakan pula
agar pembenaran tersebut terlihat logis. Anda tentu tidak akan menikahkan anak
perempuan anda yang berumur 6 tahun demi menjalankan sunnah rasul. Tidak benar
bahwa Aisyah menikah ketika berumur 6 tahun. Itu fitnah yang sangat keji, yang
sangat menghina dan melecehkan kemuliaan nabi tercinta Muhammad SAW. Seorang
ulama besar hindustan diabad 20, Hz.
Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi karena kecintaannya kepada
pribadi Nabi muhammad, telah mengkaji secara mendalam umur Aisyah ra. Dan
men-tahqiq hadist yang disahihkan oleh Bukhari-Muslim dalam kitab-nya yang
berjudul “Umur Aesyah?”.
Tentang
umur Aisyah ra. banyak ahli sejarah yang menyampaikan pendapatnya. Ada yang
mengatakan 9 tahun, 14 tahun, namun kebanyakan berpegang pada kitab Sahih
Bukrori-Muslim yang menyebutkan Aisyah berumur 6 tahun saat menikah. Dari
Aisyah ra, ia berkata: Rasulullah s.a.w menikahiku pada saat aku berusia enam
tahun dan beliau menggauliku saat berusia sembilan tahun. Aisyah ra.
melanjutkan: Ketika kami tiba di Madinah, aku terserang penyakit demam selama sebulan
setelah itu rambutku tumbuh lebat sepanjang pundak. Kemudian Ummu Ruman datang
menemuiku waktu aku sedangbermain ayunan bersama beberapa orang teman
perempuanku. Ia berteriak memanggilku, lalu aku mendatanginya sedangkan aku
tidak mengetahui apayang diinginkan dariku. Kemudian ia segera menarik tanganku
dan dituntun sampai di muka pintu. Aku berkata: Huh.. huh.. hingga nafasku
lega. Kemudian Ummu Ruman dan aku memasuki sebuah rumah yang di sana telah
banyak wanita Ansar. Mereka mengucapkan selamat dan berkah dan atas nasib yang
baik. Ummu Ruman menyerahkanku kepada mereka sehingga mereka lalu memandikanku
dan meriasku, dan tidak ada yang membuatku terkejut kecuali ketika Rasulullah
s.a.w datang dan mereka meyerahkanku kepada beliau . [Bukhari-Muslim No. 69
(1442)]
Makna
yang sama tercatat juga dalam kitab Sahih Bukhari Volume 5, buku-58 nomor 238.
Dan masih banyak lagi di dalam hadist dalam kitab Bukhari-Muslim yang mencatat
cerita Aisyah ra. ini, dimana memuat 3 informasi penting, yaitu: (1) Aisyah ra.
di nikahi saat berumur 6 tahun, (2) berumah tangga saat berumur 9 tahun, (3)
saat dirinya di serahkan kepada Rasulullah, Aisyah sedang bermain-main ayunan.
HADIST
UMUR AISYAH RA. TIDAK SHAHIH
Hz. Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi mencatat keganjilan pada hadis-hadist yang menyebut umur Aisyah ra. Bukti-bukti dalam kitab-kitab yang ditulis oleh ulama Islam berselisih tentang perawi hadist tersebut riwayatnya bersumber dari Aisyah ra. atau-kah pengamatan Urwah bin Zubair. Tapi yang pasti, bukan kata-kata Rasulullah s.a.w. Jika ini adalah kata-kata Urwah bin Zubair, maka itu bukanlah hadist dan hanya sekedar dongeng serta tidak memiliki implikasi apapun terhadap syariah.
Namun
jika ini perkataan Aisyah ra., setelah dicermati, semua hadist
tersebut perawinya tersambung kepada Hisyam bin Urwah dari bapaknya Urwah bin Zubair yang diriwayatkan dari Aisyah ra. Hanya dari garis itu saja, hanya Hisyam bin Urwah dan Urwah bin Zubair! Tidak ada yang lain. Tidak ada sahabat-sahabat nabi lainnya menceritakan umur Aisyah ra. saat menikah. Hanya ada Hisyam bin Urwah!
tersebut perawinya tersambung kepada Hisyam bin Urwah dari bapaknya Urwah bin Zubair yang diriwayatkan dari Aisyah ra. Hanya dari garis itu saja, hanya Hisyam bin Urwah dan Urwah bin Zubair! Tidak ada yang lain. Tidak ada sahabat-sahabat nabi lainnya menceritakan umur Aisyah ra. saat menikah. Hanya ada Hisyam bin Urwah!
