Kalau Yesus Tuhan kenapa dia berdoa kepada Tuhan?
ASAL
MULA TERJADINYA PERTEMUAN
Pada
malam selasa tanggal 9 Maret 1970, salah seorang santri dari Pesantren Sumenep
Sdr. Marzuki mengadakan sekadar selamatan Tahun Baru Islam (1 Muharram tahun
Hijriah) yang dihadiri oleh beberapa santri lainnya. Beberapa saat kemudian
datang dua orang saudara bernama Markam dan Antonius Widuri (keduanya adalah
tim akuntan) yang oleh kantornya Di Jakarta ditugaskan di PN. Garam Kalianget.
Saudara Markan berasal dari Padang beragama Islam dan Saudara antonius Widuri
berasal dari Jogjakarta beragama Kristen sejak kecil dan memang dari keluarga
Kristen Katolik Roma.
Kedatangan saudara Markam dan
Antonius Widuri pada selamatan tersebut ingin menemui Kyai Bahaudin Mudhari
yang memang sudah dikenal sebelumnya. Oleh kawan-kawan, terutama oleh saudara
Marzuki selaku tuan rumah, kedatangan dua saudara ini disambut dengan ramah
tamah dan rasa gembira.
Kemudian saudara Markam menerangkan
kedatangannya dari Kalianget ke Sumenep menyertai saudara Antonius Widuri,
sengaja untuk menemui Kyai Bahaudin Mudhari, berhubung dengan keinginannya yang
sudah lama terkandung untuk membandingkan tentang masalah Ketuhanan dalam agama
Kristen dan Islam. Juga soal yang berhubungan dengan i’tikat, kepercayaan
diantara kedua agama tersebut.
Menurut saudara Markam, karena bapak
Kyai sedang tidak berada di sini, kalau bisa di lain waktu saja untuk menemui
beliau. Akan tetapi sekiranya bapak Kyai dan Tuan Rumah serta saudara-saudara
disini tidak berkeberatan, minta supaya diperkenankan untuk menguraikan isi
hatinya agar saudara-saudara tidak salah paham, karena hal tsb, hanya dari
hai-kehati saja, yakni soal keyakinan pribadi semata-mata.
Kawan-kawan tidak berkeberatan
asalkan berkisar soal agama saja, dan tidak ada kata-kata singgungan terhadap
siapapun. jadi hanya merupakan soal jawab antara pribadi dengan pribadi saja.
Bapak Kyai Bahaudin menerangkan,
sekiranya soal jawab antar pribadi ini tidak selesai malam ini juga, apakah
akan dilanjutkan pada malam yang lain. Oleh saudara Markam dan Antonius dijawab
bahwa yang penting adalah kepuasan, walaupun memerlukan waktu lama baik siang
maupun malam. Kalau begitu menurut Kyai Bahaudin Mudhary, kita dapat menamakan
pertemuan ini adalah pertemuan pertama. Dengan catatan pertemuan pribadi semata
bukan pertemuan dengan undangan.
Perlu diterangkan dalam soal jawab
ini nama-namanya disingkatkan. Huruf: “BM” untuk bapak Kyai Bahaudin Mudhary
dan huruf “AW” untuk Antonius Widuri atau Sdr. Markam, karena saudara Markam
sering ikut menjelaskan keterangan saudara Antonius.
Malam Pertama
‘PERSETUJUAN BERSAMA’
BM : Sebelum diadakan pertemuan, saya pandang perlu
menentukan sesuatu yang dirasa penting yang patut kita atur terlebih dahulu.
AW : Hal itu kita serahkan saja kepada bapak Kyai bagaimana
baiknya pertemuan kita ini.
BM : Apakah tidak sebaiknya pertemuan kita ini
dicatat saja dan bila perlu kita gunakan tape recorder untuk dijadikan
kenang-kenangan.
AW : Baiklah, kita setuju pendapat bapak Kyai.
BM : Kalau begitu saya akan minta bantuan kepada
seorang saudara untuk mencatat pembicaraan kita masing-masing. Dan apakah
saudara tidak keberatan hasil pembicaraan kita nanti sekiranya panjang perlu
untuk diketahui umum juga, sebaiknya kita jadikan buku (dibukukan).
AW : Buat saya tidak keberatan asal membawa manfaat
untuk umum.
BM : Jadi saudara setuju.
AW : Ya sangat setuju.
BM : Terima kasih, sekarang saya ingin menanyakan
maksud saudara menemui saya. Dan tadi saudara menyebut tentang agama Kristen
dan Islam.
AW : Begini Pak Kyai, secara terus terang dengan
hati ikhlas saya sampaikan bahwa saya adalah seorang yang beragama Kristen
Katolik. Seringkali juga saya membaca buku-buku agama Islam, dan
majalah-majalah Islam, terutama majalah Kiblat yang terbit di Jakarta. Dengan
membaca buku-buku dan majalah-majalah tsb, lalu timbul keinginan saya untuk
mempelajari dan meneliti agama Islam. Akan tetapi keinginan itu selalu saya
sembunyikan saja.
BM : Dimanakah saudara mendapat buku-buku Islam dan
majalah Kiblat?
AW : Secara tidak sengaja, saya sering menemukan di
meja kawan. Mula-mula saya tidak menghiraukan, karena buku dan majalah tersebut
berlainan dengan keyakinan saya. Pada suatu malam saya tidak bisa tidur,
padahal saya ingin istirahat, lalu saya mondar-mandir di kamar tidur, keluar
masuk kamar, lalu saya lihat majalah Kiblat di atas meja, mungkin kepunyaan
kawan yang ketinggalan waktu bertamu ketempat saya. Secara tidak sengaja saya
ambil majalah tsb, tanpa kesadaran saya bawa ketempat tidur, lalu saya
buka-buka lembaran, mungkin ada bacaan atau cerita-cerita yang dapat mendorong
saya tidur. Kemudian pada suatu halaman, saya menjadi terkejut melihat suatu
artikel tentang “Kristen,” tanpa pikir saya membacanya. Mula-mula hati saya
selaku seorang Kristen merasa tersinggung, akan tetapi seolah-olah ada daya
tarik yang memerintahkan saya supaya terus membacanya pada saat itulah secara
tiba-tiba muncul dorongan hati saya untuk berpikir dan meneliti kebenaran
keyakinan saya. Entah karena apa saya lantas ingin membaca buku-buku Islam dan
majalah-majalah islam. Malah seringkali saya cari-cari pinjaman majalah Kiblat
pada kawan-kawan yang berlangganan. Makin lama, bertambah timbul dorongan hati
saya untuk meneliti ajaran Islam dan Kristen, dan ingin membandingkan tentang
ketuhanan antara dua agama tersebut Secara diam-diam saya terus membaca-baca
buku Islam disamping membaca kitab Injil yang menjadi keharusan saya selaku
pemeluk agama Kristen.
BM : Apakah saudara telah mempelajari Kitab Injil
cukup mendalam?
AW : Menurut perasaan saya, Kitab Injil itu telah
saya pelajari dan saya anggap cukup mendalam. Ini hanya menurut ukuran
kemampuan yang ada pada saya saja. Entah dalam penilaian orang lain.
BM : Kemudian bagaimana kelanjutan keinginan
saudara?
AW : Setelah saya meneliti buku-buku Islam dan
Kristen yang saya temui maka dorongan hati saya untuk melepaskan keinginan saya
tak dapat saya tahan. Lalu saya mulai tanya-tanya tentang agama Islam pada
beberapa orang yang saya temui, tetapi keterangannya itu belum ada yang
memuaskan hati saya.
BM : Kepada siapa saja saudara bertanya tentang
ajaran Islam?
AW : Kepada siapa saja yang saya temui, disamping
pembicaraan lain. Jadi saya bertanya-tanya merupakan selingan-selingan dari
pada yang menjadi pokok pembicaraan. Jadi tidak secara langsung.
BM : Setelah itu adakah suatu pengaruh pada
saudara?
AW: Ya, anehnya saya mulai tidak rajin lagi pergi
ke gereja. Mungkin inilah pengaruhnya.
BM: Kemudian bagaimana?
AW: Oleh karena saya tidak merasa puas dari
orang-orang yang memberikan keterangan tentang Islam, lalu saya bicarakan
kepada saudara Markan. Oleh saudara Markan saya diajak kerumah bapak Kyai Baha.
Maka saya perlukan datang kemari diantar oleh saudara Markan.
BM: Mungkin saudara belum mendalam mempelajari
kitab Injil. Apakah tidak sebaiknya saudara meneliti kembali ajaran-ajaran
agama Kristen sebelum diadakan pertemuan lebih lanjut.
AW: Kalau begitu apakah orang yang bukan pemeluk
Islam tidak dibolehkan mempelajari agama Islam?
BM: Bukan begitu, maksud saya agama Islam itu
bersikap toleransi terhadap semua agama dan pemeluknya. Memang para pemeluk
Islam diwajibkan berdakwah kepada siapa saja yang mau menerimanya. Tetapi Islam
melarang pemaksaan pada orang lain untuk memeluk agama Islam.
AW: Akan tetapi, saya pun memeluk agama Kristen
bukan karena ikut-ikutan. Pendirian saya setiap orang bebas memilih agama
menurut keyakinanya dan berpindah agama menurut keyakinannya pula, yang tentu
sebelumnya didahului oleh penelitian dan pertimbangan-pertimbangan yang
mendalam sesuai dengan kemampuannya, baik dengan perantaraan buku-buku,
Kitab-kitab, maupun soal jawab (diskusi) atau lainnya.
BM: Betul akan tetapi asalkan dengan cara yang
wajar sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran antara pemeluk suatu agama
dan penganut agama yang lain.
AW: Itulah yang saya maksudkan agar kedatangan
saya kepada bapak Kyai tidak sampai timbul sangka-sangka dan dugaan-dugaan yang
tidak wajar melainkan dengan tujuan mencari kebenaran dalam memeluk suatu agama
diatas dasar penelitian dari segi rasio maupun ilmu jiwa, dari segi ilmiah,
sehingga menimbulkan keyakinan yang kokoh dalam jiwa saya. Keyakinan yang teguh
dan kokoh tentunya tidak mungkin menjadi ikut-ikutan.
BM: Memang seharusnya demikian.
AW: Ada saya jumpai, penganut suatu agama
disebabkan karena keturunan karena ayah dan ibunya menganut suatu agama, karena
pengaruh pergaulan, lingkungan, pengaruh keadaan atau bisa jadi maksud untuk
berlindung atau lainnya. Oleh karenanya saya berani bersumpah bahwa saya tidak
termasuk pada orang-orang yang saya sebutkan diatas.
BM: Saya hargai pendirian saudara.
AW: Oleh karena itulah saya menemui bapak Kyai
untuk menguraikan isi hati saya yang telah lama saya kandung. Akan tetapi
apakah tidak sebaiknya bapak Kyai memberikan waktu kepada saya. Terserah
menurut kesempatan bapak Kyai, karena sekarang sudah tengah malam. Akan tetapi
sebisa-bisanya secepat mungkin.
BM: Baik, besok malam saja saudara datang lagi,
dengan catatan tidak usah memberitahukan dulu pada orang lain. Saya usahakan
tempatnya.
AW: Akan tetapi bagaimanakah kalau ada orang yang
datang ingin mendengarkan saja.
BM: Pokoknya pertemuan kita usahakan supaya tidak
sampai diketahui orang lain, tetapi kalau dipandang perlu saya kira boleh saja,
daripada hasil pertemuan kita beritahukan. Sekiranya besok malam ada orang
datang hanya ingin mendengarkan, hal itu terserah kepada mereka sendiri,
pokoknya kita tidak mengundang mereka dan mereka tidak mengganggu ketertiban
dan kelancaran dalam pertemuan kita.
AW: Baiklah, semoga pertemuan kita dapat diatur
antara pribadi dengan pribadi bukan untuk umum.
BM: Memang demikianlah rencana saya dan supaya
saudara-saudara yang ada disini tahu.
AW: Saya setuju pendapat bapak Kyai.
BM: Adakah saudara mempunyai kitab Injil.
AW: Ya, saya mempunyai kitab: Perjanjian Lama,
Perjanjian Baru dan yang berbahasa Inggris “The Holy Bible” dan ada juga kitab
bahasa Belanda “Bijbellezingen voor het Huisgezin” dan ada juga “Alkitab”
terbitan tahun 1968 dan yang terbitan tahun 1970 dan kitab “Zabur.”
BM: Saya harap kitab-kitab yang saudara sebutkan
itu dibawa semuanya besok malam.
AW: Ya saya akan bawa semuanya. Apakah bapak Kyai
juga mempunyai kitab tersebut
BM: Dulu pernah mempelajarinya, tetapi dipinjam
oleh kawan yang sampai sekarang belum dikembalikan, namun saya telah
membacanya.
AW: Kalau begitu saya akan bawa semua kitab-kitab
Kristen yang ada pada saya.
BM: Harapan saya memang demikian
Malam Kedua
‘MASALAH KETUHANAN YESUS’
BM: Sejak kapan saudara beragama Kristen?
AW: Sejak saya dilahirkan.
BM: Apakah saudara benar-benar mempelajari bahwa
agama Kristen itu suatu agama yang paling benar?
AW: Ya, memang saya menyadari.
BM: Apakah saudara berkeyakinan bahwa Kitab Injil
itu suci?
AW: Ya, saya yakin sekali.
BM: Dari siapakah pengertian saudara bahwa Bibel
itu dari Tuhan Yang Maha Suci?
AW: Guru saya menerangkan bahwa Bibel adalah Kitab
Suci berisi pengajaran Tuhan Yesus, yang dicatat oleh Rasul-Rasul Matius,
Lukas, Yohanes dan Rasul Markus.
BM: Apakah yang dimaksud suci pada Bibel itu
mempunyai arti bahwa Bibel Bersih dari pada kesalahan-kesalahan.
AW: Betul demikian. Tetapi kesalahan yang
bagaimana yang bapak maksudkan.
BM: Misalnya: Pada suatu saat ada orang
mengabarkan pada saudara si A sakit, sedangkan orang lain memberitahukan bahwa
pada saat itu si A tidak sakit. Kedua berita itu apakah benar semuanya atau
salah semuanya, atau salah satunya yang benar?
AW: Di antara keduanya itu tentu salah satu yang
benar atau keduanya salah dan mustahil kedua-duanya benar.
BM: Satu misal lain, si A mempunyai 3 orang anak
dan orang lain mengatakan si A mempunyai 10 anak. Apakah dua perkataan itu
benar semuanya atau salah semuanya atau salah satu yang benar?
AW: Tidak mungkin benar semuanya, melainkan salah
satunya yang benar atau salah semuanya.
BM: Kalau saya mengatakan benar semuanya,
bagaimana pendapat saudara?
AW: Itu adalah mustahil, karena ternyata ada
perselisihan diantara keduanya.
BM: Andaikata ada suatu kitab suci, akan tetapi
ayat-ayat didalamnya diantara yang satu dengan yang lain terdapat perselisihan,
apakah kitab itu akan dinamakan Kitab suci?
AW: Tentu bukan kitab suci, karena yang dinamakan
kitab suci itu adalah ilham (wahyu) dari Tuhan, yang mustahil terdapat
kesalahan atau perselisihan.
BM: Jadi kalau begitu bukan Kitab suci lagi?
AW: Betul, kesuciannya telah batal.
BM: Kalau demikian, tentu isinya tidak dapat
dipercaya, kesuciannya atau kebenarannya, karena diantara ayat-ayatnya terdapat
perselisihan.
AW: Yang jelas diantara ayat-ayatnya pasti bukan
dari Tuhan, atu sudah dicampur adukkan dengan karangan manusia, sehingga
kesuciannya ternoda. Ringkasnya sudah tidak suci lagi.
BM: Kalau misalnya Bibel terdapat selisih antara
satu ayat dengan ayat lain apakah saudara masih berkeyakinan Bibel itu kitab
suci?
AW: Saya tidak yakin kalau Kitab Bibel tidak suci.
Terkecuali kalau ada bukti-bukti nyata yang menunjukkan ayat-ayatnya berselisih
antara yang satu dengan yang lain, yang dapat menimbulkan keraguan saya tentang
kesuciannya. Menurut penelitian bapak, apakah ayat-ayat Bibel ada yang
berselisih?
BM: Ya, banyak yang berselisih.
AW: Di Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru.
BM: Dua-duanya terdapat beberapa perselisihan
antara satu ayat dengan ayat yang lain.
AW: Di bab apa dan pasal serta ayat berapa?
BM: Supaya berurutan saya atur dalam beberapa pasal:
Pertama soal Ketuhanan Yesus, karena soal ketuhanan adalah termasuk kepercayaan
pokok pada tiap-tiap agama. Jadi soal ini perlu sekali didahulukan. Sesudah itu
kita berpindah kepada soal yang lain yang berhubungan dengan soal agama Kristen
yang termaktub dalam kitab Bibel. Bagaimana pendapat saudara?
AW: Baik, saya menyetujui pendapat bapak.
BM: Sekarang saya ingin bertanya, apakah alasan
saudara bahwa Yesus menjadi anak Tuhan?
AW: Dalam “Matius,” pasal 3 ayat 17 menyebutkan
demikian: “Maka suatu suara dari langit mengatakan: “Inilah anakku yang
kukasihi. Kepadanya aku berkenan.” Juga di Lukas pasal 4 ayat 41, bahwa “Yesus
itu anak Allah.”
BM: Kalau begitu silahkan buka “Matius” pasal 5
ayat 9.
AW: Baik. Dalam pasal dan ayat itu menyebutkan:
“Berbahagialah segala orang yang mendamaikan orang, karena mereka itu akan
disebut anak-anak Allah.”
BM: Berdasarkan ayat tersebut yang dimaksudkan ”
Anak Allah” itu ialah orang yang dihormati seperti Nabi. Kalau Yesus dianggap
anak Allah, maka semua orang yang mendamaikan manusia pun menjadi anak-anak
Allah juga. Jadi bukan Yesus saja Anak allah tetapi ada terlalu banyak.
AW: Dalam “Yohanes” pasal 14 ayat 9 disebutkan
“Siapa yang sudah tampak Aku, ia sudah tampak Bapa,” dan di ayat 10 disebutkan:
“tiadakah engkau percaya bahwa aku ini didalam Bapa, dan Bapapun didalam Aku?
Segala perkataan yang aku ini katakan kepadamu, bukanlah Aku katakan dengan
kehendak sendiri, melainkan Bapa itu yang tinggal didalam Aku. Ia mengadakan
segala perbuatan itu.”
BM: Baiklah. Silahkan saudara periksa “Yohanes”
pasal 17 ayat 23.
AW: Baik. Di pasal ini disebutkan bahwa: “Aku di
dalam mereka itu, dan Engkau didalam Aku; supaya mereka itu sempurna di dalam
persekutuan.”
BM: Perhatikan di ayat ini ada tersusun kata “Aku
di dalam mereka.” Kata “mereka” di ayat ini ialah sahabat Yesus. Sedang yang
dimaksudkan “dengan aku” ialah Yesus. Jadi kata “AKU” beserta mereka artinya
Yesus beserta sahabat-sahabatnya. Jadi Tuhan itu beserta Yesus dan para
sahabatnya. Kalau saudara percaya hal kesatuan Yesus dengan Bapa maka saudara
pun harus percaya tentang kesatuan Bapa itu dengan semua sahabat Yesus yang
berjumlah 12 orang itu. Jadi bukan Yesus dan Roh suci saja yang menjadi satu
dengan Tuhan,melainkan harus ditambah 12 orang lagi. Ini namanya persatuan Tuhan
atau Tuhan persatuan bukan hanya Tritunggal tetapi 15-tunggal. Jadi berdasarkan
perselisihan ayat-ayat tsb, yang manakah yang benar. Tiga menjadi Tunggal atau
15 menjadi Tunggal. Ayat manakah yang akan saudara yakini, yang tiga menjadi
tunggal ataukah yang 15 itu?
AW: Tunggu dulu Pak, ini agak membingungkan saya.
BM: Tentu akan lebih membingungkan saudara kalau
saya tunjukkan ayat yang lain. silahkan periksa “Yohanes” pasal 17 ayat 3.
AW: Baik! Disini menyebutkan: “Inilah hidup yang
kekal, yaitu supaya mereka mengenal Engkau, Allah yang Esa dan Yesus Kristus
yang telah Engkau suruhkan itu.”
BM: Di ayat ini menyebutkan Tuhan adalah Esa.
Dalam Kamus bahasa Indonesia oleh E. St. Harahap, cetakan ke II disebutkan
bahwa Esa itu berarti satu, pertama (tunggal) dan di ayat itu juga disebutkan
bahwa Yesus Kristus adalah Pesuruh Allah (Utusan/Rasul). Kalau demikian,
manakah yang benar. Di satu ayat menyebutkan Tuhan dengan Yesus menjadi satu di
lain ayat 15 menjadi satu dan yang lain lagi Tuhan itu Tunggal, sedangkan di
ayat itu pula menyebutkan bahwa Yesus itu pesuruh Allah bukan Tuhan. Menurut
pengakuan saudara suatu Kitab suci yang kandungan ayat-ayatnya bertentangan
antara yang satu dengan yang lain tentu sulit sekali dipercaya kesuciannya,
karena yang disebut suci itu bersih dari kekeliruan dan perselisihan.
AW: Masih adakah ayat yang menyebutkan demikian?
BM: Ayat yang bagaimana yang saudara maksudkan?
AW: Ayat yang menyebutkan bahwa Tuhan itu Esa
(Tunggal), bukan tiga menjadi satu.
BM: Silahkan buka di “Ulangan” pasal 4 ayat 35.
AW: Baik. Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka
kepadamulah ia itu ditunjuk, supaya diketahui olehmu bahwa Tuhan itulah Allah,
dan kecuali Tuhan yang Esa tiadalah yang lain lagi.”
BM: Jelas di dalam Bibel sendiri menerangkan bahwa
Tuhan itu Esa, Tunggal.
AW: Tetapi itu di dalam Kitab Perjanjian Lama.
Apakah terdapat juga di Perjanjian Baru?
BM: Saudara minta di Perjanjian Baru, baiklah.
Silahkan saudara buka Markus pasal 12 ayat 29.
AW: Baik. Di pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Maka
jawab Yesus kepadanya. hukum yang terutama ialah: Dengarlah olehmu hai Israel,
adapun Allah Tuhan kita ialah Tuhan yang Esa.”
BM: Periksa lagi di Perjanjian Lama di “Ulangan”
pasal 6 ayat 4.
AW: Baik, di sini disebutkan: “Dengarlah olehmu
hai Israel, sesungguhnya Hua Allah kita, Hua itu Esa adanya.”
BM: Apakah belum jelas bahwa Bibel sendiri yang
menjadi Kitab Sucinya Orang Kristen menyebutkan seterang-terangnya bahwa Tuhan
itu tunggal, bukan tiga menjadi satu atau satu menjadi tiga. Taruh kata di Bibel
ada ayat yang menyebutkan Tuhan itu tiga menjadi satu, saya ingin bertanya yang
manakah di antara kedua ayat itu yang benar, yang Tunggalkah atau yang tiga
menjadi Tunggal. Jadi salah satu dari dua ayat tersebut pasti ada yang benar,
karena sudah jelas dua ayat itu tidak sama. Kalau salah satu atau dua-duanya
salah, maka kandungan Kitab suci itu ada yang salah; jadi bukan Kitab suci
namanya.
AW: Betul, salah satu pasti salah atau
kedua-duanya salah.
BM: Kalau demikian apakah dapat diyakini
kebenarannya sebagai kitab suci, kalau kitab suci itu mengandung kesalahan atau
tidak benar isinya.
AW: Ya, yang disebut kitab suci itu harus bersih
dari kesalahan-kesalahan kalau tidak demikian maka batallah kesucian kitab suci
itu.
BM: Menurut kepercayaan saudara, apakah Yesus
bersatu dengan Allah?
AW: Ya demikian.
BM: Kalau demikian tentu Yesus adalah selalu
bersama Allah dan Allah selalu bersama Yesus?
AW: Betul demikian sebagaimana tersebut dalam
“Yohanes” 10, 30 yang bunyinya sebagai berikut: “Aku dan Bapa itu satu adanya.”
Demikian juga Roh suci sebab Roh suci itu menjadi satu dengan Yesus,
sebagaimana tersebut dalam injil, ialah setelah Yesus berumur 30 tahun turun
roh suci kepadanya dan dibaptiskan oleh pembaptis yaitu Yohanes. Jadi jelas
bahwa Yesus, Roh suci, Tuhan adalah Tunggal.
BM: Kalau begitu silahkan buka “Matius” pasal 27
ayat 46.
AW: Baik, dipasal dan ayat tersebut menyebutkan:
“Maka sekira-kira pukul tiga itu berserulah Yesus dengan suara yang nyaring
katanya: “Eli, Eli lama sabaktani,” artinya “Ya Tuhan, apakah sebabnya Engkau
meninggalkan Aku.”
BM: Berdasarkan seruan Yesus di ayat itu, jelas
bahwa Yesus tidak bersatu dengan Tuhan, yakni Tuhan meninggalkan Yesus, waktu
akan disalibkan. Mestinya kalau Tuhan menjadi satu dengan Yesus, disaat itulah
saat tepat untuk menolong Yesus, tetapi kenyataannya Tuhan tidak bersatu dengan
Yesus sehingga Yesus sendiri minta tolong.
AW: Tetapi Yesus itu hidupnya memang untuk disalib
guna menebus dosa manusia.
BM: Kalau hidupnya Yesus memang untuk disalib,
mengapa Yesus tidak bersedia dan menolak untuk disalib. Buktinya ia berseru
dengan suara nyaring minta tolong pada Tuhan agar ia terlepas dari disalibkan.
Dengan kata lain Yesus tidak bersedia selaku penebus dosa.
AW: Betul, saya lantas tidak mengerti mengapa
ayat-ayat Bibel itu ada simpang siur.
BM: Dari sebab itulah mengapa saudara menyembah
Yesus selaku Tuhan yang tidak berkuasa menyelamatkan dirinya sendiri, malah
minta tolong. Pantaskah ada Tuhan demikian. Dan saya lanjutkan pertanyaan,
apakah manusia-manusia yang menyalibkan Yesus itu dilaknat?
AW: Pasti dilaknat.
BM: Mestinya tidak dilaknat, malah Yesus harus
berterima kasih kepada mereka yang menyalibkan dia, bahkan mereka itu
seharusnya mendapatkan ganjaran, karena menurut keterangan saudara, kehidupan
Yesus itu harus disalib untuk menebus dosa-dosa. Jika tidak ada manusia yang
bersedia menyalibkan Yesus, maka dosa-dosa manusia tentu tidak ada yang
menebusnya. Jadi manusia-manusia yang telah menyalib Yesus itu berjasa kepada
Yesus dan penganut-penganut kristen. Akan tetapi mereka yang sudah terbukti
berjasa itu malah dilaknat. Mestinya mereka itu masuk surga dan dipuji-puji
atas jasanya.
AW: Ini memang tidak masuk akal atau
sekurang-kurangnya memang sulit dimengerti; akan tetapi Roh Tuhan bersatu
dengan Yesus itu tidak mustahil. Sebagaimana banyak manusia yang kesurupan
hantu, jin malaikat atau makhluk-makhluk halus lainnya, sehingga tindakan
tindakan dan perbuatannya menurut kehendak makhluk halus tersebut. Demikian
juga ada yang kemasukan Roh suci seperti roh malaikat sehingga
tindakan-tindakan dan perbuatannya adalah suci.
BM: Kalau demikian baiklah saya bikin pertanyaan;
Manusia yang bersatu (kesurupan) jin itu apakah dia disebut jin.
AW: Tidak!
BM: Yesus yang bersatu (menerima) Roh Tuhan itu
apakah ia disebut Tuhan?
AW: Mestinya tidak juga.
BM: Seharusnya begitu. Jadi jelas bahwa Yesus yang
menerima Roh ketuhanan tentunya bukan Tuhan. Manusia yang menerima wahyu Tuhan
itu bukan Tuhan melainkan adalah utusan (pesuruh) Tuhan. Sessuai dengan
pengakuan Yesus sendiri sebagaimana tersebut dalam “Yohanes’ pasal 17 ayat 3
yang berbunyi: “Supaya mereka itu mengenal Engkau. Allah Yang Maha Esa dan
Benar, dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu.”
AW: Saya lantas tambah tidak mengerti tentang
Ketuhanan Yesus itu.
BM: Menurut keterangan saudara tadi, bahwa manusia
yang bersatu dengan (kesurupan) makhluk halus seperti roh-roh, jin dan
malaikat, maka tindakan dan perbuatannya pasti menurut kehendak atau menyerupai
perbuatan makhluk-makhluk halus itu?
AW: Benar begitu.
BM: Kalau demikian maka Yesus yang saudara akui
bersatu dengan Tuhan mestinya tindakan-tindakan dan perbuatannya menyerupai
perbuatan Tuhan.
AW: Mestinya begitu.
BM: Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Tuhan
tidak tidur tetapi Yesus tidur, Tuhan tidak makan tetapi Yesus makan, Tuhan
tidak sakit tetapi Yesus sakit, Tuhan tidak menyembah kepada siapapun tetapi
Yesus menyembah Tuhan. Tuhan tidak mati tetapi Yesus mati, walaupun menurut
Doktrin Kristen hidup kembali tetapi ia mati.
AW: Menurut anggapan orang Kristen salah satu yang
mneyebabkan Yesus bersatu dengan Tuhan, karena ia mengetahui yang gaib.
BM: Kalau begitu silahkan buka “Markus” pasal 13
ayat 31, 32.
AW: Baik, ayat itu menyebutkan: “Sesungguhnya
langit dan bumi akan lenyap tetapi perkataanku kekal. Tetapi akan harinya atau
ketikanya itu tidak diketahui oleh seorang juapun, baik segala malaikat yang di
sorgapun tidak, anak itu pun tidak, hanyalah Bapa saja.”
BM: Jelas di Bibel sendiri tertulis, Yesus sendiri
mengaku tidak ada yang tahu kapan hari kiamat, melainkan hanya Tuhan sendiri.
Jadi tegas Yesus sendiri tidak mengetahui waktunya hari kiamat, yang termasuk
suatu yang gaib. Yang tidak tahu itu pasti bukan Tuhan.
AW: Tetapi Yesus menyebutkan dirinya di ayat ini
dengan kata: “Anak,” yang berarti ia anak Tuhan.
BM: Silahkan buka “Matius” pasal 1 ayat 16.
AW: Baik. Disitu disebutkan: “dan Yakub
memperanakkan Yusuf, yaitu suami Maria; ialah yang melahirkan Yesus yang
disebut Kristus.”
BM: Jelas bahwa yang diperanakkan itu pasti bukan
Tuhan sebagaimana tersebut dalam ayat tersebut Silahkan periksa lagi “Keluaran”
pasal 4 ayat 22.
AW: Baik. Di situ disebutkan: “Maka pada masa itu
hendaklah katamu kepada Fir’aun demikian: ‘Inilah firman Tuhan: Bahwa Israil
itulah anakku laki-laki,yaitu anakku yang sulung.”
BM: Di ayat ini disebutkan bahwa Israil adalah
anak tuhan yang sulung, sedangkan Yesus tidak disebutkan anak yang keberapa.
silahkan buka lagi “Yeremia” pasal 31 ayat 9.
AW: Ayat ini menyebutkan, “Akulah bapak bagi
Israil; dan Afraim itulah anak yang sulung.”
BM: Jelas sekali bahwa berdasarkan Bibel sendiri
Anak Tuhan itu banyak,bukan Yesus saja, padahal sebenarnya yang dimaksudkan
dengan “Anak” dalam ayat itu ialah mereka yang dikasihi oleh Tuhan, termasuk
Yesus jadi bukan anak yang sebenarnya.
AW: Tetapi dalam “Matius,” pasal 1 ayat 18,
menyebutkan sebagai berikut: “Adapun kelahiran Yesus Kristus demikian adanya:
Tatkala Maria, yaitu ibunya, bertunangan dengan Yusuf, sebelum keduanya
bersetubuh, maka nyatalah Maria itu hamil dari pada roh kudus.” Roh kudus
artinya Roh Tuhan.
Oleh karenanya maka
Yesus itu adalah anak Tuhan, sebagaimana juga di “Matius” pasal 1 ayat 20
menyebutkan: “Yusuf bermimpi seorang Malaikat, Tuhan berkata: “Hai Yusuf, anak
Daud janganlah engkau kuatir menerima Maria itu menjadi istrimu karena
kandungan itu terbitnya dari pada Roh kudus.”
BM: Kalau begitu silahkan buka: “Kisah Rasul,”
pasal 6 ayat 5.
AW: Baik, ayat itu menyebutkan: “Maka perkataan
ini diperkenankan oleh sekalian orang banyak itu, lalu memilih Stephanus, yaitu
seorang yang penuh dengan iman, dan Roh kudus, dan lagi Philippus, dan
Prokhorus dan Nikanor dan Simion dan Parmenas dan Nikolaus yaitu mualaf asalnya
dari negeri Antiochia.”
BM: Jadi berdasarkan ayat Bibel sendiri
menunjukkan bahwa Roh Kudus itu bukan pada Yesus saja. Ini menunjukkan bahwa
Roh Kudus itu Roh Suci, atau Roh Kesucian yang maksudnya roh yang bersih dari
roh-roh kotor, bukan seperti roh setan atau hantu. Sebagaimana halnya para Nabi
lainnya dengan roh sucinya. Menurut Al-Qur’an, Roh Kudus (roh suci) itu berarti
“Jibril.” Di Bibel sendiri menyebutkan bahwa para nabi yang terdahulu adalah
Kudus.
AW: Di Bibel pasal berapa menyebutkan demikian?
BM: Silahlan periksa surat petrus yang kedua pasal
3 ayat 2.
AW: Baik. pasal dan ayat ini menyebutkan: “Supaya
kamu ingat perkataan yang sudah disabdakan, dahulu oleh nabi yang kudus dan
akan hukum Tuhan lagi juru Selamat, dengan jalan rasul-rasul yang disuruhkan
kepadamu.”
BM: Jelas di Bibel sendiri menyebutkan bahwa Roh
Kudus itu bukan Tuhan dengan kata lain bahwa Yesus dalam kandungan Maria itu
bukan Tuhan atau Roh Tuhan, melainkan adalah roh bersih, suci, dengan izin atau
perintah Allah yang dikaruniakan kepada hamba yang dikehendakinya. Lebih jelas
harap saudara periksa dalam “Kisah Rasul,” pasal 5 ayat 32.
AW: Ayat tsb menyebutkan: “Dan kami inilah saksi
atas segala perkara itu,” demikian juga Roh Kudus yang dikaruniakan Allah
kepada sekalian orang yang menurut Dia.”
BM: Silahkan periksa lagi dalam ‘Lukas’, pasal 1
ayat 41.
AW: Pasal ini menyebutkan bahwa: “Maka berlakulah
tatkala Elisabet mendengar salam Maria itu, meloncatlah kanak-kanak yang
didalam rahimnya itu dan Elisabet penuh roh kudus.”
BM: Sudah jelas sekali bahwa arti Roh kudus adalah
Roh Suci yang dikaruniakan oleh Allah kepada siapapun yang dikehendakinya.
Kalau sekiranya Roh Kudus itu diartikan dengan Allah atau Roh Allah maka bukan
Yesus saja menjadi Tuhan atau anak Tuhan, melainkan segala orang yang taat
kepada Tuhan, para Nabi dan Elisabet (istri Zakaria) pun mestinya Tuhan juga.
AW: Yesus dianggap Tuhan oleh karena ia mempunyai
ro Ketuhanan, terbukti dengan pangkat Ketuhannnya sehingga ia dapat
menghidupkan orang mati. Inilah kesamaan Allah dengan Yesus.
BM: Kalau begitu, silahkan periksa di “Kitab
Raja-raja yang kedua” pasal 13 ayat 21.
AW: Baik, disini ada menyebutkan: “Maka sekali
peristiwa apabila dikuburkannya seorang Anu, tiba-tiba terlihat mereka itu
suatu pasukan lalu dicampakkannya orang mati itu kedalam kubur Elisa, maka baru
orang mati itu dimasukkan ke dalamnya dan kena mayat Elisa itu, maka hiduplah
orang itu pula, lalu bangun berdiri.”
BM: Disini menyebutkan malah tulang-tulang Elisa
dapat menghidupkan orang mati. Jadi bukan Yesus saja dapat menghidupkan orang
mati bahkan tulang-tulang Elisa dapat menghidupkan orang mati. Yang berarti tulang-tulang
Elisa adalah tulang-tulang ketuhanan. Kalau Yesus di waktu hidupnya dapat
menghidupkan orang mati, akan tetapi Elisa di waktu tak bernyawa, malah hanya
dengan tulang-tulangnya, yang di dalam kubur dapat menghidupkan orang mati.
Kalau perbuatan Yesus dikatakan ajaib maka Elisa lebih ajaib dari pada Yesus.
Jadi seharusnya Ilyaspun dianggap Tuhan juga. Periksa lagi di “Kitab Raja-Raja
yang pertama,” pasal 17 ayat 22.
AW: Ya, disini menyebutkan:
“Maka didengar akan Do’a
Elisa itu, lalu kembalilah nyata kanak-kanak itu kedalamnya sehingga hiduplah
ia pula.”
BM: Kalau secara adil, seharusnya Elisa dianggap
Tuhan juga.
AW: Tetapi Yesus dapat menyembuhkan orang buta
sehingga melihat.
BM: Kalau begitu periksa “Kitab Raja-Raja yang
kedua,” pasal 6 ayat 17 dan 30.
AW: Ya di pasal itu menyebutkan yang maksudnya
bahwa Elisa dapat menyembuhkan orang buta, sehingga dapat melihat.
BM: Kalau begitu, Elisa pun harus diangap tuhan
juga, karena menyamai Yesus dan menyamai sifat Tuhan.
AW: Sekali lagi Yesus dapat menyembuhkan penyakit
lepra (penyakit kusta).
BM: Silahkan periksa kitab Raja-Raja yang kedua
pasal 5 ayat 10 dan 11.
AW: Baik. Di pasal dan ayat itu menyebutkan yang
maksudnya bahwa Elisa dapat menyembuhkan orang sakit kusta bernama Naaman.
BM: Jadi Elisa pun dapat menyembuhkan orang buta
dan penyakit kusta malah dapat menghidupkan orang mati. Mengapa tidak diangkat
juga menjadi Tuhan?
AW: Akan tetapi pasal kejadian Yesus tanpa
pencampuran laki-laki dengan istrinya. Inilah kelebihan rohnya Yesus daripada
rohnya Elisa.
BM: Asal kejadian Nabi Adam tanpa bapak dan ibu.
Mengapa Adam tidak dianggap Tuhan. Juga Hawa asal kejadiannya tanpa ibu, iapun
bisa dianggap juga Tuhan Wanita.
AW: Tetapi Adam dan Hawa kedua-duanya berdosa.
BM: Kalau begitu Yesuspun berdosa, karena Yesus
keturunan Maria, sedang Maria keturunan Adam dan Hawa. Yesus sendiri pernah
dibawa oleh Iblis ke puncak gunung. Pantaskah Tuhan dibawa oleh Iblis.