Ada apa
dengan Hisyam bin Urwah? Dan siapa Urwah bin Zubair?
Tentang Hisyam bin Urwah, dua ulama besar pernah menjadi muridnya, yaitu Imam Malik dan Imam Hanafi. Hadist tentang pernikahan Rasulullah dengan Aisyah ini tidak tercatat dalam kitab Muwatta yang di tulis oleh muridnya Hisyam bin Urwah, yaitu Imam Malik. Hadist ini juga tidak tercatat di kitab-kitab yang ditulis oleh Abu Hanifah, sedangkan Abu Hanifah adalah murid Hisyam bin Urwah.
Tentang Hisyam bin Urwah, dua ulama besar pernah menjadi muridnya, yaitu Imam Malik dan Imam Hanafi. Hadist tentang pernikahan Rasulullah dengan Aisyah ini tidak tercatat dalam kitab Muwatta yang di tulis oleh muridnya Hisyam bin Urwah, yaitu Imam Malik. Hadist ini juga tidak tercatat di kitab-kitab yang ditulis oleh Abu Hanifah, sedangkan Abu Hanifah adalah murid Hisyam bin Urwah.
Imam
Malik sendiri sebagai murid Hisyam bin Urwah pernah berkata dalam kitab Muwatta
menyatakan bahwa: Hisyam layak dipercaya dalam semua perkara, kecuali setelah
dia tinggal di Iraq. Imam Malik sangat tidak rela dan tidak setuju Hisyam bin
Urwah dikatakan sebagai perawi Hadist. Tehzib al-Tehzib, merupakan buku yang
membahas mengenai kehidupan dan kridibilitas perawi hadis-hadits nabi saw, menulis Hadist-hadist yang bersanad
oleh Hisham bin Urwah adalah shahih kecuali hadis-hadisnya yang diterima oleh
Hisyam bin Urwah dari riwayat yang
disampaikan oleh orang-orang dari Iraq.
Ibnu
Hajar mengatakan, Penduduk Madinah menolak riwayat Hisyam bin Urwah yang ia
dengar dari ceritak orang-orang Iraq. Dalam kesempatan lain Ibnu Hajar
mengatakan tentang Hisyam bin Urwah sebagai seorang Mudallis. Yaqub bin Abi
Syaibah berkata: Hisyam adalah orang yang tsiqoh (terpercaya), tidak ada
riwayatnya yang dicurigai, kecuali setelah ia tinggal di Irak. Cukup
mengejutkan setelah kita mengetahui bahwa para perawi hadist umur Aisyah ra.
semuanya penduduk Iraq.
DARI ORANG-ORANG KUFAH, IRAQ:
Sufyan
bin Said Al-Thawri Al-Kufi, Sufyan bin ?, Ainia Al-KufiAli
bin Masher Al-Kufi, Abu Muawiyah Al-Farid Al-Kufi, Waki bin Bakar
Al-Kufi, Yunus bin Bakar Al-Kufi, Abu Salmah Al-Kufi, Hammad bin Zaid Al-Kufi, Abdah bin Sulaiman Al-Kufi
bin Masher Al-Kufi, Abu Muawiyah Al-Farid Al-Kufi, Waki bin Bakar
Al-Kufi, Yunus bin Bakar Al-Kufi, Abu Salmah Al-Kufi, Hammad bin Zaid Al-Kufi, Abdah bin Sulaiman Al-Kufi
DARI PENDUDUK BASRAH, IRAQ:
Hammad
bin Salamah Al-Basri, Jafar bin Sulaiman Al-Basri, Hammad bin Said Basri, Wahab
bin Khalid Basri
Itulah orang-orang yang meriwayatkan hadist umur Aisyah ra dari Hisyam bin Urwah. Hisyam hijrah ke Iraq ketika berumur 71 tahun. Adalah aneh jika selama hidupnya Hisyam bin Urwah tidak pernah menceritakan hadist ini kepada murid-muridnya seperti Imam Malik dan Imam Hanafi dan sahabat-sahabatnya di Madinah selama 71 tahun tinggal di Madinah.