AW: Dimana cerita itu disebutkan?
BM: Di Bibel. Silahkan saudara periksa”Lukas”
pasal 4 ayat 5.
AW: Baik. Disitu menyebutkan: “Maka Iblis pun
membawa dia ke puncak gunung.”
BM: Nah, suatu kejadian aneh, Tuhan dibawa iblis
yang berarti ia tunduk kepada kemauan iblis.
AW: Walaupun demikian Yesus tetap suci daripada
dosa.
BM: Para Nabi lainnya pun suci dari pada dosa.
Akan tetapi mereka tidak menganggap dirinya selaku Tuhan, malah Yesus
sendiripun tidak juga mengaku Tuhan, sedangkan pengikut-pengikutnya
mempertuhankan dia.
AW: Tidak demikian, Nabi-nabi berbuat dosa tetapi
Yesus tidak.
BM: Nabi-nabi yang berbuat dosa atau kesalahan itu
telah bertobat, lalu diberi ampun oleh Tuhan, sebagaimana juga Yesus pernah
minta ampun dan diberi ampun oleh Tuhan. Mereka para Nabi diberi ampun, artinya
dosanya telah habis karenanya, lalu mereka disebut bersih dari dosa dan kesalahan-kesalahan.
AW: Dimanakah menyebutkan bahwa Yesus merasa ia
minta ampun kepada Tuhan?
BM: Silahkan saudara periksa sendiri di “Matius”
pasal 6 ayat 12.
AW: Baik, di pasal dan ayat tersebut menyebutkan:
“Dan ampunilah kiranya kami segala kesalahan kami, seperti kami ini sudah
mengampuni orang yang berkesalahan kepada kami.”
BM: Jelas Yesus sendiri meminta ampun akan
kesalahannya. Jadi dia pernah berbuat kesalahan.
AW: Tetapi di ayat ini juga ada menyebutkan bahwa
Yesus suka memberikan ampun semua kesalahan orang kepadanya.
BM: Kalau hanya begitu, kitapun bisa. Kitapun
bersedia memberikan ampun kepada orang-orang yang berbuat kesalahan kepada
kita.
AW: Tetapi tidak ada manusia selain Adam yang
dilahirkan kedunia ini tanpa Bapak, melainkan Yesus saja. Jadi masih dapat
dibenarkan kalau Yesus disebut “Putera Tuhan” atau “Tuhan Anak.”
BM: Kalau misalnya ada seorang manusia yang
dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu, maka orang itu pasti akan diakui oleh saudara
bahwa ia lebih berhak menduduki jabatan Tuhan daripada Yesus dilahirkan tanpa
Bapak saja.
AW: Tetapi dalam sejarah manusia belum pernah ada,
dan mustahil adanya.
BM: Kalau kiranya ada, maka yang manakah diantara
keduanya yang lebih tinggi derajat Ketuhanannya antara Yesus yang dilahirkan
hanya tanpa bapak saja dengan manusia yang dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu.
AW: Menurut akal tentunya manusia yang dilahirkan
tanpa Bapak dan Ibu itu lebih tinggi derajat ketuhanannya. Oleh karena ia
dilahirkan lebih ajaib keadaannya dari pada kelahiran Yesus.
BM: Benarkah demikian pendapat Saudara?
AW: Ya, saya akui, manusia yang demikian lebih
ajaib dari pada Yesus; akan tetapi saya minta supaya Bapak tunjukkan di Kitab;
dan Bapak harus mengambil dari Kitab yang terkenal, bukan dari buku-buku
dongengan atau ceritera-ceritera khayalan saja.
BM: Supaya lekas beres urusan ini, silahkan
saudara periksa di Kitab Bibel atau Injil, Kitab Suci saudara sendiri.
AW: Di Bab dan pasal berapakah ada menyebutkan?
BM: Silahkan saudara periksa di “Ibrani” pasal 7
ayat 1, 2 dan 3.
AW: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan
seperti berikut: “Adapun Melkisedek itu, yaitu raja di Salem dan Imam Allah
taala, yang sudah berjumpa dengan Ibrahim tatkala Ibrahim kembali daripada
menewaskan raja-raja, lalu diberkatinya Ibrahim.”
“Kepadanya juga Ibrahim
sudah memberi bahagian sepuluh Esa. Makna Melkisedek itu kalau diterjemahkan,
pertama-tama artinya raja keadilan, kemudian pula raja di Salem, yaitu raja
damai.” Yang tiada berbapak dan tiada beribu dan tiada bersilsilah, dan tiada
berawal.”
BM: Cukup, saudara telah membaca di kitab suci
saudara sendiri, bahwa Melkisedek seorang raja di Salem tanpa Bapak dan Ibu,
malah tiada silsilahnya. Sesuai dengan pendapat saudara, apakah cerita yang
disebutkan dalam kitab suci saudara ini berupa dongengan atau cerita-cerita
khayalan. Kalau dikatakan dongeng atau cerita khayalan, maka apakah saudara
akan terima kalau ada yang mengatakan bahwa kitab suci saudara ada mengandung
cerita-cerita khayalan atau dongengan yang dibuat-buat. Dan kalau saudara masih
mempertahankan kesucian kitab saudara itu mengapakah saudara tidak mengangkat
Melkisedek menjabat Tuhan juga, malah jabatan ketuhanannya tentunya lebih
tinggi daripada Yesus. Dan berpegang dengan pendirian saudara sendiri bahwa
kelahiran Melkisedek itu lebih ajaib dari Yesus, oleh karena Yesus dilahirkan
tanpa Bapak sedangkan Melkisedek dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu. Selain itu
Melkisedek masih mempunyai kelebihan lagi daripada Yesus, oleh karena Yesus
dilahirkan dengan bersilsilah, yaitu dari Maria, sedangkan menurut Bibel
sendiri Melkisedek dilahirkan tanpa silsilah sama sekali. Apakah saudara masih
akan mempertahankan ketuhanan Yesus?
AW: Saya lantas tidak mengerti dan menjadi
bingung!!
BM: Tidak mengerti itu tidak apa-apa, dan bingung
sebenarnya tidak apa-apa, karena kalau sudah mengerti rasa bingung akan lenyap
dengan sendirinya.
AW: Ya, saya membenarkan keterangan Bapak. Tetapi
dalam kitab Injil Johanes pasal 1 ayat 1 dan 2 menyebutkan: “Maka pada mulanya
ada itu Kalam maka Kalam itu, serta dengan Allah, dan Kalam itu Allah, dan
kalau itu Allah. Ia itu pada mulanya serta dengan Allah.” Kata “Ia” di ayat ini
maksudnya ialah “Yesus.” Jadi Yesus beserta dengan Allah.
BM: Dalam susunan ayat tersebut di atas ada kata
penghubung ialah: “Serta” atau beserta. Kalau ada orang berkata “Si Salim
dengan si Amin” maka susunan kalimat ini semua orang dapat mengerti bahwa si
Salim tetap si Salim bukan si Amin jadi berdasarkan ayat Bibel yang Saudara
baca dengan susunan “Ia” (Yesus) beserta Allah, langsung dapat dimengerti bahwa
Yesus bukan Allah, dan Allah bukan Yesus. Jelaslah bahwa Yesus tidak sama
dengan Allah: dengan kata lain kata Yesus bukan Tuhan. Dan di ayat itu juga
disebutkan bahwa Kalam itu Allah. Padahal Kalam itu bukan Allah dan Allah bukan
Kalam. Jadi Allah dan Kalam-pun lain.
AW: Bagaimana kalau Yesus disebut saja Anak Tuhan.
BM: Saya sudah jelaskan tentang itu pada saudara
dalam pembicaraan kita yang lalu. Dan saudara telah mengakui kebenaran
keterangan saya. Sekarang saya tambah, Kalau Tuhan itu beranak, baik anaknya berupa
manusia seperti Yesus atau lainnya, maka ke Esa-an Tuhan sudah ternoda
karenanya. Sedang kita-pun tidak mungkin menodai ke Esa-an Tuhan.
AW: Tetapi dalam kitab: “Wahyu,” pasal 22 ayat 13
menyebutkan: “Maka Aku inilah Alif dan Ya, yang terdahulu dan yang kemudian.
Yang Awal dan Yang Akhir.”
BM: Rangkaian perkataan itu bukan perkataan Yesus
sendiri, melainkan firman Allah kepada Yesus. Bukti kebenaran perkataan saya
ini silahkan saudara periksa di Kitab “Wahyu” tersebut pasal 21 ayat 6.
AW: Baik, pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka
firmannya kepadaku: “Sudahlah genap; Aku inilah Alif dan Ya, yaitu yang awal
dan yang Akhir.”
BM: Jelas di ayat itu menyebutkan: “Maka firmannya
kepadaku,” Siapakah yang berfirman kepadaku (kepada Yesus) di ayat ini?
AW: Tentu Allah yang berfirman.
BM: Jadi yang berfirman Aku inilah Alif dan Ya,
yang Awal dan Yang Akhir, bukan perkataan Yesus sendiri, tetapi firman Allah
kepada Yesus.
AW: Di Johanes pasal 8 ayat 58 Yesus berkata:
“Sebelumnya Ibrahim aku sudah ada.” Jadi bisa dianggap Yesus itu permulaan.
BM: Kalau Yesus dikatakan “Permulaan.” maka diapun
tidak benar. Karena pada mulanya Yesus itu tidak ada, lalu diperanakkan oleh
Maria dan sesudah itu Yesus mati. Walaupun ia dikatakan hidup lagi. Dan orang
sudah mati itu tidak bisa dikatakan: “seorang yang terkemudian,” dan kalau
Yesus itu hidup lagi, tidak bisa dikatakan: “Permulaan,” bukan pula “yang
terkemudian,” bukan yang “awal,” maupun: “yang akhir.”
AW: Saya lantas makin tidak mengerti, malah tambah
membingungkan saya karena pada mulanya Yesus itu tidak ada, lalu diperanakkan
oleh Maria dan sesudah itu Yesus mati. Yang pada mulanya tidak ada, tidak bisa
disebut: “permulaan.” Kalau Yesus diperanakkan, mustahil bisa disebut
“permulaan” dan kalau Yesus pernah mati, mustahil bisa disebut “yang
terkemudian.”
BM: Supaya lebih jelas kepada saudara maka saya
hadapkan pertanyaan: Andaikata Yesus itu disebut “permulaan,” maka apa dengan
dasar inikah saudara mengakui Yesus itu Tuhan.
AW: Ya, betul begitu.
BM: Kalau demikian, bagaimanakah anggapan saudara,
kalau sekiranya dalam kitab suci saudara ada menyebutkan bahwa ada seseorang
manusia Yesus, yang tidak ada permulaannya dan tidak ada kesudahannya. Apakah
manusia itu akan diakui Tuhan juga oleh saudara.
AW: Di pasal manakah menyebutkan demikian?
BM: Sebelum saya tunjukkan, apakah saudara masih
tetap berpendirian akan mengakui Tuhan kepada seorang yang tidak ada permulaan
dan kesudahannya, sebagaimana saudara bertuhan kepada Yesus.
AW: Kalau betul ada, tentu saya bimbang atau
sekurang-kurangnya meragukan saya atas kebenaran Yesus selaku Tuhan.
BM: Mestinya saudara mengakui Tuhan dua-duanya,
dengan lain kata disamping Yesus ada lagi Tuhan Tambahan.
AW: Ya, bisa juga begitu. Akan tetapi tentu saja
keyakinan saya lantas tambah tidak karuan. Di pasal manakah ada menyebutkan ada
seorang manusia yang tidak ada permulaan dan kesudahannya.
BM: Saya telah katakan dikitab suci saudara
sendiri. Silahkan buka Ibrani pasal 7 ayat 2 dan 3.
AW: Baik, seperti tadi sudah saya bacakan sampai
baris pertama ayat ketiga dari pasal tersebut sebagai berikut: “Melkisedek yang
tiada berbapa dan tiada beribu dan tiada bersilsilah dan tiada berawal dan
tiada berakhir hidupnya, melainkan ia diserupakan Anak Allah. maka kekallah ia
selama-salamanya.”
BM: Bagaimana perasaan saudara dengan susunan ayat
ini. Berdasarkan ayat ini bukan Yesus saja yang menjadi permulaan tetapi juga
Melkisedek.
AW: Keyakinan saya memang jadi bimbang terhadap
Ketuhanan Yesus.
BM: Bimbang atau tidaknya terserah saudara, yang
jelas tidak ada niat sama-sekali untuk mengajak saudara meninggalkan Agama
Kristen. Yang penting adalah diskusi dan penelitian semata-mata. Meneliti dan
menganalisa terhadap sesuatu adalah hak semua orang, asalkan penelitian itu
benar-benar tidak mengganggu ketentraman umum.
AW: Terimakasih, dan saya masih akan bertanya lagi
pada Bapak; maklumlah saya ini sedang mencari kepuasan yang dapat menimbulkan
keyakinan saya dalam memeluk agama.
BM: Silahkan saudara bertanya, keyakinan itu
timbul setelah menyelidiki dan meneliti dengan kepuasan. Di dalam Agama Islam
tidak ada paksaan. Yang penting menyampaikan (da’wah), tidak lebih dari itu.
Teruskanlah pertanyaan saudara.
AW: Setelah kita bersoal jawab tentang Ketuhanan
Yesus timbullah keraguan dalam hati saya, namun apakah bapak masih bersedia
menunjukkan ayat-ayat Bibel yang menyatakan bahwa Yesus itu bukan Anak Tuhan.
BM: Walau telah saya tunjukkan ayat-ayat Bibel
sendiri, tentang pengakuan Yesus sendiri bahwa Tuhan itu Tunggal, namun demi
pengharapan saudara akan saya penuhi juga. Akan tetapi apakah tidak sebaiknya
kita lanjutkan besok malam saja oleh karena waktu sudah malam (Jam 12.25).
AW: Ya, terima kasih, besok malam saja kita
lanjutkan.
Malam Ketiga
‘MASALAH KETUHANAN YESUS’
BM: Sebagaimana kita telah rembuk kemarin malam,
apakah akan dilanjutkan juga musyawarah kita ini?
AW: Memang demikian, karena kedatangan kami kemari
khususnya untuk melanjutkan pertemuan kita kemarin malam.
BM: Kalau tidak khilaf, pembicaraan kita masih
berkisar dalam soal ketuhanan Yesus dalam Bibel.
AW: Betul begitu. Kemarin malam saya mengharapkan
agar bapak menunjukkan ayat-ayat dalam Kitab Injil; apakah Yesus itu Tuhan atau
bukan.
BM: Kemarin malam, telah saya tunjukkan. Agar
berurutan sebaiknya kita ulangi lagi ayat-ayat Injil tersebut, lalu akan saya
tunjukkan lagi ayat-ayatnya yang lain; setujukah saudara pendapat saya ini.
AW: Memang sebaiknya begitu, agar berurutan dan
bertambah jelas baiklah diulangi lagi.
BM: Silahkan Buka Matius pasal 1 ayat 16.
AW: Baik, dalam pasal dan ayat tersebut
menyebutkan: “Dan Yakub memperanakkan Yusuf, yaitu suami Maria ialah yang
melahirkan Yesus, yang disebut Kristus.”
BM: Di sini jelas, ayat ini menyebutkan sendiri,
bahwa Yesus diperanakkan oleh Maria. Jadi Yesus adalah anak manusia, bukan anak
Tuhan, sebagaimana telah saya terangkan dalam pertemuan pertama.
AW: Ya, pada pertemuan pertama bapak telah
terangkan dan saya telah mengerti. Menurut pendapat bapak, apakah sebenarnya
yang dimaksudkan dengan kata: “Yesus dan Kristus.”
BM: Apakah saudara belum mengetahui arti daripada
dua buah kata tersebut?
AW: Saya mengerti. Tetapi hanya untuk mencocokkan
saja dengan penafsiran bapak.
BM: Baik, Yesus adalah bahasa Yunani, yang berarti:
“Melepaskan,” melepaskan manusia daripada dosa.
AW: Darimanakah adanya keterangan bahwa Yesus itu
berarti melepaskan dosa.
BM: Sebetulnya susunan pertanyaan itu timbul dari
saya. Tetapi saya mengerti mungkin saudara akan menguji saya tentang Injil, walaupun
begitu saya penuhi juga pengharapan saudara. silahkan periksa di Matius pasal 1
ayat 21.
AW: Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka ia
akan beranakkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau namakan Dia,
Yesus, karena ialah yang akan melepaskan kaumnya dari pada segala dosanya.”
BM: Itulah ayatnya, Arti Kristus ialah Almasih,
Sang Sabda, Adil, Ratu Salem dan ada beberapa lagi artinya yang lain: Kata
Almasih dalam Injil bahasa Inggris disebut: “Christ the Lord,” didalam Injil
bahasa Arab disebut: “Almasih Ar-Robb.” Kata “Lord dan Robb” artinya tuanku,
paduka tuan, dan ada juga dengan arti Tuhan, dan lain-lain lagi. Akan tetapi
karena Yesus sendiri mengaku bahwa ia bukan Tuhan melainkan utusanNya bagaimana
tersebut dalam kitab Injil Johanes pasal 17 ayat 23, dan ia diperanakkan oleh
manusia, sebagaimana tersebut dalam Injil Matius pasal 1 ayat 16 dan 21, malah
ia sendiri yang berkata dan mengakui bahwa Tuhan itu Esa (Tunggal), sebagaimana
disebutkan dalam Injil Markus, pasal 12 ayat 29 dan di ayat-ayat Injil yang
lain-lain, maka berdasarkan pengakuan Yesus itu, jelas Yesus itu bukan Tuhan
dan bukan anak Tuhan.
AW: Benar yang bapak maksudkan itu.
BM: Selanjutnya harap periksa lagi di Markus pasal
12 ayat 29
AW: Di sini menyebutkan: “Maka jawab Yesus
kepadanya: ‘Hukum yang terutama inilah: dengarlah olehmu hai Israil, adapun
Allah Tuhan Kita, ialah Tuhan Yang Esa.”
BM: Jelas bahwa Tuhan itu Esa, artinya satu,
Tunggal, jadi Yesus bukan Tuhan sebagaimana telah saya terangkan.
AW: Ya, sudah bapak terangkan kemarin malam.
BM: Periksa lagi Ulangan pasal 4 ayat 35.
AW: Di sini menyebutkan: “Maka kepadamulah Ia itu
ditunjuk, supaya diketahui olehmu bahwa Tuhan itu Allah, dan kecuali Tuhan yang
Esa tiadalah yang lain lagi.”
BM: Kitab Injil saudara sendiri yang menyebutkan
dan Yesus sendiri yang menyampaikan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah yang
Esa. Jadi tegas sekali Yesus sendiri tidak mengaku menjadi Tuhan. Inipun telah
saya terangkan pada pertemuan kita kemarin malam.
AW: Ya, saya sudah mengerti dan menerimanya.
BM: Periksa lagi di Ulangan pasal 6 ayat 4.
AW: Di Ulangan pasal dan ayat tersebut menyebutkan
demikian: “Dengarlah olehmu hai Israil! Sesungguhnya Hua Allah kita, Hua itu
Esa adanya.”
BM: Jelas di kitab Injil sendiri menyebutkan Allah
itu Esa, Tunggal. Yesus telah mengakui sendiri bahwa dia bukan Tuhan. Bagaimana
pendapat saudara. Kaum Kristen mengatakan Yesus itu tuhan, sedangkan Yesus
sendiri menolak disebut dirinya Tuhan.
AW: Ya, saya tidak mengerti dan tambah bingung.
BM: Biarlah tidak apa-apa. Marilah kita teruskan
lagi. Periksa di Matius pasal 27 ayat 1.
AW: Baik, di sini menyebutkan: “Setelah hari
siang, maka segala kepala iman dan orang tua-tua kaumpun berundinglah atas hal
Yesus, supaya dibunuh Dia.”