Justru ia
menceritakan hadist ini ketika hari tua menjelang ajalnya kepada orang-orang
Iraq. Lebih aneh lagi ketika kita mengetahui bahwa tidak ada penduduk Madinah
atau Mekkah yang ikut meriwayatkan hadist tersebut. Bukankah Madinah adalah tempat
dimana Aisyah ra. dan Rasulullah s.a.w pernah tinggal, serta tempat dimana
penduduk Madinah menyaksikan waktu dimana Aisyah ra. mulai berumah tangga
dengan Rasulullah s.a.w. Lalu mengapa orang-orang Iraq yang memiliki hadist
ini? Sesuatu yang aneh bukan?
Jadi kesimpulannya jelas, hadist umur Aisyah ra. saat menikah diceritakan hanya oleh orang-orang Irak dari Hisyam bin Urwah. Hisyam bin Urwah mendapatkan hadist ini dari bapaknya, Urwah bin Zubair. Ibnu Hajar menyebut tentang Urwah bin Zubair seorang nashibi (orang yang membenci ahlul bait). Menurut Ibnu Hajar, seorang nashibi riwayatnya tidak di percaya.
Kita tidak perlu meragukan nasihat dan ilmu yang dimiliki Hisyam bin Urwah saat ia tinggal di Madinah. Namun kita perlu memperhatikan pendapat ulama-ulama salaf yang menolak semua hadist yang di riwayatkan Hisyam bin Urwah saat ia tinggal di Iraq. Lalu bagaimana bisa Bukhari Muslim mencatat hadist ini dalam shahihnya?
Jadi kesimpulannya jelas, hadist umur Aisyah ra. saat menikah diceritakan hanya oleh orang-orang Irak dari Hisyam bin Urwah. Hisyam bin Urwah mendapatkan hadist ini dari bapaknya, Urwah bin Zubair. Ibnu Hajar menyebut tentang Urwah bin Zubair seorang nashibi (orang yang membenci ahlul bait). Menurut Ibnu Hajar, seorang nashibi riwayatnya tidak di percaya.
Kita tidak perlu meragukan nasihat dan ilmu yang dimiliki Hisyam bin Urwah saat ia tinggal di Madinah. Namun kita perlu memperhatikan pendapat ulama-ulama salaf yang menolak semua hadist yang di riwayatkan Hisyam bin Urwah saat ia tinggal di Iraq. Lalu bagaimana bisa Bukhari Muslim mencatat hadist ini dalam shahihnya?
IMAM BUKHORI DAN MUSLIM TIDAK
MEMPERSOALKAN PERAWI HADITS TENTANG UMUR AISYAH KETIKA MENIKAH DENGAN
RASULULLAH, KARENA DIANGGAP BUKAN HADITS NABI, HANYA RIWAYAT DARI SAHABAT.
Salah satu prinsip ulama hadist yang dinukilkan oleh Baihaqi adalah:
Apabila kami meriwayatkan hadis mengenai halal dan haram dan perintah dan larangan, kami menilai dengan ketat sanad-sanad dan mengkritik perawi-perawinya, akan tetapi apabila kami meriwayatkan tentang fazail (keutamaan) , pahala dan azab, kami mempermudahkan tentang sanad dan berlembut tentang syarat-syarat perawi.(Fatehul-Ghaith, ms 120)
Disinilah
letak masalahnya. Umur Aisyah memang digampangkan kritik perawinya karena
dipandang bukan bab penting mengenai halal atau haram suatu syariah. Para ulama
hadist mengabaikan kesilapan dan kelemahan perawi dalam hadist Umur Aisyah
karena umur tersebut dianggap tidak penting. Mereka tidak memeriksa perawinya
secara terperinci. Dan tidak membayangkan kalau cerita ini justru menghina
Rasulullah saw. Kemudian menjadi senjata bagi kaum Kristen untuk melecehkan dan
menghina nabi Muhammad saw.
Ibnu
Hajar membela Bukhari tidak mungkin tersilap dalam mengambil perawi. Namun
dengan kesal Hz. Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi mengatakan bahwa
semua riwayat Hisyam setelah tinggal di Iraq tidak bisa diterima. Mengenai
tidak diterimanya Hisyam setelah di tinggal Irak, Ibnu Hajar mengakui bahwa
penduduk Madinah menolak riwayat Hisyam. Mengenai ini, saya berpendapat Ibnu
Hajar dan Imam Bukhari tidak menyadari keputusannya mempermudah sanad dan
berlemahlembut dalam syarat perawi pada hadist umur Aisyah ra. Telah menciderai
kepribadian Rasulullah beberapa abad kemudian. Saya tidak menampik keluasan
ilmu kedua ulama besar tersebut, tapi kita yang hidup jaman sekarang patut
meluruskan hadist tersebut.