BM: Kalau betul Yesus itu Tuhan, mustahil ada
manusia merencanakan untuk membunuh Dia. Silahkan buka lagi di Matius pasal 26
ayat 38.
AW: Di ayat ini ada menyebutkan: “Kemudian kata
Yesus kepada mereka itu: ‘Hatiku amat sangat berdukacita, hampir mati rasaku;
tinggallah kamu disini dan berjagalah sertaku.”
BM: Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus amat
sangat berduka cita pantaskah ada Tuhan berduka cita. Ini menunjukkan bahwa
Yesus bukan Tuhan. Periksa lagi di Lukas pasal 2 ayat 11.
AW: Baik di ayat ini menyebutkan: “Sebab pada hari
ini sudah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan itu di dalam negeri
Daud.”
BM: Wajarkah Tuhan dilahirkan oleh manusia
(Maria). Terus periksa di Johanes pasal 5 ayat 30.
AW: Baik, di sini menyebutkan: “Maka aku tidak
boleh berbuat satu apa dari mauku sendiri, Seperti aku dengar begitu aku
hukumkan, dan hukumku itu adil adanya, karena tidak aku coba turut mauku
sendiri, melainkan maunya Bapa yang sudah mengutus aku.”
BM: Ayat itu Yesus sendiri yang berkata bahwa ia
tidak berkuasa berbuat sekehendaknya. Wajarkah Tuhan tidak berkuasa berbuat
sekehendaknya. Di ayat itupun Yesus mengaku sendiri bahwa kehendaknya itu
menurut kehendak Tuhan yang mengutus dia. Kalau Yesus betul Tuhan, tentu tidak
dapat diperintah oleh siapapun. Di ayat ini juga Yesus mengaku, bahwa dia bukan
Tuhan melainkan diutus oleh tuhan. Yang diutus itu tentu bukan Tuhan.
AW: Kalau berdasarkan ayat tersebut, memang benar
keterangan Bapak.
BM: Kalau begitu jelas bahwa:
1. Yesus Datang kedunia ini
bukan kemauannya sendiri tetapi utusan Tuhan atas kehendak Tuhan, sebagaimana
juga Tuhan telah mengutus Nabi-nabi dan rasul-rasul yang lain.
2. Yesus menghidupkan orang
mati bukan maunya sendiri melainkan atas kehendak Tuhan, sebagaimana juga Ilyas
dapat menghidupkan orang mati.
3. Yesus dapat menyembuhkan
penyekit kusta (lepra), bukan kehendaknya sendiri, melainkan atas kehendak
Tuhan sebagaimana Ilyas dapat menyembuhkan penyakit lepra.
Keterangan saya ini
berdasarkan pengakuan Yesus sendiri di ayat tadi bahwa “Tidak aku coba mauku
sendiri, melainkan maunya Bapa yang sudah mengutus Aku.”
Apakah Saudara
memerlukan lagi ayat-ayat Bibel yang menerangkan pengakuan Yesus sendiri bahwa
Ia bukan Tuhan.
AW: Buat saya masih memerlukan lagi, bukankah
telah saya sampaikan kepada Bapak, bahwa saya ingin mencari kepuasan dalam
meneliti ajaran-ajaran agama, terutama dalam hal Ketuhanan yang hakiki. Tetapi
saya ingin bertanya, dan maaf sebelumnya, bagaimanakah bapak bisa hafal diluar
kepala tentang ayat-ayat Bibel, dan keistimewaan bapak ini saya merasa kagum.
BM: Itu adalah petunjuk Tuhan. Alhamdulillah saya
memang mempelajari bermacam agama, akhirnya saya bertambah yakin akan kebenaran
Agama Islam. Kalau saudara merasa kagum kepada saya, maka sayapun lebih merasa
kagum lagi kepada saudara selaku pemeluk agama Kristen berhasrat meneliti
ajaran-ajaran agamanya. Juga dengan bantuan bapak Markam ini. Baiklah kita
lanjutkan, periksa lagi di Ulangan pasal 4 ayat 39.
AW: Baik, di pasal dan ayat ini disebutkan sebagai
berikut: “Maka sekarang ketahuilah olehmu dan perhatikanlah ini baik-baik,
bahwa Tuhan itulah Allah, baik di langit yang di atas, baik di bumi yang di
bawah, dan kecuali ia tiadalah lain lagi.”
BM: Tegas sekali, dikitab Injil sendiri yang
menyebutkan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Yesus sendiri pula yang
berkata bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Jadi Yesuspun bukan Tuhan. Ayat ini
tentu tidak dapat diputar-putar lagi. Kalau ada penganut agama Kristen mengakui
Yesus itu Tuhan, maka pengakuannya bertentangan dengan kitab sucinya sendiri,
dan bertentangan pula dengan ajaran Yesus.
AW: Tetapi dalam Injil Johanes pasal 10 ayat 38
ada menyebutkan: “Supaya kamu dapat tahu dan percaya, yang Bapa ada di dalam
aku, dan aku ada di dalam Bapa.” Ayat ini menunjukkan bahwa Yesus di dalam
Tuhan dan Tuhan di dalam Yesus, maksudnya Tuhan dan Yesus itu satu adanya atau
singkatnya bahwa Yesuspun Tuhan. Juga dalam Johanes pasal 14 ayat 11 ada
menyebutkan: “Percayalah yang aku ini dalam Bapa, dan Bapa dalam aku.”
BM: Kalau saudara berpegang dengan ayat tersebut,
bahwa Yesus itu Tuhan, makasaudara harus mengakui juga bahwa Tuhan itu Yesus
dan Yesus itu Tuhan.
AW: Tidak demikian, tetapi Yesus dan Tuhan itu
satu.
BM: Kalau begitu, saya ingin bertanya: “Di ayat
itu ada dua rangkaian kata ialah “Yesus dan Tuhan.” Siapakah yang lebih berkuasa
di antara keduanya. Tuhan Bapakah atau Yesus.
AW: Tentu Tuhan Bapa.
BM: Kalau masih ada yang lebih berkuasa dari
Yesus, maka Yesus tentu bukan Tuhan, lebih jelas periksa di Injil Johanes pasal
14 ayat 28.
AW: Baik, di ayat ini ada menyebutkan: “Kamu sudah
dengar aku bilang, yang aku pergi serta datang kembali sama kamu. Coba kamu
cinta sama aku, hati, sebab aku sudah bilang: ‘Yang aku pergi sama Bapa, karena
bapaku itu lebih dari aku.”
BM: Di ayat ini Yesus sendiri mengatakan: “Bapaku
itu lebih dari aku,” ini menunjukkan bahwa, kalau Yesus itu Tuhan, maka ialah
tuhan yang tidak sempurna, oleh karena masih ada yang melebihi tingkatnya. Yang
tidak sempurna itu tentu bukan Tuhan. Harap saudara periksa lagi di Injil
Johanes pasal 12 ayat 45.
AW: Baik, di pasal dan ayat tersebut menyebutkan
sebagai berikut: “Dan barangsiapa yang melihat aku, dia melihat sama Dia yang
mengutus aku.”
BM: Pantaskah tuhan diutus. Kalau Yesus itu Tuhan,
mengapa ada Tuhan yang diutus. Maksud ayat tersebut siapa yang melihat Yesus,
seolah-olah ia melihat Tuhan yang mengutus Yesus. Jadi perkataan Yesus diatas
menunjukkan bahwa ia bukan Tuhan, melainkan utusan Tuhan.
AW: Saya belum meneliti maksud ayat di Johanes
pasal 10 ayat 38 dan pasal 14 ayat 11 yang menyebutkan bahwa “Bapa dalam aku
dan aku dalam Bapa,” seperti yang telah saya bacakan tadi. Akan tetapi dalam
ayat ini saya berpendapat ada dua macam penafsiran:
1. Yesus adalah Tuhan.
2. Berdasarkan Injil
Johanes pasal 12 ayat 45 yang kita baca itu menyebutkan, Yesus itu adalah
utusan Tuhan. Utusan disini maksudnya selaku Tuhan ia menyampaikan sendiri
ajarannya kepada manusia.
BM: Ayat itu bukan berarti mempunyai dua macam
penafsiran, tetapi diantara dua ayat tersebut yakni di Johanes pasal 10 ayat
38, dan pasal 14 ayat 11 dan Johanes pasal 12 ayat 45 itu adalah bertentangan.
Di satu ayat ditafsirkan Yesus itu Tuhan, dan di ayat lain disebutkan bahwa
Yesus itu utusan Tuhan. Jadi di dalam Injil sendiri terdapat ayat-ayatnya
antara yang satu dengan yang lain bertentangan. Kita perlu ingat kembali pada
pembicaraan kita semula kalau ada kitab suci yang isinya berselisih antara satu
ayat dengan ayat yang lain, maka apakah kitab suci itu masih akan dipertahankan
kesuciannya?
AW: Betul, kita telah bicarakan hal itu pada
pertemuan yang lalu.
BM: Andaikan saudara masih juga mempertahankan
ketuhanan Yesus dengan berdasarkan ayat Bibel yang menyebutkan: “Yesus dalam
Bapa dan Bapa dalam Yesus” sebagaimana tersebut dalam Johanes pasal 10 ayat 38
dan pasal 14 ayat 11 itu maka saudarapun akan dijawab oleh kitab Injil saudara
sendiri, bahwa penafsiran saudara itu tidak benar.
AW: Dimanakah menyebutkan demikian?
BM: Silahkan saudara periksa di Injil Johanes
pasal 17 ayat 21.
AW: Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Supaya
semua jadi satu, ia Bapa! seperti Bapa dalam saya dan saya dalam Bapa dan
supaya dia orang jadi satu dalam kita, biar dunia percaya Bapa sudah mengutus
saya.”
BM: Jelas di ayat ini kalau Yesus sendiri berkata
bahwa Yesus dalam Bapa dan Bapa dalam Yesus dan muridnya pun ada dalam Bapa.
Kalau begitu harus saudara akui bahwa murid-murid Yesuspun Tuhan juga.
AW: Kalau begitu bagaimana arti yang sebenarnya
ayat itu menurut Bapak.
BM: Kalimat, “Bapa dalam saya,” dan muridnya jadi
satu dengan kita (Allah dan Yesus) di ayat tersebut maksudnya, supaya Yesus
senantiasa tidak melupakan Allah (Bapa) demikian juga muridnya tidak melupakan
Yesus dan Allah (Bapa). Dan di akhir ayat tersebut Yesus berkata “biar dunia
percaya yang Bapa mengutus saya.” Rangkaian kata-kata ini tegas sekali Yesus
mengakui bahwa ia bukan anak Allah, melainkan utusannya, dan teruskan saudara
baca di Johanes pasal 17 ayat 23.
AW: Baik, ayat tersebut menyebutkan: “Saya dalam
dia orang, dan Bapa dalam saya, supaya dunia boleh tahu yang Bapa sudah
mengutus saya.”
BM: Apakah susunan ayat tersebut belum jelas bahwa
Yesus sendiri yang berkata dan mengaku bahwa ia bukan Tuhan, melainkan utusan
Tuhan. Apakah saudara masih belum puas tentang ayat-ayat Injil yang menunjukkan
bahwa Yesus bukan Tuhan, karena saya anggap telah cukup banyak tunjukkan kepada
saudara.
AW: Sebagaimana telah saya sampaikan kepada bapak,
saya ingin kepuasan. Sebetulnya keterangan-keterangan bapak telah memuaskan
saya, namun demikian kalau masih ada ayat-ayatnya lagi harap bapak tunjukkan.
BM: Baik saya penuhi pengharapan saudara silahkan
saudara periksa di kitab Samuel yang kedua pasal 7 ayat 22.
AW: Pasal dan ayat tersebut menyebutkan sebagai
berikut: “Maka sebab itu besarlah Engkau, ya Tuhan Allah karena tiada yang
dapat disamakan dengan dikau dan tiada Allah melainkan Engkau sekedar yang
telah kami dengar dari telinga kami.”
BM: Di ayat ini jelas bahwa Yesus sendiri
menghadapkan kata-katanya kepada Allah, bahwa tiada yang dapat disamakan dengan
Allah. Jadi Yesus sendiri mengakui bahwa dirinya tidak sama dengan Tuhan, dengan
kata lain ia bukan Tuhan dan ditengah-tengah ayat itu Yesus sendiri berkata:
“Tiada Allah melainkan engkau.” Jadi Yesus termasuk yang lain, yakni ia bukan
Tuhan Allah. Rangkaian ayat tersebut, Yesus sendiri yang berkata bahwa, “tiada
Tuhan melainkan Allah” mengapa kaum kristen mengangkat Yesus selaku Tuhan.
Silahkan periksa lagi Injil Yahya pasal 17 ayat 8.
AW: Baik, sebutan ayat tersebut adalah sebagai
berikut: “Karena segala firman yang telah Engkau firmankan kepadaku, itulah Aku
sampaikan kepada mereka itu, dan mereka itu sudah menerima dia, dan mengetahui
dengan sesungguhnya bahwa Aku datang dari Ada-Mu, dan lagi mereka itu percaya
bahwa Engkau yang menyuruh aku.”
BM: Di ayat ini Yesus sendiri berkata bahwa ia
menerima firman dari Allah. Kalau Yesus Tuhan, tentunya tidak membutuhkan
firman dari siapapun juga. Di akhir ayat itu juga Yesus sendiri berkata bahwa
“Engkaulah yang menyuruh aku.” Jadi Yesus itu bukan tuhan, melainkan pesuruh
Tuhan, sebagaimana Nabi-nabi dan utusan-utusan Allah yang lain-lain juga.
Teruskan saudara periksa Injil Matius pasal 26 ayat 2.
AW: Baik, disini menyebutkan: “Kamu memang
mengetahui bahwa dua hari lagi akan ada hari raya Paskah, dan Anak manusia akan
diserahkan supaya ia disalibkan.”
BM: Yang dimaksud dengan anak manusia di ayat itu
ialah Yesus sendiri. Jadi jelas Yesus mengakui bahwa ia bukan anak Tuhan,
melainkan anak manusia. Lanjutkan periksa Injil Matius pasal 5 ayat 45.
AW: Baik, ayat ini menyebutkan: “Supaya kamu
menjadi anak-anak Bapamu yang disurga…”
BM: Cukup sampai di situ. Di ayat ini saudara
saksikan sendiri, bahwa Yesus sendiri yang berkata kepada murid-muridnya,
supaya kamu menjadi anak-anak bapamu yang di surga; yakni apabila
murid-muridnya taat atas perintah-perintah Tuhan, menurut Yesus mereka akan jadi
anak Tuhan juga. Berdasarkan ayat Bibel tersebut tentunya anak tuhan akan
menjadi banyak jumlahnya, bukan Yesus saja.
AW: Tetapi di Injil Johanes pasal 1 ayat 34
menyebutkan: “Maka aku sudah melihat itu, serta bersaksi yang dia inilah anak
Allah.” Juga di Injil Matius pasal 3 ayat 17 menyebutkan: “Maka suatu suara
dari langit mengatakan: ‘Inilah Anakku yang kukasihi, kepadanya aku berkenan.”
Di Injil Lukas pasal 1
ayat 32 juga menyebutkan: “Maka ia akan menjadi besar, dan Ia akan dikatakan
anak Allah yang Maha Tinggi, maka Allah, Tuhan kita akan mengaruniakan
kepadanya takhta Daud, nenek moyangnya itu.” Di Ibrani pasal 4 ayat 14
menyebutkan: “Sedangkan ada kepada kita seorang Imam Mahabesar yang sudah
melintas segala langit, yaitu Yesus Anak Allah, maka hendaklah kita memegang
pengakuan itu.”
Dan masih banyak lagi
ayat-ayat Bibel yang menerangkan bahwa Yesus Anak Allah. Kalau Bapak memerlukan
akan saya tunjukkan ayat-ayatnya.
BM: Saya mengerti, bahwa ayat-ayat Bibel yang
menyebutkan Yesus Anak Allah sebagaimana tersebut di:
Matius : Pasal 3 ayat
17, pasal 4 ayat 3, pasal 14 ayat 33, pasal 26 ayat 63 dan Pasal 16 ayat 17.
Johanes : Pasal 3 ayat
16, pasal 1 ayat 34 dan 40, pasal 17 ayat 1, pasal 19 ayat 7, pasal 16 ayat 27
dan ayat 30, pasal 15 ayat 23 dan beberapa ayat lainnya di Johanes.
Roma : Pasal 1 ayat 9,
pasal 5 ayat 10, pasal 8 ayat 3, pasal 29 ayat 32.
Galitiah: Pasal 1 ayat
16, pasal 4 ayat 4 dan 6.
Lukas : Pasal 1 ayat 32
dan 35, pasal 3 ayat 22, pasal 4 ayat 3 dan 9, pasal 4 ayat 43 dan 41.
Ibrani : Pasal 1 ayat
2,5 dan 8, pasal 3 ayat 6, pasal 4 ayat 14, pasal 5 ayat 5 dan 8.
Matius : pasal 2 ayat
15, pasal 3 ayat 17, pasal 4 ayat 3 dan ayat 6, pasal 14 ayat 33, pasal 26 ayat
63, pasal 16 ayat 17.
Korintus I: Pasal 1 ayat
9. Dan masih ada beberapa ayat lain di kitab Injil yang menyebutkan Yesus itu
Anak Allah tetapi maksudnya bukan anak Allah yang sebenarnya, karena Yesus
sendiri mengaku di kitab Injil bahwa ia adalah utusan Allah, bukan Anak Allah.
Dan ia sendiri berkata: “anak manusia” bukan anak Tuhan. Jadi jumlah ayat-ayat
di kitab Injil yang menyebutkan Yesus itu anak Allah tidak menjamin
kebenarannya bahwa ia anak Allah betul-betul, sebagaimana kita sering mendengar
ucapan-ucapan “Anak Kapal,” “Anak Sekolah,” tidak berarti bahwa kapal dan sekolah
itu beranak, melainkan mempunyai arti bahwa orang itu selalu terikat oleh
peraturan-peraturan kapal dan pelajaran-pelajaran di sekolah. Periksa lagi
Yahya pasal 5 ayat 30.
AW: Ayat tersebut demikian bunyinya: “Suatu pun
tidak aku dapat berbuat menurut kehendakku sendiri melainkan aku menjalankan
hukum sebagaimana yang aku dengar, dan hukumku itu adil adanya, karena bukannya
aku mencari kehendak diriku, melainkan kehendak Dia yang menyuruhkan aku.”
BM: Di sini jelas sekiranya Yesus itu Tuhan, tentu
dapat berbuat sekehendaknya sendiri. Tetapi di Bibel sendiri menyebutkan bahwa
perbuatan Yesus itu adalah kehendak Tuhan. Dan sekiranya Yesus itu Tuhan,
tentunya tidak ada yang mengutus. Mustahil Tuhan menjadi utusan Tuhan, atau
dengan lain kata “Utusan Tuhan itu adalah Tuhan,” bisakah terjadi demikian.
AW: Sudah jelas dan terima kasih.
BM: Silahkan periksa lagi di Yahya pasal 3 ayat
13.
AW: Baik, disini menyebutkan: “Seorang pun tiada
naik kesurga, kecuali ia yang sudah turun dari surga, yaitu anak manusia.”
BM: Jelas di Bibel sendiri menyebutkan bahwa Yesus
sendiri adalah anak manusia bukan anak Tuhan.
AW: Betul berdasarkan ayat tersebut Yesus adalah
anak manusia.
BM: Periksa lagi di Matius pasal 27 ayat 30.
AW: Baik, disini menyebutkan: “Maka mereka itupun
meludahi Dia, serta mengambil buluh itu memalu kepalanya.”
BM: Kalau Yesus itu betul Tuhan, bagaimana Tuhan
bisa diludahi dan diperolok-olokkan. Mengapa ada Tuhan yang begitu lemah.
Sesuai dengan pengharapan saudara supaya puas dengan soal ketuhanan Yesus
menurut Bibeldan perkataan Yesus sendiri ada menyebutkan Ia bukan Tuhan, sekali
lagi periksa di Matius pasal 21 ayat 18 dan 19.
AW: Baik, di sini menyebutkan: “Pada pagi-pagi
harinya, apabila Ia kembali kenegeri itu, ia merasa lapar. Serta dipandangnya
sepohon ara di sisi jalan, pergilah ia kesitu dan didapatinya suatu apapun
tiada dipohon itu, melainkan daun sahaja. Lalu berkatalah Ia kepadanya:
‘Janganlah jadi buah dari padamu lagi selama-lamanya. Maka dengan seketika itu
juga layulah pohon ara itu.”
BM: Kalau Yesus itu Tuhan tentu ia tidak akan
mengutuk pohon itu supaya tidak berbuah melainkan ia akan menciptakan buah pada
pohon itu dengan kekuasaannya selaku Tuhan. Akan tetapi pohon yang tidak
berbuat kesalahan apa-apa kepada Yesus dan pohon yang tidak tahu apa-apa itu
malah dikutuk oleh Yesus. Wajarkah Tuhan mengutuk makhluk yang tidak bersalah.
Padahal kalau betul Yesus itu Tuhan tentu Ia berkuasa menciptakan pohon itu
supaya mengeluarkan buahnya seketika itu juga, tidak lalu mengutuknya.
AW: Bapak hafal betul tentang ayat-ayat di Kitab
Injil, jadi sudah jelas berdasarkan ayat-ayat Injil yang bapak sebutkan dan
dikuatkan lagi dengan beberapa ayat lainnya, nyatalah bahwa Yesus itu bukan
anak Tuhan.
BM: Persoalan Yesus anak Tuhan itu telah kita
bicarakan pada pertemuan pertama, dan sudah dibereskan oleh Injil sendiri yang
menyebutkan bahwa selain Yesus masih banyak lagi beberapa manusia yang harus
diakui Anak Tuhan, dan seharusnya mereka itu diakui juga oleh golongan Kristen,
menjabat anak tuhan, bukan Yesus saja, karena berdasarkan Kitab Injil sendiri
anak Tuhan itu banyak.
AW: Ya betul kita telah bicarakan tentang itu.
BM: Supaya lebih Jelas, baiklah saya ulangi, di
Injil ada menyebutkan bahwa:
1. Daud anak Allah yang
sulung (Mazmur, pasal 89 ayat 27)
2. Yakub (Israil) adalah
anak Allah yang Sulung (Keluaran pasal 4 ayat 22 dan 23)
3. Afraim adalah anak
Allah yang Sulung (Yeremia pasal 31 ayat 9)
Jadi Daud anak Allah
yang sulung, Yakub anak Allah yang sulung, dan Afraim juga anak Allah yang
sulung. Ketiga-tiganya atau kesemuanya adalah anak sulung. Yang manakah yang
betul-betul sulung. Apakah ayat ini benar semuanya atau salah semuanya. Karena
itu saya jelaskan bahwa Anak Allah yang tersebut dalam Bibel itu, tidak berarti
anak Allah yang sebenarnya melainkan maksudnya ialah kekasih Allah, atau mereka
yang taat kepada perintah-perintah Tuhan.
AW: Saya sudah mengerti terima kasih.
BM: Tetapi saudara mungkin belum mengerti betul
tentang arti “Anak dan Bapa” dalam bahasa Ibrani, atau susunan bahasa yang
terpakai dalam Bibel.
AW: Kalau begitu bagaimanakah arti yang
sebenarnya.
BM: Dalam bahasa Ibrani kata “Bapa” itu dipakai
buat Tuhan, sedangkan kata “anak” dipakai buat mereka yang dihormati, seperti
para Nabi dan para Rasul.
AW: Dasar apakah yang dipergunakan oleh Bapak
tentang keterangan itu.
BM: Saya sudah sebutkan pada pertemuan yang
pertama ialah tersebut dalam Injil Matius.
AW: Saya tidak ingat, di pasal dan ayat berapa.
BM: Silahkan buka Matius, pasal 5 ayat 9.
AW: Baik, di sini disebutkan: “Berbahagialah
segala orang yang mendamaikan orang karena mereka itu akan disebut anak Allah.”
BM: Jelas siapa saja mendamaikan manusia akan
disebut akan menjabat “Anak Allah,” kalau begitu anak Allah itu ratusan, ribuan
malah mungkin jutaan orang, jadi bukan Yesus saja.
AW: Apakah tidak sebaiknya kita lanjutkan besok
malam saja, karena sudah larut malam.
BM: Terserah saudara, tetapi baiklah besok malam
saja kita lanjutkan.
Malam Ke Empat
‘YESUS PENEBUS DOSA’
BM: Betulkah Kepercayaan Kristen bahwa datangnya
Yesus adalah untuk menebus Dosa.
AW: Memang demikian.
BM: Dimanakah menyebutkan
AW: Dalam kitab Perbuatan Rasul-rasul pasal 5 ayat
31
BM: Tolong bacakanlah.
AW: Baik, di sini ada menyebutkan: “Ia inilah
ditinggalkan oleh tangan kanan Allah menjadi Raja dan Juru Selamat akan
mengaruniakan tobat kepada Bani Israil dan jalan keampunan dosa.”
BM: Susunan kata ini diucapkan oleh Petrus, bukan
perkataan Yesus dan bukan wahyu dari Tuhan.
AW: Tetapi dalam Injil Lukas pasal 2 ayat 10 dan
11 juga ada menyebutkan.
BM: Bacakanlah.
AW: Disini menyebutkan: “Maka kata malaikat itu
kepada mereka itu: ‘Jangan takut, karena sesungguhnya Aku memberikan kepadamu
suatu kesukaan besar yang akan jadi bagi segenap kaum. Sebab pada hari ini
sudah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan itu, di dalam negeri
Daud.’”
BM: Malaikat itu berkata kepada siapa menurut ayat
itu.
AW: Di Lukas pasal 2 ayat 8 dan 9 menyebutkan
bahwa malaikat berkata kepada orang gembala yang tinggal di padang, menjaga
kawan binatangnya pada waktu malam.
BM: Tidak ada keterangan bahwa yang berkata itu
malaikat, dan tidak ada pernyataan dari orang gembala sendiri mengenai
peristiwa tersebut.
AW: Buat saya tidak perlu memeriksa lebih mendalam
lagi, karena di Injil menyebutkan Yesus adalah Juru Selamat dan penebus dosa,
itu sudah cukup.
BM: Baik, kalau saudara tidak perlu memeriksa
kembali ayat tersebut tidak apa, saya ikuti kemauan saudara, namun saya ingin
memberitahukan kepada saudara, bahwa dalam kitab Kisah Rasul pasal 5 ayat 31
yang saudara baca tadi ada menyebutkan bahwa Yesus, hanya penebus dosa bagi
Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia. Dan saudara sendiri selaku
penganut agama Kristen tentunya tidak tertebus dosanya oleh Yesus, oleh karena
saudara bukan turunan Bani Israil. Demikianlah kalau saudara betul-betul
berpegang pada Kitab Suci saudara kitab Injil saudara, yang telah saudara baca
sendiri.
AW: Diwaktu itu mungkin hanya Bani Israil saja
yang ada. Karena itulah Yesus berkata begitu, tetapi pada hakekatnya untuk
semua manusia.
BM: Kalau benar sanggahan saudara, silahkan
saudara buka di Matius pasal 1 ayat 21.
AW: Baik, di Matius pasal 1 ayat 21 menyebutkan:
“Maka Ia akan beranakkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamakan
Ia Yesus, karena Ia-lah yang akan melepaskan kaumnya dari pada segala dosanya.”
BM: Apakah belum Jelas, Bibel sendiri yang
menerangkan bahwa kedatangan Yesus hanya untuk melepaskan dosa kaumnya saja
bukan untuk semua manusia, sebagaimana kita telah bicarakan.
AW: Akan tetapi dapat juga saya artikan: “Kaum”
itu dengan “Bangsa,” ialah bangsa manusia. Jadi yang dimaksudkan ialah untuk
semua bangsa.
BM: Dengan dasar apa saudara memberi arti begitu.
Di Bibel sendiri nyata-nyata menyebutkan dengan kata “Kaumnya.” Taruh kata
saudara alihkan kata: “Kaum” dengan arti “Bangsa,” maka yang demikianpun tidak
dapat diartikan lain, kecuali hanya bangsanya Yesus sendiri saja ialah bangsa
Ibrani (Israil).
AW: Saya masih belum yakin keterangan bapak selama
di Bibel sendiri tidak menyebutkan dengan tegas, bahwa kedatangan Yesus untuk
Bani Israil saja.
BM: Sekiranya di Bibel ada menyebutkan, betulkah
saudara akan menjadi yakin, bahwa kedatangan Yesus itu bukan untuk semua
bangsa.
AW: Ya, saya yakin, dan demikianlah pendapat saya.
BM: Apakah saudara sudah periksa di Bibel.
AW: Saya sudah periksa, tetapi saya tidak hafal
ayat-ayat Bibel yang ratusan malah mungkin ribuan ayat itu.
BM: Kalau begitu, silahkan periksa Injil Matius
pasal 15 ayat 24.
AW: Baik, disini menyebutkan: “Maka jawab Yesus,
katanya ‘Tiadalah aku disuruhkan yang lain hanya kepada segala domba yang sesat
diantara Bani Israil.”
BM: Bukankah ayat ini sudah jelas, dan tidak bisa
diputar-putar lagi, Yesus sendiri mengakui bahwa ia di Utus untuk Bani Israil
saja, bukan untuk semua manusia atau lain. Jadi kalau penganut Yesus (umat
Kristen) yang bukan golongan Bani Israil, tentunya tidak termasuk umatnya
Yesus, dan dosanya tidak bisa ditebus/tertebus, karena Yesus hanya menjadi Juru
Selamat untuk Bani Israil saja, sedangkan saudara sendiripun bukan dari
golongan Bani Israil.
AW: Ya, kalau demikian bagi saya agak repot. Entah
bagaimana ini semestinya.
BM: Nah, kalau begitu orang bisa berpendapat
apakah faedahnya orang-orang Kristen menyebarkan agamanya kepada manusia yang
bukan Bani Israil. Sedangkan Yesus sendiri tidak berbuat demikian. Apakah cara
yang demikian tidak bisa dinamakan melangkahi ajaran Yesus. Dan di Injil Matius
yang saudara baca baru-baru ini ada menyebutkan juga susunan kata Yesus sendiri
“Tiadalah aku disuruhkan kepada yang lain.” Jelas disini Yesus sendiri ia
mengakui ia disuruh. Kalau Yesus itu dikatakan Tuhan, maka pantaskah Tuhan itu
jadi pesuruh. Jadi Yesus itu bukan Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan sesuai dengan
pengakuan Yesus sendiri, yang menyebutkan dalam Kitab Injil saudara sendiri.
AW: Betul begitu, akan tetapi maaf terlebih dulu
apakah misalnya tidak mungkin ayat itu ada salah cetak. Ini hanya kira-kiraan
saya sendiri saja, tetapi sekali lagi saya minta maaf.
BM: Tidak apa saudara bersikap ragu-ragu, tetapi
untuk menghilangkan keragu-raguan baiklah kita periksa kitab yang berbahasa
Belanda ini yang kebetulan saudara bawa. Kitab ini berjudul: “Bijbellezingen
voor het Huisgezin.” Setujukah saudara.
AW: Baiklah, dan memang demikian maksud kami
sebelumnya, agar dapat kita periksa bersama-sama apakah ayat Bibel yang
berbahasa Indonesia, ada bersamaan maksudnya dengan yang berbahasa Belanda.
BM: Silahkan saudara periksa di bab: “De
onderdanen van het koningrijk” halaman 834, ayat 12 apakah sudah diketemukan
ayatnya.
AW: Sudah ini dia.
BM: Nah mari kita periksa, di ayat ini
menyebutkan: “Toen de vrouw van Kanaan tot Christus kwan, Hem om smehende haar
dochter te genezen, wat zei Hijtoen?. Maar Hij antwoordende, zeide: ‘Ik ben
niet gezenden dan tot de verloren schapen van huis Israel.’” Kalau kita salin
kedalam bahasa Indonesia: “Ketika seorang perempuan dari Kanaan datang di
hadapan Kristus mengemis-mengemis padanya supaya mengobati (menyembuhkan)
anaknya, lalu apakah katanya?. Maka jawab Yesus, katanya: ‘Tiadalah aku
disuruhkan yang lain, hanya kepada segala domba yang sesat dari antara Bani
Israil.”
AW: Yah terus terang saja, tampaknya pendirian
saya sudah mulai condong kepada keterangan-keterangan bapak.
BM: Alhamdulillah, saya bersyukur, karena saudara
sudah tambah bimbang dalam keyakinan saudara. Pada pertemuan yang lalu, kita
sudah membaca susunan ayat di Injil Matius pasal 26 ayat 1 dan 2.
AW: Betul saya ingat, saya akan menjelaskan ayat
tersebut.
BM: Baik, kalau saudara masih merasa perlu
memberikan penjelasan.
AW: Saya akan bacakan lagi bunyi ayat tersebut.
BM: Baik, pada pertemuan yang lalu telah saya
terangkan. Mungkin saudara masih perlu membantah (membantah keterangan saya
tersebut). Silahkan saudara membacanya.
AW: Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut:
“Setelah Yesus menyudahi ucapan itu, maka bertuturlah pula ia kepada
murid-muridnya: ‘Kamu memang mengetahui bahwa dua hari lagi akan ada hari raya
Paskah, dan Anak manusia akan diserahkan supaya ia disalibkan.’” Jadi
kedatangan Yesus memang untuk disalib. Berdasarkan ayat ini.
BM: Mengapa Yesus berteriak minta tolong kepada
Tuhan di waktu akan disalib, kalau memang benar kedatangan Yesus untuk disalib.
Mestinya dia bersedia untuk disalib. Seruan Yesus minta-minta tolong itu,
sebagaimana saya telah sebutkan pada pertemuan kita yang pertama, ialah di
Matius pasal 27 ayat 46: yang bunyinya sebagai berikut: “Maka sekira-kira pukul
tiga itu, berserulah Yesus dengan suara yang nyaring, katanya: ‘Eli, Eli, lama
sabachtani.’” artinya ‘Ya Tuhanku, Ya Tuhanku, apakah sebabnya Engkau
meninggalkan Aku.”
AW: Di ayat yang dibacakan tadi menunjukkan badan
ketuhanan Yesus sudah mengetahui lebih dahulu bahwa badan kemanusiaannya akan
di salib. Jadi yang berteriak itu bukan anak Tuhan, melainkan badan
kemanusiaannya Yesus, oleh karenanya itu ia menyerah untuk disalib.
BM: Kalau begitu, diwaktu Yesus di Salib ada
dimanakah badan ketuhanannya Yesus itu. Kalau saudara menjawab terpisah, maka
hal itu menunjukkan bahwa tidak selamanya Yesus menjadi satu dengan Tuhan.
Tetapi kalau saudara menjawab tetap di situ, mengapa badan ketuhanannya tidak
dapat menolong Yesus, sehingga ia berteriak-teriak minta tolong.
AW: Saya tidak mengerti bagaimana soal ini
sebenarnya.
BM: Bukan itu saja, malah kita masih bisa
meneruskan lagi di Matius pasal 26 ayat 38 yang menyebutkan: “Kemudian kata
Yesus kepada mereka itu: ‘Hatiku amat sangat berduka cita hampir mati rasaku;
tinggallah kamu di sini dan berjagalah sertaku.’” Mengapa badan Ketuhanan Yesus
tidak berkuasa menghilangkan duka cita yang dirasakan olehnya. Malah ia berkata
kepada muridnya minta berjaga bersama dia. Pantaskah Tuhan minta-minta kepada
manusia.
AW: Kalau saya berpegang pada ayat Injil tersebut,
bahwa kedatangan Yesus untuk Bani Israil saja, maka apakah salahnya kalau kita
mengajak manusia diluar Bani Israil supaya percaya kepada Yesus.
BM: Kalau saudara konsekwen berpegang pada ayat
Injil itu mestinya tidak demikian pendapat saudara. Kalau saudara telah
menyimpang dari langkah Yesus oleh karena Yesus sendiri mengatakan bahwa
kedatangannya hanya untuk menebus dosa Bani Israil semata-mata, bukan manusia
lainnya.
AW: Taruh kata kedatangan Yesus itu hanya untuk
Bani Israil saja, dan andaikata ada orang dari luar Bani Israil yang masuk
Kristen, maka hal tersebut tidak berarti ayat Injil dan ajaran Kristen itu ada
kesalahan.
BM: Kalau begitu apakah orang Bani Israil yang
menyalibkan Yesus itu sudah tertebus dosanya?
AW: Entahlah.
BM: Mengapa dalam kitab Injil tersebut Yesus
berkata bahwa kedatangannya untuk menebus dosanya Bani Israil. Dengan demikian
maka orang Bani Israil yang menyalibkan Yesus mestinya sudah tertebus dosanya.
Terlebih lagi berdasarkan keterangan saudara mestinya manusia yang menyalibkan
Yesus itu tidak berdosa, malah menerima pahala besar, kalau kedatangannya Yesus
memang untuk disalib. Andaikata tidak ada orang yang bersedia menyalibkan
Yesus, tentu tidak terlepas dosanya Bani Israil dan kedatangannya Yesus tidak
dapat lagi disebut selaku penebus dosa. Mestinya orang yang menyalibkan Yesus
itu menerima pahala besar, tidak dilaknat, karena mereka telah berjasa
menyalibkan Yesus, karena perbuatan mereka itulah, dosa-dosa Bani Israil
tertebus semuanya. Jawaban ini sebagian telah saya sampaikan pada pertemuan
kita yang lalu.
AW: Dalam hal ini saya belum bisa menjawab
sekarang, tetapi mungkin dilain waktu.
BM: Saya akan ulangi lagi pertanyaan saya:
Betulkah lantaran Yesus disalib, dosa bisa terhapus.
AW: Ya, betul begitu menurut ayat Injil.
BM: Alat apakah digunakan untuk menyalibkan Yesus.
AW: Kalau saya tidak salah, ialah kayu yang
disebut: “Kayu Salib”
BM: Kalau begitu Yesus tergantung pada kayu pada
waktu disalibkan.
AW: Ya, demikian, sebagaimana kita sering melihat
gambar Yesus disalib.
BM: Silahkan saudara periksa di Galatia pasal 3
ayat 13.
AW: Baik, disini disebutkan: “Maka Kristus sudah
menebus kita dari pada kutuk Torat itu dengan menjadi satu kutuk karena kita,
karena ada tersurat: ‘Bahwa terkutuklah tiap-tiap orang yang tergantung pada
kayu.”
BM: Menurut keterangan saudara, Yesus rela untuk
di salib, sedangkan menurut Galatia yang saudara baca menyebutkan: Terkutuklah
tiap-tiap orang yang tergantung pada kayu, dan kalau begitu apakah bisa menebus
dosa manusia.
AW: Terima kasih, saya sudah menyadari. Apakah
tidak sebaiknya kita pindah kepada pasal-pasal yang lain. Tetapi di lain malam,
karena sekarang waktunya sudah terlalu larut malam.
BM: Baiklah terserah saudara.
Malam Kelima
‘DOSA WARIS’
AW: Saya ingin menerima
penjelasan dari bapak kyai, tentang kepercayaan kepada dosa waris yang
disebabkan karena dosanya Adam dan Hawa.