Ketidaktelitian riwayat Hisyam ini memang tidak mengalami masalah di jaman dulu, namun berakibat buruk saat ini. Di abad ke 20 ini, tanpa disadari oleh ulama-ulama hadist di jaman dulu, masalah umur Aisyah ra. telah menjadi fitnah yang keji terhadap pribadi Rasulullah s.a.w. Fitnah ini tanpa sadar diiyakan oleh umat Islam sambil terseok-seok mencari pembenarannya. Alhamdulillah, fitnah ini telah diluruskan oleh Hz. Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi yang men-tahqiq hadist Bukhari tersebut.
Setelah
kita mengetahui bahwa hadist tentang umur Aisyah ra. Saat menikah dengan
Rasulullah s.a.w adalah hadist yang dhaif atau di-dhaifkan, maka sudah
sepantasnya umat Islam tidak lagi menulis atau menyebutkan umur Aisyah ra. saat
menikah dengan Rasulullah adalah 6 tahun dan berumah tangga umur 9 tahun, itu
suatu penghinaan terhadap kemuliaan dan kesucian junjungan kita nabi Muhammad
saw.
Seorang
ahli hadits, termasuk guru saya, beliau masih saja berpegang kepada hadits
riwayat Hisyam bin Urwah ini. Setelah
berdebat dengan saya beberapa waktu,
akhirnya dia ikut mengakui bahwa memang hadits Hisyam bin Urwah yang
meriwayatkan Aisyah berumur 6 tahun saat menikah dengan Rasulullah adalah
hadits palsu, setelah saya selidiki dengan cermat, katanya.
Masih
banyak ustadz-ustadz, kiyai-kiyai, ulama yang percaya dengan hadits dari Hisyam
bin Urwah ini, bahkan mereka bangga nabi mereka menikahi Aisyah yang berumur 6
tahun, mereka sadar atau tidak sadar sudah ikut menebarkan fitnah yang sangat
keji terhadap nabi Muhammad saw dan merendahkan kemuliaan nabi Muhammad saw
yang katanya sangat mereka cintai.
Ditulis
karena kecintaan yang sangat besar kepada Ummul Mukminin Aisyah ra, Istri
Rasulullah saw, putri Khalifah pertama umat Islam, dan sumber periwayat hampir
seper-empat hadist-hadist dan sunnah Rasul.
SEBAGAI TAMBAHAN DATA-DATA BERIKUT
DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGANALISA UMUR AISYAH RA SAAT MENIKAH DENGAN RASULULLAH
SAW.
DATA 1 :
AISYAH DIPINANG NABI SAW
Menurut Tabari (juga menurut Hisham ibn `Urwah, Ibn Hunbal and Ibn Sad), Aisyah dipinang pada usia 7 tahun dan mulai berumah tangga (tinggal bersama Nabi) pada usia 9 tahun.
Tetapi,
di bagian lain, Al-Tabari mengatakan: “Semua anak Abu Bakar ada 4 orang
dilahirkan pada masa jahiliyah dari 2 isterinya.” (Tarikhu’l-umam wa’l-mamlu’k,
Al-Tabari (died 922), Vol. 4,p. 50, Arabic, Dara’l-fikr, Beirut, 1979).
Jika Aisyah dipinang pada 620M (Aisyah umur 7 tahun) dan berumah tangga (tinggal bersama Nabi) pada tahun 623/624M (usia 9 tahun), ini berarti bahwa Aisyah dilahirkan pada 613M (selepas zaman jahiliah). Al-Tabari bertentangan dalam riwayat yang ia tulis sendiri, bahwa Aisyah seharusnya dilahirkan ketika zaman jahiliah, iaitu sebelum tahun 610M.
Jika kita tetap mengunapakai
penyataan Al-Tabari bahawa Aisyah memang lahir di zaman jahiliyah yaitu sebelum
610M, artinya Aisyah ketika tinggal bersama Nabi seharusnya paling tidak telah
berusia 13 tahun, bukannya 9 tahun.
KESIMPULAN: Periwayatan Al-Tabari mengenai
umur Aisyah adalah tidak konsisten.
DATA 2 :
PERBANDINGAN UMUR AISYAH DENGAN KAKAKNYA ASMA
Menurut Abda’l-Rahman ibn abi zanna’d: “Asma lebih tua 10 tahun dibanding Aisyah” (Siyar A`la’ma’l-nubala’, Al-Zahabi, Vol. 2, p. 289, Arabic,
Mu’assasatu’l-risalah,
Beirut, 1992).