BM: Baiklah, saya akan berikan jawabannya, tetapi
sebelumnya saya ajukan pertanyaan: Betulkah menurut kepercayaan Kristen bahwa
anak cucu Adam dan Hawa dari sejak dilahirkan sudah membawa dosa.
AW: Betul begitu, karena Adam dan Hawa berdosa,
maka cucunya menerima warisan dosa dari keduanya.
BM: Mengapa dosa Adam dan Hawa diwariskan kepada
cucunya, mestinya setiap manusia memikul dosanya dari perbuatannya sendiri,
bukan memikul dosanya orang lain.
AW: Tetapi menurut ajaran Kristen, setiap manusia
pada sejak waktu dilahirkan sudah memikul dosa, atau menerima warisan dosa dari
dosanya Adam dan Hawa. Oleh karena kedatangan Yesus itu adalah untuk menebus
dosa-dosa manusia dari warisan Adam dan Hawa tersebut.
BM: Kalau keterangan saudara benar pada ajaran
Kristen, silahkan saudara periksa kitab Nabi Yehezkiel pasal 18 ayat 20.
AW: Pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Orang
berbuat dosa, ia itu juga akan mati; maka anak tiada akan menanggung kesalahan
bapaknya, dan Bapa pun tiada akan menanggung kesalahan anak-anaknya; kebenaran
orang yang benar akan tergantung atasnya dan kejahatan orang fasik pun akan
tergantung atasnya.”
BM: Jelas Bibel sendiri menyebutkan bahwa setiap
manusia akan menanggung sendiri perbuatan baik maupun buruk, tidak boleh
dibebankan atau diwariskan kepada orang lain. Berdasarkan ayat tersebut, maka
dosa Adam dan Hawa harus ditanggung sendiri oleh keduanya. Tetapi mengapa dosa
Adam dan Hawa harus diwariskan atas anak cucunya, sehingga anak cucunya ikut
serta menanggung dosanya; padahal kitab Injil sendiri tegas menyebutkan bahwa
setiap perbuatan baik atau buruk yang dikerjakan oleh seseorang tidak dapat
dibebankan atas orang lain. Baiklah, saya teruskan pertanyaan saya pada
saudara; sejak umur berapa saudara dibaptis.
AW: Kata orang tua saya, sejak umur tiga bulan
dibawa ke gereja dan di sana dibaptis, oleh karena setiap manusia sejak
dilahirkan sudah membawa dosanya Adam dan Hawa yang disebut Dosa Waris, jadi
sejak bayipun sudah membawa dosa; oleh karenanya saya dibaptis waktu masih
kecil.
BM: Apakah perbuatan demikian itu berdasarkan
kitab Bibel
AW: Saya berkeyakinan demikian. Sebagaimana saya terangkan
bahwa bayi yang baru dilahirkan itu tidak suci, yakni sudah membawa dosanya
Adam dan Hawa.
BM: Kalau begitu, bayi yang belum dibaptis
sekiranya ia meninggal dunia (mati) tentu tidak akan masuk surga, sebab matinya
ada membawa dosanya Adam dan Hawa.
AW: Ya, mestinya demikian.
BM: Silahkan periksa Matius pasal 19 ayat 14.
AW: Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Tetapi
kata Yesus. ‘Biarkanlah kanak-kanak itu, jangan dilarangkan mereka itu datang
kepadaku, karena orang yang sama seperti inilah yang empunya kerajaan surga.”
BM: Nah, … perhatikanlah di ayat itu nyata-nyata
Yesus sendiri yang berkata ia mengakui kesuciannya kanak-kanak. Sedangkan
mereka belum mengakui kesalibannya Yesus dan juga belum dibaptiskan, tetapi
mempunyai kerajaan surga. Jadi berdasarkan pengakuan Yesus sendiri bahwa
kanak-kanak itu tidak membawa dosa waris dari Adam dan Hawa, oleh karena itulah
Yesus berkata: Mereka adalah suci dari dosa dan dengan sendirinya masuk surga.
Saya ingin bertanya lagi, Saudara waktu umur tiga bulan itu sudah membawa
dosakah atau belum.
AW: Kalau berdasarkan perkataan Yesus yang bapak
katakan tadi, tentu tidak.
BM: Jadi masih suci dari dosa walaupun tanpa
dibaptiskan.
AW: Ya betul demikian.
BM: Kalau begitu, apakah gunanya saudara dibaptis
pada waktu umur tiga bulanitu?
AW: Waktu umur tiga bulan tentu saya tidak tahu
apa-apa.
BM: Saya bertanya sekarang, bukan bertanya kepada
saudara diwaktu saudara berumur tiga bulan. Jadi apakah sekarang saudara sudah
menyadari tentang tidak adanya dosa waris.
AW: Seperti bapak terangkan tadi, berdasarkan
pengakuan Yesus sendiri tentu saya menyadarinya. Karena, Yesus sendiri yang
mengatakan bahwa anak-anak itu suci pada waktu dilahirkan.
BM: Nah, bagaimanakah sekarang, masih adakah
pandangan saudara terhadap dosa waris.
AW: Tentu saja harus menyadari berdasarkan
perkataan Yesus sendiri bahwa anak-anak yang baru dilahirkan itu suci tidak
membawa dosa sedikitpun.
BM: Tidak membawa dosa yang bagaimana?
AW: Ya, tidak membawa warisan dosa dari Adam dan
Hawa.
BM: Kalau begitu saudara telah mengakui bahwa dosa
waris itu tidak ada?
AW: Ya, demikianlah harus saya akui berdasarkan
Kitab Bibel sendiri.
BM: Syukur saudara telah mengakui tidak adanya
dosa waris, kalau dosa waris itu turun-temurun, maka anak yang baru lahir yang
belum tahu apa-apa belum bisa memisahkan antara yang baik dan buruk, kalau bayi
itu mati ia membawa dosa dan masuk neraka, dan dimanakah letaknya keadilan
Tuhan kalau demikian.
AW: Ya, saya bisa terima keterangan Bapak.
BM: Nah, coba pikirkan dengan penuh kesadaran.
Kalau ada seorang tua dari beberapa orang anak, dan orang tua itu menjadi
penipu, pencuri, penghianat, berbuat aniaya, kejam, dan bermacam-macam dosa ia
kerjakan, lalu ia dihukum masuk penjara, apakah anak-anaknya juga diharuskan
menanggung dosa orang-orang tuanya, lalu anak-anak itu harus dihukum juga masuk
penjara dengan alasan dosa waris. Apakah pengadilan semacam itu akan dikatakan
penegak keadilan.
AW: Terima kasih, saya sudah menyadari, bahwa dosa
itu tidak bisa diwariskan atau dioperkan kepada orang lain.
BM: Syukur kalau begitu.
AW: Akan tetapi kalau dosa itu tidak bisa
diwariskan mestinya pahala juga tidak diwariskan. Bagaimanakah menurut ajaran
agama Islam dalam hal itu.
BM: Tidak bisa, malah tidak boleh; baik pahala
maupun dosa dioperkan pada orang lain.
AW: Jawaban “tidak boleh” itu apakah menurut
pendapat bapak sendirikah atau menurut ajaran Islam.
BM: Menurut ajaran Islam, pahala seseorang tidak
boleh diwariskan atau dioper kepada orang lain, begitu juga dosanya seseorang
tidak boleh diwariskan kepada orang lain. Setiap orang menanggung sendiri
pahala dan dosanya atas perbuatannya sendiri.
AW: Akan tetapi saya pernah membaca sebuah buku
agama Islam yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad pernah berkorban seekor
kambing buat umatnya sekalian dan buat familinya. Ini berarti bahwa Nabi
Muhammad mewariskan atau mengoperkan pahala kepada orang lain, yakni kepada
umatnya dan familinya. Yang demikian itu bukan dosa waris, tetapi jelas pahala
waris. Jadi di dalam ajaran Islam ada juga pahala waris, maka saya kira bapak
tidak perlu urus tentang dosa-dosa waris dalam ajaran Kristen, kalau didalam
ajaran Islam terdapat ajaran pahala waris atau ajaran oper pahala.
BM: Kalau buku agama Islam yang saudara baca mau
dijadikan pokok tentang bolehnya warisan pahala, mestinya orang Islam boleh
sembahyang dan berpuasa, lalu diwariskan pahalanya buat sekalian umat Islam
yang masih hidup dan yang mati, tetapi tidak ada umat Islam yang berbuat
demikian, kalaupun ada, mungkin karena mereka tidak tahu, bahwa perbuatan yang
demikian itu, bertentangan dengan kitab sucinya Al-Qur’an. Jadi bukan kitab
sucinya yang salah, tetapi penganutnya sendiri, dan berbeda dengan kitab Bibel
yang mengandung banyak perselisihan antara satu ayat dengan yang lain. Di dalam
kitab suci Al-Qur’an, tidak terdapat ajaran pahala waris maupun dosa waris.
Akan tetapi dalam kitab Bibel (Kristen) antara satu ayat dengan ayat yang lain
bersimpang siur.
AW: Saya pernah membaca kitab terjemahan Al-Qur’an
bahasa Indonesia, kalau tidak keliru di dalam surat Ath Thurr ayat 21 ada
menyebutkan yang maksudnya bahwa anak-anak orang mukmin akan dimasukkan surga
lantaran ibu bapaknya. Jadi lantaran amalan ibu bapaknya anak-anak itu masuk
surga. Kalau yang demikian itu bukan pahala waris, lalu apakah namanya.
BM: Ayat Al-Qur’an yang saudara maksudkan itu
bunyinya akan saya bacakan sebagai berikut: Yang artinya: “Dan mereka yang
beriman dan diikuti oleh anak-anak cucunya (keturunannya) dengan keimanan pula.
Kami (Allah) kumpulkan anak cucu itu dengan mereka dan tiadalah kami kurangi
pahala amalan mereka sedikit juapun.” (Surat Ath Thurr ayat 21). Di ayat ini
jelas menyebutkan tidak adanya pahala waris, malah tanggungan pun mengenai
pahala warispun tidak ada. Yang masuk surga bersama Ibu bapaknya itu adalah
anak-anak yang belum baligh, karena yang sudah baligh tentu bertanggung jawab
sendiri. Oleh karenanya dalam ayat tersebut ada sambungannya. Yang artinya:
“Setiap orang bertanggung jawab (terikat) oleh amalannya sendiri-sendiri
(masing-masing).” Jadi setiap orang menanggung dosa dan pahala atas
perbuatannya masing-masing bukan warisan dari orang lain.
AW: Apakah di dalam Kitab Al-Qur’an ada yang lebih
tegas menyebutkan bahwa dosa dan pahala itu tidak dapat diwariskan atau
dihadiahkan pada orang lain.
BM: Ada, cukup banyak.
AW: Maafkan, kami ingin mengetahui di surat apa,
dan di ayat berapa, kami akan cocokkan dirumah, karena kami ada mempunyai kitab
terjemahan Al-Qur’an Bahasa Indonesia. Mungkin juga saudara-saudara yang hadir
di sini juga memerlukan juga.
HADIRIN: Perlu diterangkan,
karena memang penting diterangkan.
BM: Apakah tidak sebaiknya kita bersama-sama
memeriksa di sini saja, kalau saudara menyetujui saya suruh ambilkan Al-Qur’an
lalu saya tunjukkan surat dan ayatnya sekali. Bagaimana, apakah sekarang juga.
AW: Kalau Bapak hafal lebih baik sebutkan sekarang
saja ayat-ayatnya, akan kami catat: lalu akan kami cocokkan dirumah dengan
Al-Qur’an kami. Tapi kalau bapak tidak hafal kami minta besok malam untuk
menghemat waktu.
BM: Insya Allah saya hafal ayat-ayatnya.
AW: Baik, silahkan bapak sebutkan, kami akan
catat.
BM: Saya akan sebutkan nama-nama surat dan nomor
ayatnya, lalu saya akan beri keterangan dan saudara catat nama Surat dan nomor
ayatnya yang sebut, lalu cocokkan lagi dirumah.
AW: baik, kami setuju.
BM: 1. Surat Al Baqarah, ayat 286: “Kepada dirinya
apa yang ia kerjakan, dan atas dirinya apa yang dia lakukan.” Maksudnya, baik
dan buruknya suatu perbuatan, harus ditanggung sendiri oleh yang
mengerjakannya, tidak boleh dibebankan atas orang lain.
2. Surat Al Baqarah,
ayat 123: “Dan Hendaknya kamu takut pada suatu hari (kiamat) tidak berkuasa
seorang membebaskan sesuatu atas orang lain.” Maksudnya, kelak dihari kiamat,
seseorang tidak berkuasa menebus dosanya orang lain, dan pahala tidak
diperbolehkan atas orang lain. Masing-masing harus menanggung sendiri
perbuatannya baik maupun jahat.
3. Surat Al Ankabut,
ayat 6: “Siapa yang giat berusaha maka usahanya itu untuk dirinya sendiri.”
4. Surat Yaasiin, ayat
54: “Maka pada hari kiamat, tidak seorangpun akan teraniaya, dan kamu tidak
akan dibalas, melainkan apa yang kamu sendiri telah kerjakan.”
5. Surat Al Isra’, ayat
15: “Dan seseorang tidak berkuasa memikul dosanya orang lain.”
6. Surat An Najm, ayat
38 dan 39: “Bahwa seseorang tidak berkuasa menanggung dosanya orang lain dan
sesungguhnya seorangpun tidak akan menerima pahala melainkan daripada
perbuatannya sendiri.”
7. Surat Luqman, ayat
33: “Hai Manusia hendaklah kamu takut kepada suatu hari (kiamat) seorang bapak
tidak berkuasa membebaskan anaknya (dari perbuatan anaknya), seorang anak tak
akan berkuasa membebaskan perbuatan bapaknya.”
Ayat-ayat yang saya
sebutkan di atas tadi jelas sekali menunjukkan bahwa seseorang tidak berkuasa
menebus dosanya atau mengambil oper pahala orang lain. Jadi dalam Islam, tidak
ada manusia yang berkuasa menebus dosa, atau seorang pejabat menebus dosa,
perbuatan baik atau jahat harus ditanggung sendiri oleh yang mengerjakannya.
Saya kira sudah cukup ayat-ayat yang saya sebutkan, tetapi kalau saudara masih
memerlukan, saya akan sebutkan lagi ayat-ayat yang lain.
AW: Sudah cukup, dan kami sudah mengerti, akan
tetapi kami pernah membaca sebuah kitab yang menyebutkan sebuah Hadist Nabi
Muhammad, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang menerangkan bahwa:
“Mayit itu disiksa lantaran ditangisi oleh familinya.” Berdasarkan Hadist
tersebut berarti bahwa siksaan atas mayit itu, disebabkan perbuatan orang lain,
bukan dari perbuatan dirinya sendiri. Mayit itu disiksa lantaran “perbuatan”
tangisnya orang lain. Kami telah tanyakan kepada beberapa orang yang kami
pandang mengerti tentang agama Islam, dan salah seorang guru agama Islam
mengenal susunan Hadist tersebut memberikan jawaban bahwa hadist itu benar
(sahih), oleh karena yang meriwayatkan adalah Imam Bukhari dan Imam Muslim.
BM: Hadist Nabi yang saudara bawakan itu
susunannya demikian: “Telah berkata Umar dan Ibnu Umar: Bersabda Nabi Muhammad
SAW. sesungguhnya mayit itu disiksa lantaran ditangisi oleh keluarganya
(riwayat Bukhari dan Muslim).” Akan tetapi hakekatnya Hadist itu Tidak Sahih,
oleh karena berlawanan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun oleh karena saudara
yang beragama Kristen, mungkin belum mengetahui tentang Hadist-hadist Sahih dan
Hadist-hadist Palsu, maka agar saudara yang hadir dipertemuan ini dapat
mengikuti juga, merasa perlu saya terangkan bahwa menurut kitab-kitab Ushul
Fiqih dan kitab Musthalahul Hadist, yang disebut Hadist Nabi, bukan saja mesti
sah riwayatnya malah mesti beres susunannya dan arti dari pada hadist itu HARUS
tidak berlawanan dengan kitab Al-Qur’an. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim jelas
diterangkan demikian. Maksud Hadist tersebut, tatkala hadist yang menerangkan
bahwa mayit itu disiksa lantaran ditangisi oleh familinya, di dengar oleh Siti
Aisyah (Istri Nabi), maka Siti Aisyah menolak kebenaran Hadist tersebut. Aisyah
berkata: “Cukuplah buat kamu Ayat Al-Qur’an; Dan tidak berkuasa seseorang
menanggung dosa orang lain.
AW: Nah, kalau begitu Pak Kyai, sekarang kami
telah mengerti bahwa berdasarkan Kitab Bibel sendiri dan Kitab Al-Qur’an pada
hakekatnya dosa waris dan pahala waris itu tidak ada. Yakni setiap manusia
menanggung sendiri dosanya, dan pahalanya menurut perbuatannya masing-masing.
Ini adil namanya.
BM: Ya, seharusnya begitu; sebagaimana tersebut
dalam kitab Bibel dan Al-Qur’an yang telah kita baca tadi. Akan tetapi supaya
lebih jelas dan tambah meyakinkan saudara, silahkan saudara periksa di Injil:
“Surat kiriman Rasul Paulus kepada orang Rum Pasal 2 ayat 5 dan 6.
AW: Baik, surat dan ayat ini menyebutkan sebagai
berikut: “Tetapi menurut degilmu dan hati yang tiada mau bertobat, engkau
menghimpunkan kemurkaan keatas dirimu untuk hari murka dan kenyataan hukum
Allah yang adil.” “Yang akan membalas ke atas tiap-tiap orang menurut perbuatan
masing-masing.”
BM: Apakah di ayat ini Bibel menerangkan Dosa
Waris.
AW: Tidak, malah sebaliknya setiap orang akan
dibalas menurut amalnya masing-masing.
BM: Periksa lagi Matius pasal 16 ayat 27.
AW: Ayat ini menerangkan/menyebutkan: “Karena anak
manusia akan datang dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan segala malaikatnya;
pada masa itu Ia akan membalas kepada tiap orang menurut perbuatannya.”
BM: Apakah di ayat ini Bibel menerangkan Dosa
Waris?
AW: Tidak ada, menurut ayat ini perbuatan dosa dan
perbuatan baik akan ditanggung sendiri, tidak boleh dibebankan atau diwariskan
pada orang lain.
BM: Jadi di Kitab Injil sendiri yang menyebutkan
tidak adanya dosa waris.
AW: Ya, dari mana asalnya ada sebutan dosa waris
itu.
BM: Apakah saudara masih memerlukan penjelasan
lebih lanjut?
AW: Sudah sangat jelas sekali.
BM: Kalau begitu baiklah kita lanjutkan. Di ayat
saudara bacakan tadi ada sebutan “Anak manusia … Bapanya.” Silahkan saudara
bacakan sekali lagi.
AW: Baik, awal ayat tersebut menyebutkan: “Karena
Anak Manusia akan datang dengan kemuliaan Bapanya…”
BM: Bagaimana menurut pengertian saudara yang
dimaksudkan dengan “Anak Manusia dan Bapanya.”
AW: Anak manusia itu tentulah Yesus, sedang Bapa
ialah Tuhan.
BM: Periksa lagi: “Surat kiriman yang kedua kepada
orang Kristen ” pasal 5 ayat 10.
AW: Baik ayat ini menyebutkan: “Karena tak dapat
tiada kita sekalian akan jadi nyata dihadapan kursi pengadilan Kristus, supaya
tiap-tiap orang menerima balasan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh tubuh
itu, baik atau jahat.”
BM: Ayat Injil sendiri yang menyebutkan, bahwa
setiap orang harus bertanggung-jawab atas perbuatannya masing-masing, baik
maupun jelek, tidak boleh dibebankan atau diwariskan kepada orang lain.
AW: Berdasarkan ayat-ayat Bibel yang bapak
tunjukkan bahwa perbuatan baik atau jelek seseorang tidak dapat diwariskan
kepada orang lain. Oleh karenanya, kepercayaan saya kepada dosa waris itu mulai
luntur.
BM: Kalau begitu lantas bagaimana dosanya Adam dan
Hawa, apakah dapat diwariskan kepada orang lain, tegasnya kepada anak cucunya.
AW: Berdasarkan ayat Bibel tersebut di atas tentu
tidak. Jadi dosa yang dilakukan oleh Adam dan Hawa, seharusnya ditanggung
sendiri oleh keduanya, tidak bisa diwariskan kepada anak cucunya.
BM: Dalam sejarah Agama Kristen kita kenal yang
disebut: “biechten,” ialah orang yang berbuat dosa, dan “de biechtafleggen,”
ialah orang yang meminta ampun atas kesalahannya, dan “Biecht-vader,” ialah
orang-orang yang diberi wewenang memberi ampun. Setiap orang merasa menyesal
atas kesalahannya dapat menerima ampunan dengan jalan membeli selembar surat
yang menyebutkan bahwa orang yang berdosa sudah diberi ampun atas dosanya.
Surat ampunan itu disebut “Aflaat-brieven” atau Indul gences, yang artinya
kemurahan Tuhan.
AW: Ya, saya menyadari soal itu, keterangan bapak
memuaskan saya.
BM: Bukan hanya demikian, akan tetapi
Aflaat-brieven itu pada zaman dulu dipropaganda (gepredicht) di Negara Jerman
oleh seorang rabib (nonnik) bernama “Tetzel” dalam tahun 1517 atas perintah
Paus Leo, yang menjadi Paus pada tahun 1513-1521. Sebahagian dari pada hasil
penjualan Aflaat-brieven itu digunakan untuk pendirian bangunan gereja “Saint
Pieter Kerk” di kota Roma. Terlalu panjang kalau saya uraikan sejarah
pemerintahan gereja di Eropa pada permulaan abad pertengahan.
AW: Terima kasih, kita lanjutkan saja soal yang
lain, sekarang sudah larut malam, lain kali kami akan datang lagi.
Malam Ke Enam
‘KITAB AL-QUR’AN DAN KITAB BIBEL’
BM: Pembicaraan kita yang
berkenaan dengan dosa waris, saya rasa telah cukup.
AW: Sudah cukup jelas uraian bapak pada pertemuan
yang terdahulu. Dan saya telah mencocokkan ayat-ayat Al-Qur’an yang disebutkan
bapak kemarin malam lalu dengan kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia
kepunyaan saya, semuanya cocok baik tentang surat-suratnya maupun ayat-ayatnya.
Semua yang Bapak sebutkan cocok dan tepat serta kami pikir-pikir di rumah
tentang ayat Bibel dan Al-Qur’an yang bapak tunjukkan ayat-ayatnya ternyata
dosa waris dan oper pahala dan oper dosa itu tidak mungkin ada malah tidak
masuk di akal.
BM: Syukur kalau saudara telah mengakuinya,
sekarang kita bicarakan soal-soal lainnya, dan saya serahkan kepada saudara
saja mengenai acaranya. Terserah saudara soal yang akan diajukan.
AW: Baiklah kami mulai; kami pernah membaca
ayat-ayat Al-Qur’an yang tampaknya pada kami ada juga perselisihan antara satu
ayat dengan ayat lainnya, sehinga menimbulkan keragu-raguan; apakah mungkin
Nabi Muhammad sendiri yang keliru menyampaikan wahyu dari Allah. Kalau betul
beliau seorang Nabi, tentu tidak mungkin beliau salah menerimanya atau
menyampaikannya, ataukah memang ayat-ayat Al-Qur’an nya yang berselisihan.
BM: Baiklah saudara terangkan saja ayat-ayat
Al-Qur’an yang saudara maksudkan itu.
AW: Kami telah membaca ayat-ayat Al-Qur’an
mengenai asal kejadian manusia dalam kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa
Indonesia, dalam sebuah surat yang nampaknya antara satu ayat dengan ayat yang
lain ada berselisihan sehingga timbul dalam pikiran saya bukan Bibel saja yang
berselisih ayat-ayatnya, tetapi kitab Al-Qur’an demikian juga.
BM: Silahkan saudara sebutkan ayat-ayat Al-Qur’an
yang akan ditanyakan, Insya Allah yang diragukan oleh saudara itu akan
terhapus.
AW: Baiklah, Saya mencatat ayat-ayatnya, saya akan
baca. Dikitab Al-Qur’an:
1. Surat Ar-Rahman ayat
14 menyebutkan bahwa Allah menjadikan manusia berasal dari tanah yang dibakar.
2. Di surat Al Hijr ayat
28 menyebutkan: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat;
sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah
kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa).”
3. Disurat As Sajadah
ayat 7 menyebutkan: “dan Tuhan menciptakan manusia dari Tanah.”
4. Di Surat Ash Shafaat
ayat 11 menyebutkan: “Sesungguhnya Aku (Allah) menciptakan manusia berasal dari
tanah liat.”
5. Disurat Ali Imran
ayat 59 menyebutkan: “Sesungguhnya Aku menciptakan manusia daripada tanah.”
Lima ayat yang saya
sebutkan ini antara satu dengan ayat yang lain terdapat perselisihan. Cobalah
kita teliti. Di ayat ketiga menyebutkan dari “tanah,”di ayat ke empat
menyebutkan daripada “tanah liat.” Di ayat kelima menyebutkan dari pada
“tanah.” Bukankah ayat-ayat Al-Qur’an nyata-nyata berselisihan antara yang satu
dengan yang lain.
BM: Ya, nampaknya memang demikian. Saya tidak akan
mengecewakan saudara. Teruskan pertanyaan saudara.
AW: Kami ingin bertanya; yang manakah yang benar
tentang asal kejadian manusia itu. Apakah dari tanah yang dibakar, apakah dari
tanah kering dan lumpur, atau dari pada tanah biasa, atau dari tanah liatkah?.
Jadi menurut pendapat saya, ayat-ayat Al-Qur’an terdapat perselisihan antara
satu ayat dengan ayat yang lain. Bukan ayat-ayat Injil atau di Bibel saja
terdapat perselisihan. Kiranya Bapak bisa menerangkan dengan jelas dan tepat.
BM: Di kitab Al-Qur’an ada menyebutkan bahwa asal
kejadian manusia terdiri dari 7 (tujuh) macam kejadian. Agar diketahui juga
oleh saudara-saudara yang hadir disini, saya sebutkan susunan ayat-ayatnya satu
demi satu, sebagaimana yang saudara bacakan artinya tadi.
1. Di Surat Ar Rahman
ayat 14: “Dia (Allah) menjadikan manusia seperti tembikar, (tanah yang
dibakar).” Yang dimaksudkan dengan kata “Shal-shal” di ayat ini ialah: Tanah
kering atau setengah kering yakni “Zat pembakar” atau Oksigen.
2. Di ayat itu
disebutkan juga kata “Fakhkhar,” yang maksudnya ialah “Zat Arang” atau
Carbonium.
3. Di surat Al Hijr,
ayat 28: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat; sesungguhnya
Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan
lumpur hitam yang berbentuk (berupa).” . Di ayat ini. Tersebut juga
“shal-shal,” telah saya terangkan, sedangkan kata “Hamaa-in” di ayat tersebut
ialah “Zat Lemas” atau Nitrogenium.
4. Di surat As Sajadah
ayat 7: “Dan (Allah) membuat manusia berasal dari pada ‘tanah’.” Yang dimaksud
dengan kata “thien” (tanah) di ayat ini ialah “Atom zat air” atau Hidrogenium.
5. Di Surat Ash Shaffaat
ayat 11: “Sesungguhnya Aku (Allah) menjadikan manusia dari pada Tanah Liat.”
Yang dimaksud dengan kata “lazib” (tanah liat) di ayat ini ialah “Zat besi”
atau ferrum.
6. Di Surat Ali Imran
ayat 59: “Dia (Allah) menjadikan Adam dari tanah kemudian Allah berfirman
kepadanya ‘jadilah engkau,’ lalu berbentuk manusia.” Yang dimaksud dengan kata
“turab” (tanah) di ayat ini ialah: “Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam
tanah” yang dinamai “zat-zat anorganis.”
7. Di surat Al Hijr ayat
28: “Maka setelah Aku (Allah) sempurnakan (bentuknya), lalu Kutiupkan ruh-Ku
kepadanya (Ruh daripada-Ku).”
Ketujuh ayat Al-Qur’an
yang saya baca ini Allah telah menunjukkan tentang proses kejadiannya Nabi Adam
sehingga berbentuk manusia, lalu ditiupkan ruh kepadanya sehingga manusia
bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani). Sebagaimana disebutkan pada ayat yang
keenam tentang kata “turab” (tanah) ialah zat-zat asli yang terdapat didalam
tanah yang dinamai zat anorganis. Zat Anorganis ini baru terjadi setelah
melalui proses persenyawaan antara “Fakhkhar” yakni Carbonium (zat arang)
dengan “shal-shal” yakni Oksigenium (zat pembakar) dan “hamaa-in” yaitu
Nitrogenium (zat lemas) dan Thien yakni Hidrogenium (Zat air). Jelasnya adalah
persenyawaan antara: Fachchar (Carbonium = zat arang) dalam surat Ar Rahman
ayat 14. Shalshal (Oksigenium = zat pembakar) juga dalam surat Ar Rahman ayat
14. Hamaa-in (Nitrogenium = zat lemas) dalam surat Al Hijr ayat 28. Thien
(Hidrogenium = Zat Air) dalam surat As Sajadah, ayat 7. Kemudian bersenyawa
dengan zat besi (Ferrum), Yodium, Kalium, Silcum dan Mangaan, yang disebut
“laazib” (zat-zat anorganis) dalam surat As Shafaat ayat 11. Dalam proses
persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah zat yang dinamai protein. Inilah yang
disebut “Turab” (zat-zat anorganis) dalam surat Ali Imran ayat 59. Salah satu
diantara zat-zat anorganis yang terpandang penting ialah “Zat Kalium,” yang
banyak terdapat dalam jaringan tubuh, teristimewa di dalam otot-otot. Zat
Kalium ini dipandang terpenting oleh karena mempunyai aktivitas dalam proses
hayati, yakni dalam pembentukan badan halus. Dengan berlangsungnya
“Proteinisasi,” menjelmakan “proses penggantian” yang disebut “Substitusi.”
Setelah selesai mengalami substitusi, lalu menggempurlah electron-electron
cosmic yang mewujudkan sebab pembentukan (Formasi), dinamai juga “sebab ujud”
atau Causa Formatis. Adapun Sinar Cosmic itu ialah suatu sinar mempunyai
kemampuan untuk merubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Maka dengan
mudah sinar cosmic dapat mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) berupa
badan kasar (jasmaniah), yang terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung
telinga dan seterusnya. Sampai disinilah ilmu pengetahuan exact dapat
menganalisa tentang pembentukan tubuh kasar (jasmaniah, jasmani manusia/Adam).
Sedangkan tentang rohani (abstract wetenschap) tentu dibutuhkan ilmu
pengetahuan yang serba rohaniah pula, yang sangat erat hubungannya dengan ilmu
Metafisika. Cukup jelas tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang saudara sangka
berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam hal kejadian manusia
(Adam), pada hakikatnya bukanlah berselisih, melainkan menunjukkan proses asal
kejadian tubuh jasmani Adam (visible), hingga pada badan halusnya (invisible),
sampai berujud manusia. Apakah belum jelas penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang
saya sampaikan pada saudara? Kalau ada waktu saya akan terangkan juga proses
asal kejadian tubuh rohani dari segi ilmu metafisika.
AW: Sangat jelas, malah betul-betul ilmiah dan
saya tidak mengira sekali bahwa ayat-ayat Al-Qur’an itu mengandung ilmu
pengetahuan yang tinggi. Mengenai kesanggupan bapak yang akan menerangkan atau
menguraikan proses asal kejadian tubuh rohani manusia itu, betul-betul menarik.
Tetapi saya mohon diberi waktu yang khusus.
BM: Baiklah sekarang kita lanjutkan: Tentunya
saudara pernah membaca biografi Nabi Muhammad. Beliau tidak tahu tulis baca,
tidak pernah belajar ilmu kepada siapapun, tidak pernah berguru dan belum
pernah sama sekali bergaul dengan orang pandai.
AW: Ya, saya pernah membaca biografi Nabi
Muhammad. Nah, kalau Nabi Muhammad seorang yang buta huruf, tidak pernah
belajar ilmu, maka dari siapakah atau dari manakah beliau mengetahui tentang
kejadian manusia secara ilmiah yang pada zaman ini dibenarkan oleh ilmu
pengetahuan. Nabi Muhammad SAW menerangkan tentang asal kejadian manusia dari
segi ilmu urai (Anatomi), Ilmu Kimia, Ilmu hayat (biologi), dan dari segi ilmu
alam sampai kepada rohaniahnya.
BM: Maka dari manakah beliau belajar ilmu urai,
kepada siapakah beliau belajar ilmu kimia, ilmu hayat, ilmu alam dan soal-soal
kerohanian, kalau bukan wahyu dari tuhan Allah SWT. Dan tidak mungkin beliau
menerima wahyu dari Allah sekiranya beliau bukan seorang Nabi dan Rasul.
AW: Tetapi ada juga orang yang tidak pernah
belajar dan bersekolah, buta huruf, tetapi menjadi orang-orang besar.
BM: Coba saudara sebutkan nama-nama orang yang
tidak pernah belajar (buta huruf), lalu mengaku jadi Nabi dan menerima wahyu,
dan berhasil membentuk suatu masyarakat dan negara yang mengagumkan para ahli
sejarah dan mempunyai pengikut beratus juta manusia setiap masa dan zaman.
Sebutkan nama orang yang saudara maksudkan itu.
AW: Ya, tidak ada.
BM: Memang tidak ada, baiklah saya tanyakan, kalau
saudara berpegang dengan keterangan saudara bahwa Nabi Muhammad itu bukan Nabi
dan Rasul, karena ada juga orang yang buta huruf menjadi orang besar, maka
kalau Yesus itu anak Tuhan, karena dapat menyembuhkan penyakit kusta,
menghidupkan orang mati, dilahirkan tanpa Ayah dan dipenuhi juga dengan ruhul
kudus, maka selain Yesus terdapat juga orang lahir tanpa Bapak, dapat
menyembuhkan penyakit kusta, menghidupkan orang mati sebagaimana tersebut dalam
kitab Injil. Kisah Rasul pasal 6 ayat 5, pasal 5 ayat 31; Kitab Raja-raja kedua
pasal 13 ayat 21; Matius pasal 5 ayat 9; Kitab Raja-raja kedua pasal 5 ayat 10
mengapa mereka itu tidak Tuhan juga, mengapa kepada Nabi Muhammad saudara
berkeberatan untuk mengakui beliau sebagai seorang Nabi dan Rasul, sedangkan
kepada Yesus saudara tidak Berkeberatan mengakuinya sebagai Tuhan, padahal
kewajiban-kewajiban yang dilakukan oleh Yesus, orang lain dapat juga
melakukannya.
AW: Baiklah kalau begitu.
BM: Baik yang bagaimana yang saudara maksudkan.
AW: Keterangan-keterangan bapak adalah baik dan
memuaskan saya dan saya diberi waktu untuk menentukan keputusan saya sampai
besok malam atau malam pertemuan berikutnya.
BM: Baiklah saya serahkan sepenuhnya atas
pertimbangan saudara, Kami tidak berhak memaksa saudara, atau mempengaruhi saudara.
Kita hanya bermusyawarah dan bersoal jawab tentang hasilnya terserah atas
pertimbangan masing-masing.
AW: Baiklah kita lanjutkan Besok Malam.
Malam Ketujuh
‘MENGAKUI NABI MUHAMMAD SAW UTUSAN
ALLAH’
BM: Sesudah saya terangkan pada saudara tentang
ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang proses asal kejadian manusia yang
saudara tanyakan ayat-ayatnya kemarin malam itu, apakah terdapat pertentangan?
Apakah Nabi Muhammad ada kekeliruan menyampaikan sebagaimana saudara sangka
semula?
AW: Tidak ada, Bapak telah menerangkan dari segi
Ilmiah yang seharusnya secara jujur saya mempercayainya.
BM: Jadi Nabi Muhammad Benar, tidak kelirukah
penyampaiannya.
AW: Tidak keliru, malah benar.
BM: Jadi saudara mengakui bahwa Nabi Muhammad
benar sebagai Rasul Allah.
AW: Saya mengakui, karena beliau benar.
BM: Terima kasih, Saudara-saudara yang hadir
menyaksikan sendiri pengakuan saudara Antonius sendiri atas ke Rasulannya Nabi
Muhammad SAW, tanpa paksaan, melainkan dengan kesadarannya sendiri setelah
berlangsung dengan diskusi. Betulkah saudara mengakui kerasulannya Nabi
Muhammad dan mengakui Nabi Muhammad itu utusan Allah.
AW: Betul, dengan saksi Tuhan saya mengakuinya.
BM: Alhamdulillah, saudara Antonius sudah 50%
Islam. Saya katakan 50% Islam oleh karena hanya mengerti dan mempercayai atas
kerasulan Nabi Muhammad, jadi masih tinggal 50% lagi, oleh karena Saudara belum
meyakinkan atas ke Esaan Tuhan yang Maha Tunggal.
AW: Ya, betul begitu. Keyakinan saya terhadap
Trinitas (Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Ruhul Kudus) masih belum lenyap sama
sekali, walaupun Bapak telah menerangkan Kitab Bibel yang tak dapat saya
membantahnya. Akan tetapi dengan keterangan-keterangan bapak saya mulai
ragu-ragu terhadap Trinitas itu. Sungguhpun begitu, apakah bapak masih bersedia
lagi memberikan keterangan-keterangan (alasan-alasan) dalam kitab Bibel yang
menyebutkan bahwa Yesus itu bukan Tuhan.
BM: Sebetulnya pada pertemuan kita yang pertama
telah saya sebutkan berdasarkan kitab Injil sendiri bahwa Yesus bukan Tuhan
seperti telah Saudara Periksa sendiri dalam Matius pasal 1 ayat 16; Markus
pasal 13 ayat 32; Ulangan pasal 4 ayat 33; Ulangan pasal 6 ayat 4; Markus pasal
12 ayat 29. Kesemuanya itu telah kita baca. Tetapi demi untuk memenuhi
pengharapan saudara agar lebih meyakinkan, saya lanjutkan lagi. Silahkan baca
Lukas pasal 4 ayat 1 dan 2.
AW: Baik, di sini disebutkan: “Maka Yesuspun
penuhlah dengan Rohul Kudus, balik dari Yarden, lalu Roh itu membawa Dia ke
padang belantara. Empat puluh hari lamanya dicobai Iblis. Selama itu suatu
apapun tiada dimakannya. Setelah genap hari itu ia merasa lapar.”
BM: 1. Di ayat ini menyebutkan bahwa Rohul Kudus
membawa Yesus ke padang belantara. Kalau Yesus itu tuhan, mustahil akan dapat
dibawa oleh siapapun juga.
2. Di ayat ini
menyebutkan bahwa Yesus dicobai oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dicobai oleh Iblis
atau wajarkah Iblis berani mencobai Tuhan.
3. Di ayat inipun ada
menyebutkan bahwa Yesus merasa lapar. Wajarkah Tuhan itu lapar?
Kalau begitu sifat-sifat
Yesus itu sama saja dengan sifat manusia biasa; bisa dibawa, bisa dicobai iblis
dan merasa lapar. Periksa lagi Matius pasal 4 ayat 5.