Menurut
Ibn Kathir: “Asma lebih tua 10 tahun dari adiknya (Aisyah)” (Al-Bidayah
wa’l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 371,Dar al-fikr al-`arabi, Al-jizah,
1933).
Menurut Ibn Kathir: “Asma melihat pembunuhan anaknya pada tahun 73 H, dan 5 hari kemudian Asma meninggal. Menurut riwayat lainya, dia meninggal 10 atau 20 hari kemudian, atau beberapa hari lebih dari 20 hari, atau 100 hari kemudian. Riwayat yang paling kuat adalah 100 hari kemudian. Pada waktu Asma Meninggal, dia berusia 100 tahun” (Al-Bidayah wa’l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 372, Dar al-fikr al-`arabi, Al- jizah, 1933)
Menurut
Ibn Hajar Al-Asqalani: “Asma hidup sampai 100 tahun dan meninggal pada 73 atau
74 H.” (Taqribu’l-tehzib, Ibn Hajar Al-Asqalani,p. 654, Arabic, Bab fi’l-nisa’,
al-harfu’l-alif, Lucknow).
Menurut
sebahagian besar ahli sejarah, Asma, saudara tertua Aisyah, berbeda umur 10
tahun dengan Aisyah. Jika Asma wafat pada usia 100 tahun yaitu tanggal 73 H /
695M, Asma seharusnya berusia 27 tahun ketika hijrah ke Madinah (622M).
Jika Asma
berusia 27 tahun ketika hijrah ke Madinah (622M), Aisyah pula seharusnya
berusia 17 tahun ketika hijrah ke Madinah, karena beda umur mereka 10 tahun.
Dan mengikut kronologi diatas, maka Aisyah mulai tinggal bersama-sama Nabi
s.a.w pada tahun 623-624M/2H sekaligus membuktikan Aisyah berusia 19 atau 20
tahun ketika pertama tinggal serumah bersama Nabi s.a.w., dan bukannya 9 tahun.
Berdasarkan
Hajar, Ibn Katir, and Abda’l-Rahman ibn abi zanna’d, terbukti usia Aisyah
ketika beliau berumah tangga dengan Rasulullah adalah 19 atau 20 tahun.
Namun pada DATA 3 berikutnya Ibn Hajar akan
menentang sendiri pernyataannya itu.
DATA 3 :
PERBANDINGAN UMUR AISYAH DENGAN FATIMAH
Menurut Ibn Hajar, “Fatima dilahirkan ketika Ka`bah dibangun kembali atau direnovasi, ketika Nabi s.a.w berusia 35 tahun. Fatimah 5 tahun lebih tua dari Aisyah.” (Al-isabah fi tamyizi’l-sahabah, Ibn Hajar al-Asqalani, Vol. 4, p. 377, Maktabatu’l-Riyadh al-haditha, al-Riyadh,1978).
Jika kenyataan Ibn Hajar adalah fakta, berarti Aisyah dilahirkan ketika Nabi berusia 40 tahun. Jika Aisyah dinikahi Nabi s.a.w pada saat usia Nabi 52 tahun, maka usia Aisyah ketika menikah adalah 12 tahun.
KESIMPULAN: Ibn Hajar, Tabari, Ibn Hisham,
dan Ibn Humbal bertentangan antara satu sama lain. Jelasnya riwayat mengatakan
Aisyah menikah pada usia 9 tahun tidak berdasar sama sekali.
DATA 4 :
AISYAH BERTUNANGAN DENGAN JUBAIR MASA JAHILIYAH
Menurut sejarah, sebelum menikah dengan Nabi s.a.w, Aisyah adalah tunangan dari Jubair ibn Mut‘im ibn Adi, seorang kafir. Setelah datangnya Islam, ibu bapa Jubair bimbang anaknya akan dipaksa memeluk Islam jika mau meneruskan perkahwinan, karena Aisyah telah memeluk Islam. Justru, ibubapa Jubair telah mengambil keputusan untuk memutuskan pertunangan anak mereka, selanjutnya Aisyah kemudian dinikahkan dengan Nabi s.a.w.
Satu fakta disini, ialah pertunangan Aisyah dengan Jubair terjadi sebelum kedatangan Islam (jahiliyah). Karena setelah Islam datang Aisyah pun memeluk Islam, persoalan ini dijadikan alasan oleh ibubapa Jubair untuk memutuskan pertunangan mereka. Jadi jelas sekali bahwa pertunangan Aisyah r.a dengan Jubair terjadi pada saat masa jahiliyah.
Tetapi, jika dilihat dari kronologi asal sejarah seperti diatas, Aishah diketahui lahir pada tahun 614M, yaitu setelah kedatangan Islam (610M). Karena itu, mana mungkin Aisyah lahir pada 614M setelah kedatangan Islam, sedangkan fakta yang paling kuat membuktikan Aisyah r.a pada masa jahiliyah sudah bertunangan dengan Jubair.
Jika Aisyah r.a lahir pada sebelum datangnya Islam, artinya umur beliau pastilah melebihi 6 tahun ketika dipinang Nabi dan melebihi dari 9 tahun ketika tinggal bersama Nabi. Apalagi sejak zaman jahiliyah Aisyah r.a sudah bertunangan dengan Jubair, artinya Aisyah r.a sudah dewasa. Apalagi ketika menikah dengan Nabi saw pastilah umur Aisyah r.a benar-benar sudah cukup dewasa.
KESIMPULAN: Aisyah bukan berumur 6 tahun
ketika dipinang Nabi dan bukan juga 9 tahun ketika tinggal bersama Nabi,
pastilah Aisyah r.a sudah lebih dewasa.
DATA 5 :
KEBIMBANGAN ABU BAKAR
Setelah Hijrah ke Madinah, Nabi saw belum juga mengambil Aisyah menjadi isterinya. Ini yang menjadikan Abu Bakar bimbang, kemudian Abu Bakar terpaksa bertanya kepada Nabi apa yang menjadi penyebab Nabi belum juga menjadikan Aisyah r.a sebagai isterinya, kemudian Nabi menjawab bahwa beliau tidak mempunyai mahar untuk diberikan kepada Aisyah ra. Mendengar jawaban Nabi itu, Abu Bakar kemudian membayar sendiri mas kahwin untuk keperluan Nabi yang akan diberikan kepada Aisyah ra.
Jika difikir secara logika, apa yang perlu dibimbangkan oleh seorang ayah berkaitan dengan perkahwinan anak gadisnya yang masih berusia 9 tahun? Justru berdasarkan kebimbangan Abu Bakar tersebut, lebih wajar untuk menganggap bahwa Aisyah ketika itu sudah jauh lebih dewasa dan bersedia untuk menikah, mungkin dalam usia 19 tahun, dibandingkan masih berusia 9 tahun.
DATA 6 :
TAHUN KEWAFATAN AISYAH
Kebanyakan ahli sejarah sepakat bahwa Aisyah wafat ketika berusia 67 tahun. Bahkan menurut Hisham ibn Urwah, cucu kepada Asma, tahun kewafatan Aisyah adalah pada 50H / 672M.
Khalifa
ibn al-Khayyat al-Usfuri dan Imam Ahmad ibn Hanbal juga menyampaikan riwayat
yang sama. Dengan kata lain, jika semua ulama setuju beliau berusia 67 tahun
pada 50H/672M, artinya Aisyah ra, telah lahir pada tahun 605M, dan ketika
Hijrah 622M beliau sudah berusia 17 tahun. Ini sekali lagi membuktikan bahwa
Aisyah ra, berusia 19 tahun ketika menikah dan tinggal bersama Nabi pada
2H/624M, bukannya pada usia 9 tahun seperti yang selama ini diceritakan oleh
ulama dan orientalis.
KESIMPULAN: Aisyah berusia 19 tahun ketika
menikah dan tinggal bersama Nabi s.a.w.
DATA 7 :
TURUNNYA WAHYU SURAH AL-QAMAR
Menurut beberapa riwayat, Aisyah dilahirkan pada tahun kedelapan sebelum Hijrah. Tetapi menurut sumber lain dalam Bukhari, Aisyah tercatat mengatakan hal ini: “Saya seorang gadis muda (jariyah dalam bahasa arab)” ketika Surah Al-Qamar diturunkan(Sahih Bukhari, kitabu’l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa’l-sa`atu adha’ wa amarr).
Surat ke-54 dalam al-Quran diturunkan pada tahun kedelapan sebelum Hijrah (Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), menunjukkan bahwa surah tersebut diturunkan pada tahun 614 M. jika Aisyah memulai berumahtangga dengan Rasulullah pada usia 9 tahun di tahun 623/624M, artinya Aisyah ra masih bayi yang baru lahir (sibyah dalam bahasa Arab) pada saat Surah Al-Qamar diturunkan.
Menurut riwayat diatas, sangat jelas sekali bahwa Aisyah ra adalah gadis muda, bukan bayi yang baru lahir ketika wahyu surah Al-Qamar diturunkan. Jariyah berarti gadis muda yang masih suka bermain. Artinya, Aisyah, telah menjadi jariyah bukan sibyah (bayi), jadi telah berusia 6-13 tahun pada saat turunnya surah Al-Qamar, oleh kerana itu pula sudah pasti Aisyah ra, sudah berusia 14-21 tahun ketika dinikahi Nabi.
KESIMPULAN: Riwayat ini juga bertentangan
dengan sejarah Aisyah menikah pada usia 9 tahun dengan Nabi sw.
DATA 8 :
TEMAN-TEMAN AISYAH
Hadits dari Aisyah r.a:
“Ketika
aku bermain dengan mainanku, saat itu ada kawan-kawanku, dan datang baginda
Rasulullah kepadaku, lalu mereka akan keluar meninggalkanku, akan tetapi
Rasulullah keluar mendapatkan kawan kawanku itu dan membawa mereka kembali
karena baginda senang denganku bermain bersama dengan mereka. Kadangkala
baginda berkata, “Tinggal di situ, wahai Aisyah,” dan sebelum sempat kawan
kawanku meninggalkan aku, baginda akan turut serta dalam permainan
kami.”(al-Bukhari and Muslim).
Jika Aisyah dan kawan kawannya adalah kanak-kanak ketika itu, agak tidak wajar jika mereka berhenti bermain apabila Rasullulah datang. Ini kerana kanak-kanak tidak tahu arti segan atau malu ketika bermain.
Bahkan, Rasulullah terkenal sebagai seorang yang senang dengan anak-anak, bahkan terdapat riwayat yang menyatakan apabila Rasulullah keluar, anak-anak mengerumuni baginda dan menarik tangan baginda untuk diajak bermain.
Jika Aisyah dan kawan kawannya masih anak-anak ketika itu, pasti mereka akan suka dengan kehadiran Nabi, dan bukannya merasa malu lalu menghindar. Artinya Aisyah pada saat itu sudah dewasa atau remaja.
KESIMPULAN: Aisyah bukanlah anak kecil
ketika tinggal bersama Nabi s.a.w.
DATA 9 :
AISYAH MEMBUAT TENUNAN
Terdapat beberapa hadits mengenai Aisyah menenun langsir dan hamparan pada saat itu ditegur oleh Nabi karena mengandung gambar di atasnya. Kerja membuat tenunan dan jahitan ini tidak mungkin dilakukan oleh seorang anak-anak, malah lebih sesuai sebagai pengisi waktu senggang oleh seorang gadis dewasa.
DATA 10
: PERISTIWA ISRA' DAN MI'RAJ
Antara hadits yang berkaitan dengan Isra' dan Mi'raj salah satunya diriwayatkan oleh Aisyah. Peristiwa Isra' Mi'raj terjadi pada tahun 619M. Jika menurut kronologi asal sejarah, Aisyah lahir pada 614M dan berusia 5 tahun ketika peristiwa itu berjadi. Adalah sangat kurang wajar untuk anak-anak seusia 5 tahun untuk mampu memberikan penjelasan yang sangat terperinci tentang hadits yang berkaitan dengan peristiwa besar Isra' Mi'raj.
Jika kita setuju dengan teori bahwa Aisyah lahir pada 605M, artinya Aisyah berumur 14 tahun ketika peristiwa Isra' Mi'raj, dan lebih sesuai dengan kematangannya dalam meriwayatkan hadis tersebut.
DATA 11 :
AISYAH IKUT DALAM PERANG BADAR DAN UHUD
Sebuah riwayat mengenai ikut terlibatnya Aisyah dalam perang Badar diceritakan dalam hadits Muslim, (Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab karahiyati’l-isti`anah fi’l-ghazwi bikafir): Aisyah, ketika menceritakan salah satu moment penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: “ketika kita mencapai Shajarah”. Dari pernyataan ini nampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar.
Sebuah
riwayat mengenai terlibatnya Aisyah dalam perang Uhud tercatat dalam Bukhari
(Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab Ghazwi’l-nisa’ wa qitalihinnama`a’lrijal):
“Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, orang-orang tidak dapat berdiri dekat
Rasulullah. (pada hari itu) Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh,
Mereka menyingsingkan sedikit pakaiannya untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan
tersebut.”
Di dalam perang Uhud, Aisyah bertugas mengangkut air minuman dari Madinah ke bukit Uhud untuk diberikan kepada para pejuang. Perang Uhud terjadi pada 2H/625M.
Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu’l-maghazi, Bab Ghazwati’l-khandaq wa hiya’l-ahza’b): “Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengizinkan dirinya ikut dalam perang Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi mengizinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tersebut.”
Berdasarkan
riwayat diatas, (1) anak-anak lelaki berusia dibawah 15 tahun akan dipulangkan
dan tidak diperbolehkan ikut dalam perang, dan (2) Aisyah ikut dalam perang
badar dan Uhud.
KESIMPULAN: Aisyah ikut dalam perang Badar
dan Uhud jelas menunjukkan bahawa beliau tidak berusia 9 tahun ketika itu,
tetapi pasti melebihi 15 tahun. Ini kerana anak-anak lelaki pun hanya
dibenarkan menyertai perang jika telah melebihi umur 15 tahun.
DATA 12 : KEBIJAKSANAAN AISYAH
Aisyah terkenal sebagai seorang yang bijak dan mahir dalam beberapa bidang. Antaranya syair, pengobatan, silsilah (sejarah) dan ilmu al-Quran. Tidak dapat diragukan bahwa ilmu Aisyah dalam al-Quran adalah hasil pendidikan suami dan guru terbaik yaitu Rasulullah s.a.w. Namun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Rasulullah turut mengajar pengobatan dan syair kepada Aisyah. Juga tidak ada bukti bahwa terdapat guru lain di Madinah yang mengajar Aisyah dalam perkara ini.
Urwah ibn Zubair ketika dipuji orang kerana bait-bait syairnya, mengatakan bahwa bibinya, Aisyah jauh lebih pintar darinya dalam membuat syair.
Alasan yang paling masuk akal bahwa, Aisyah belajar ilmu-ilmu ini daripada ayahnya, Abu Bakar yang juga pakar dalam bidang silsilah (sejarah) dan juga syair. Ini juga membuktikan bahwa Aisyah tidak mungkin meninggalkan rumah (menikah) seusia 9 tahun kerana jika begitu beliau pasti tidak sempat untuk belajar semua ilmu tersebut dari ayahnya. Tapi jika dipakai alasan bahwa Aisyah keluar dari rumah pada usia 19 tahun, maka cukup waktu untuk beliau belajar.
KESIMPULAN
TERAKHIR
Berdasarkan hujah-hujah ilmiah dan percanggahan fakta sejarah yang dibincangkan di atas, maka berikut adalah kronologi yang lebih tepat bagi menggambarkan tahun dan umur Aisyah r.a ketika berkahwin dengan Rasulullah s.a.w:
570 M – Nabi lahir.
605 M – Aisyah lahir.
610 M – Nabi diangkat menjadi Rasul.
619 M – Khadijah r.a meninggal dunia.
620 M – Nabi s.a.w meminang Aisyah r.a.
622 M – Hijrah ke Madinah.
623-624 M / 2 H – Nabi s.a.w menikah / tinggal dengan Aisyah r.a.
632 M / 10 H – Nabi wafat.
672 M / 50 H – Aisyah r.a. meninggal dunia.
605 M – Aisyah lahir.
610 M – Nabi diangkat menjadi Rasul.
619 M – Khadijah r.a meninggal dunia.
620 M – Nabi s.a.w meminang Aisyah r.a.
622 M – Hijrah ke Madinah.
623-624 M / 2 H – Nabi s.a.w menikah / tinggal dengan Aisyah r.a.
632 M / 10 H – Nabi wafat.
672 M / 50 H – Aisyah r.a. meninggal dunia.
Catatan Penting:
Seharusnya kita semua terutama
para ulama dan ustadz sekarang harus menyampaikan kepada umat Islam dan umat
agama lain kronologis yang benar dan sesuai dengan fakta sejarah adalah Aisyah
r.a. lahir pada tahun 605M, dipinang Rasulullah pada tahun 620M ketika berusia
15 tahun, dan menikah dengan Nabi pada tahun 623-624M/2H ketika berusia 19
tahun dan Aisyah ra wafat pada tahun 50H/672M pada usia 67 tahun.
0 komentar:
Posting Komentar