AW: Baik, di situ menyebutkan: “Kemudian dari pada
itu Iblis itupun membawa Yesus ke negeri suci, lalu ditaruhnya Dia di atas
bumbung bait Allah.”
BM: Di ayat ini ada menyebutkan bahwa Yesus dibawa
oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dibawa oleh Iblis. Wajarkah Tuhan tunduk kepada
kemauan Iblis sehingga dibawa kemana-mana, kesuatu tempat. pantaskah Iblis
begitu berani kepada Tuhan. Periksa lagi Matius pasal 27 ayat 1 dan 2.
AW: Baik, di situ menyebutkan: “Setelah hari
siang, maka segala kepala Imam dan orang tua-tua kaum pun berundinglah atas hal
Yesus supaya dibunuhkan Dia. Maka diikatnya Dia serta dibawa pergi, lalu
diserahkan kepada Pilatus, yaitu wakil pemerintah.”
BM: Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus diikat;
pantaskah Tuhan dapat diikat oleh manusia. Kalau begitu dimanakah kekuatan
Tuhan, sehingga dengan rela menyerahkan dirinya kepada manusia? Periksa lagi
Lukas pasal 2 ayat 21.
AW: Baik, di situ menyebutkan: “Apabila genap
delapan hari, Ia bersunat, lalu disebut namanya Yesus.”
BM: Wajarkah Tuhan itu disunat? Perlu apakah Tuhan
itu disunat?
AW: Apakah ada keterangan yang lebih tegas bahwa
Yesus itu benar-benar anak manusia bukan anak Tuhan?.
BM: Silahkan buka Matius pasal 26 ayat 2.
AW: Baik, disitu menyebutkan bahwa: “Anak manusia
akan diserahkan supayadisalibkan.”
BM: Yang dimaksud anak manusia di situ Yesus. Jadi
jelaslah bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan, melainkan anak manusia. Silahkan
periksa di Matius pasal 5 ayat 45.
AW: Baik, di situ menyebutkan bahwa: Supaya kamu
menjadi anak Bapamu: … dan seterusnya.
BM: Di sini menyebutkan bahwa orang-orang yang
taat kepada Tuhan, menurut Yesus akan menjadi anak Tuhan. Jadi bukan saya yang
mengatakan bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan yang Tunggal, melainkan anak-anak
tuhan itu akan bertambah lagi jumlahnya, berdasarkan kitab Bibel sendiri di
Matius pasal 5 ayat 45 yang kita baca tadi ialah: “Supaya kamu menjadi
anak-anak Bapamu…” Silahkan buka Matius pasal 7 ayat 21.
AW: Disitu menyebutkan: “Bukannya tiap-tiap orang
yang menyeru aku Tuhan, Tuhan, akan masuk ke dalam kerajaan sorga, hanyalah
orang-orang yang melakukan kehendak Bapaku yang di sorga.”
BM: Di Bibel sendiri jelas, bahwa Yesus menyangkal
malah menolak kepada orang yang menyerukan: “Tuhan, Tuhan” kepadanya, malah
orang itu tidak dapat masuk ke dalam kerajaan sorga. Apakah belum cukup
bukti-bukti yang telah saya tunjukkan kepada saudara.
AW: Sudah Cukup. Terima kasih; tetapi kalau masih
ada, saya minta, demi kepuasan saya
BM: Minta yang mana lagi yang saudara maksudkan.
AW: Yang menyebutkan di kitab Injil bahwa Yesus
anak manusia “bukan anak Tuhan.”
BM: Baik, akan saya penuhi harapan saudara,
silahkan saudara periksa di Matius pasal 16 ayat 27.
AW: Di pasal dan ayat ini ada menyebutkan: “Karena
anak manusia datang dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan malaikatnya; pada
masa itu Ia akan membalas kepada tiap-tiap orang menurut perbuatannya.”
BM: Di ayat ini ada menyebutkan anak manusia,
menurut tafsiran saudara, siapakah yang dimaksudkan dengan anak manusia di ayat
ini.
AW: Ya, tentu Yesus.
BM: Jadi di kitab Injil sendiri ada menyebutkan
bahwa Yesus itu adalah “anak manusia”; bukan anak Tuhan, betulkah atau tidak.
AW: Ya, betul.
BM: Nah, kalau betul, mengapa saudara menyebutkan
Yesus anak Tuhan?
AW: Yesus itu Tuhan tapi diserupakan dengan
manusia.
BM: Kalau Yesus itu Tuhan, mengapa diperanakkan
oleh manusia (Maria). Yesus berupa manusia karena diperanakkan oleh manusia
(Maria). Terlalu janggal kalau manusia (Maria) memperanakkan Tuhan. Bisakah
ilmu pengetahuan lahir maupun ilmu pengetahuan bathin (Kerohanian) menerima
bahwa ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia? Bisakah ilmu pengetahuan exact
maupun yang abstract (Exact abstract Wetenschap) menerimanya?
AW: Ya, memang mustahil ada Tuhan yang
diperanakkan oleh manusia.
BM: Bukan itu saja, malah di kitab Injil saudara
Yesus sendiri yang berkata bahwa ia bukan anak Tuhan, melainkan Utusan Tuhan.
Sebagaimana telah saya tunjukkan ayatnya pada pertemuan kita yang lalu.
AW: Betul, telah bapak sebutkan. Tetapi saya minta
di ulangi lagi ayatnya, oleh karena saya agak lupa susunannya.
BM: Silahkan periksa di Yahya pasal 5 ayat 30.
AW: Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Suatupun
tiada aku dapat berbuat menurut kehendak sendiri, melainkan aku menjalankan
hukum sebagaimana aku dengar, dan hukuman itu adil adanya; karenanya bukannya
aku mencari kehendak diriku, melainkan kehendak Dia yang menyuruhkan aku.”
BM: Ayat ini tegas sekali, jelas menunjukkan bahwa
Yesus sendiri mengaku bahwa ia bukan Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan. Di ayat
ini Yesus memberitahukan bahwa ia tidak berbuat menurut kehendak Tuhan, maka
wajarkah Tuhan tidak dapat berbuat sekehendaknya, dan pantaskah ada Tuhan
disuruh (diutus) menjadi utusan.
AW: Ya, saya mengaku; Yesus sendiri mengaku bukan
anak Tuhan.
BM: Demi kepuasan saudara silahkan periksa lagi di
Yahya pasal 3 ayat 13.
AW: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan:
“Seorangpun tidak naik ke surga, kecuali Ia yang sudah turun dari surga, yaitu
anak manusia.”
BM: Berdasarkan ayat-ayat Bibel yang saya
tunjukkan dan saudara sendiri yang memeriksa dan membacanya itu, maka sekali
lagi saya bertanya: “Anak manusiakah Yesus itu atau anak tuhan?.
AW: Ya, berdasarkan ayat-ayat tersebut saya
berkata: “Yesus adalah anak manusia.”
BM: Di ayat yang saudara baca tapi, Matius pasal
16 ayat 27, selain menyebutkan bahwa Yesus itu anak manusia, juga menyebutkan
bahwa akan membalas tiap-tiap orang menurut perbuatannya. Betulkah begitu?
silahkan periksa kembali.
AW: Ya, betul di ayat itu ada menyebutkan.
BM: Menurut susunan ayat tersebut, jelas: “Menolak
adanya dosa waris,” berdasarkan ayat tersebut setiap orang akan dibalas menurut
perbuatannya masing-masing, jadi tidak ada penebus dosa.
AW: Ya, tentang dosa waris telah selesai kita
bicarakan dan memang saya telah mengakui “tidak ada dosa waris.”
BM: Betul, sudah kita bicarakan, saya hanya
menambah saja, untuk lebih menguatkan lagi keterangan yang lalu.
AW: Sudah cukup jelas keterangan Bapak.
BM: Jelas bagaimana?
AW: Berdasarkan ayat-ayat Injil sendiri bahwa
Yesus itu bukan anak Tuhan melainkan anak manusia. Dan berdasarkan kitab Injil
menyebutkan bahwa Yesus sendiri mengakui ia bukan anak Tuhan, melainkan
“pesuruh (Utusan) Tuhan”
BM: Syukurlah kalau begitu. Jadi bagaimanakah
kepercayaan saudara sekarang terhadap “Trinitas” (Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan
Ruhul Kudus).
AW: Dengan sendirinya kepercayaan saya terhadap
Trinitas terhapus.
BM: Alhamdulillah, jadi saudara mengakui bahwa
Tuhan itu TUNGGAL.
AW: Sebelum itu saya ingin menyampaikan
pertanyaan.
BM: Baik, tetapi saudara telah mengakui pada
pertemuan yang lalu dan saudara-saudara yang hadir juga telah ikut menyaksikan
bahwa:
Pertama, Saudara telah
membenarkan kitab Al-Qur’an. Beberapa ayat Al-Qur’an yang saudara kemukakan
yang pada mulanya oleh saudara dianggap berselisih antara satu ayat dengan ayat
yang lain, setelah saya terangkan dan saya tafsirkan, lalu saudara akui bahwa
ayat-ayat tersebut pada hakikatnya tidak ada perselisihannya antara yang satu
dengan yang lain. Bukankah begitu pengakuan saudara.
AW: Ya, betul begitu.
BM: Kedua, Pada pertemuan yang lalu saudara telah
mengakui kebenaran nabi Muhammad SAW selaku Utusan Tuhan, betulkah demikian?
AW: Ya, betul saya telah mengakuinya.
BM: Ketiga, Saudara telah membenarkan bahwa
ayat-ayat di kitab Injil (Bibel) terdapat beberapa ayat yang berselisih antara
yang satu dengan yang lain. Sebagaimana telah saya tunjukkan ayat-ayatnya pada
pertemuan yang lalu, benarkah pengakuan saudara itu.
AW: Ya, saya mengakui. Akan tetapi saya masih
memerlukan bukti-bukti yang lain tentang ayat-ayat Injil yang ada
perselisihannya antara yang satu dengan yang lain, demi kepuasan bagi saya,
walaupun sebenarnya keterangan bapak saya pandang cukup memuaskan. Tetapi
mungkin ada lagi ayat-ayat yang lain untuk meresapnya ke perasaan saya.
BM: Baiklah, saya penuhi pengharapan saudara,
silahkan saudara periksa kitab Yahya pasal 8 ayat 14.
AW: Baik, dipasal dan ayat ini menyebutkan:
“Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku sendiripun, benar juga kesaksian itu.”
BM: Silahkan periksa lagi Yahya 5 ayat 31.
AW: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan:
“Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku, maka kesaksianku tidak benar.”
BM: Nah, saudara membuktikan sendiri perselisihan
di dua ayat ini. Di satu ayat menyebutkan: “Kesaksianku benar,” sedangkan di
ayat lain menyebutkan “Kesaksianku tidak benar.” Dua ayat yang berselisih itu,
tersebut di kitab suci. Dan yang berbicara adalah seorang. Manakah yang benar
antara dua ayat ini. Wajarkah di dalam kitab suci mengandung ayat-ayat yang
berlawanan antara yang satu dengan yang lain.
AW: Ya, saya akui memang tidak cocok.
BM: Bukan saja tidak cocok, tetapi adalah satu
selisih yang menyolok.
AW: Tetapi mungkin salah satu dari ayat tersebut
salah cetak.
BM: Sekiranya salah cetak, tentunya ada ralat;
tetapi di kitab ini tidak disebutkan apa-apa.
AW: Bibel ini berbahasa Indonesia, permisi
sebentar, saya akan memeriksa Bibel yang berbahasa Inggris.
BM: Itu lebih baik, sayakah yang akan memeriksa
ataukah saudara?
AW: Oleh karena bapak banyak hafal ayat-ayat Bibel
maka saya serahkan agar bapak saja memeriksanya, supaya lebih cepat.
BM: Baiklah; harap saudara memperhatikan juga
saudara-saudara yang hadir, kitab yang saya pegang ini adalah Bibel berbahasa
Inggris ialah “The Holy Bible,” “Containing the Old and New Testaments
(American Bible Society).” Saya serahkan kitab ini kepada saudara Antonius dan
saya akan menunjukkan pasal dan ayatnya untuk diteliti bersama.
AW: Baik, saya terima kitab Bibel yang berbahasa
Inggris.
BM: Silahkan saudara periksa di Yahya pasal 8 ayat
14 pada halaman 104.
AW: Baik, dihalaman 104 kitab Yahya pasal 8 ayat
14 disini ada menyebutkan: “THOUGH I BEAR RECORD OF MY SELF, YET MY RECORD IS
TRUE.”
BM: Kalau susunan ayat ini kita salin kedalam
bahasa Indonesia, adalah demikian: “Jikalau aku menyaksikan dari hal diriku
sendiripun, benar juga kesaksianku itu.” Betulkah begitu artinya?
AW: Ya, betul begitu.
BM: Jadi sama artinya dengan Injil yang berbahasa
Indonesia di Yahya pasal 8 ayat 14, harap saudara cocokkan dulu.
AW: Betul, artinya sama kuatnya
BM: Sekarang silahkan periksa di Yahya pasal 5
ayat 31.
AW: Disini menyebutkan: “IF BEAR WITNES OF MYSELF,
MY WITNES IS NOT TRUE.”
BM: Ayat ini kalau kita salin kedalam bahasa
Indonesia akan demikian: “Jikalau aku menyaksikan dari hal diriku, maka
kesaksianku itu tiada benar.” Betulkah begitu?.
AW: Ya, benar
BM: Silahkan saudara periksa lebih teliti lagi di
kitab Bibel yang berbahasa Inggris ini. Di satu ayat menyebutkan “IS TRUE,”
adalah benar, sedangkan di ayat lain menyebutkan “IS NOT TRUE,” adalah tidak
benar.
AW: Ya, memang berbeda
BM: Kalau begitu, di Injil yang berbahasa
Indonesia maupun yang berbahasa Inggris tidak ada perbedaan arti dan maksudnya?
AW: Betul Demikian.
BM: Jadi tidak salah cetak, yang salah ialah yang
mengisi kitab suci itu. Kalau betul kitab suci (Injil) itu wahyu dari Tuhan,
mustahil ayat-ayatnya akan berselisih antara yang satu dengan yang lain. Jadi
kitab itu telah dicampuri oleh tangan manusia.
AW: Menurut pendapat saya, dua ayat itu bukan
berlawanan, mungkin ayat yang satu dicabut, lalu kemudian diganti dengan ayat
yang lain. Jelasnya, ayat yang satu di hapus diganti dengan ayat yang lain
(yang baru). Setahu saya dalam ayat-ayat Al-Qur’an terdapat apa yang disebut
“Nasich dan Mansuch” ialah satu ayat terhapus hukumnya, lalu diganti dengan
ayat yang lain (hukum yang baru).
BM: Di dalam Al-Qur’an terdapat “Nasich dan
Mansuch” ada disebutkan ayatnya tetapi di kitab Injil sama sekali tidak
disebutkan.
AW: Dimanakah di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan
ayat tentang Nasich dan Mansuch itu
BM: Sebetulnya sayalah yang harus bertanya kepada
saudara, oleh karena dari saudaralah timbulnya ucapan Nasich-Mansuch itu. Akan
tetapi sekalipun demikian saya tunjukkan, ialah di surat Al Baqarah ayat 106.
Susunan ayat itu ada ulama yang menafsirkan tentang adanya “Nasich dan
Mansuch.” Sebagian lagi ada yang menafsirkan bahwa susunan ayat tersebut tidak
menunjukkan adanya Nasich-Mansuch. Kalau saudara memerlukan, akan saya
terangkan tafsirnya ayat tersebut.
AW: Hal itu, baiklah kita tangguhkan dulu. Tetapi
sehubungan dengan dua ayat di Bibel yang tadi, saya berpendapat bukan
berlawanan, melainkan satu ayat digantikan dengan ayat lain, sehingga nampaknya
ada berlawanan. Bolehkah saya berikan misal.
BM: Silahkan, saudara berhak penuh berbicara
dengan saya dalam pertemuan kita ini.
AW: Saya sebutkan misal: Dikeluarkan suatu
peraturan, setiap pengendara sepeda diwaktu malam diharuskan memakai lampu. Kemudian
datang lagi peraturan tidak boleh pakai lampu, karena ada peperangan misalnya.
Disini ada dua peraturan, yang pertama: “Diharuskan memakai lampu.” sedang yang
kedua “Dilarang.” Dua perintah itu, yang terpakai adalah yang kemudian.
Demikian juga dua ayat di Bibel tadi tidak berlawanan, melainkan salah satu
diantaranya sudah tidak berlaku lagi (dicabut). Ini menurut pendapat saya.
BM: Baiklah, tetapi tentunya saudara mengerti,
apabila suatu peraturan yang diganti, mestinya harus diikuti penjelasan, bahwa
artikel nomer sekian ayat sekian, tahun sekian dicabut, diganti dengan artikel
nomer sekian dan selanjutnya. Akan tetapi dua ayat di Bibel itu, tidak ada
sebutan ayat yang satu diganti, dengan lain kata dua ayat tetap berlawanan
antara yang satu dengan yang lain. Tidak ada penjelasan bahwa salah satu telah
dicabut, atau diganti.
Malam Kedelapan
‘PERSELISIHAN AYAT-AYAT DALAM BIBEL’
BM: Pada pertemuan kemarin malam saya telah
terangkan ayat yang berlawanan dalam Bibel. Pada pertemuan sekarang apakah
masih ada pertanyaan saudara yang akan disampaikan kepada saya.
AW: Kalau masih ada ayat-ayat dalam Bibel yang
berlawanan antara satu ayat dengan yang lain, saya minta diterangkan untuk
menambah keyakinan saya sampai dimanakah kesucian kitab Bibel itu ada dicampuri
oleh tangan manusia.
BM: Kemarin malam saudara mengakui sudah puas.
Apakah tidak lebih baik, kita bicarakan saja pasal-pasal yang saudara pandang
terpenting.
AW: Ya, tetapi keterangan bapak mengenai ayat-ayat
yang berlawanan di kitab Bibel itu baru sedikit membuka hati saya. Karena
itulah saya bawa lagi kitab Bibel ini.
BM: Baiklah, saya akan tunjukkan, demi kepuasan
saudara.
AW: Terima kasih. Harapan, Bapak sudi tunjukkan
lagi bukti-bukti ayat-ayat yang berlawanan. Saya ingin mengetahui lebih banyak
lagi.
BM: Silahkan saudara periksa di Yahya pasal 1 ayat
18.
AW: Dipasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka Allah
belum pernah dilihat oleh seorang juapun, tetapi Anak yang tunggal yang diatas
pengakuan Bapa, ialah yang sudah menyatakan Dia.”
BM: Bagaimanakah menurut tafsiran saudara susunan
ayat ini.
AW: Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah
dilihat oleh siapapun juga, melainkan hanya Yesus saja yang pernah melihatnya.
BM: Kalau begitu silahkan saudara periksa di kitab
Kejadian pasal 18 ayat 1.
AW: Disini menyebutkan: “Hatta, maka kemudian dari
pada itu kelihatanlah Tuhan kepada Ibrahim hampir dengan pohon jati mamre
tatkala duduklah di pintu kemahnya ketika hari panas.”
BM: Nah, disini saudara membuktikan sendiri
perselisihan di dua ayat ini, di satu ayat menyebutkan Tuhan hanya dinyatakan
oleh Yesus saja, tidak seorang juapun melihatnya. Sedang di ayat yang lain ada
menyebutkan bahwa Ibrahim juga melihat Tuhan. Bukankah dua ayat ini berlawanan.
Yang manakah yang benar di dua ayat ini.
AW: Ya, saya mengakui memang tidak cocok.
BM: Saya lanjutkan. Silahkan periksa lagi di
kitab: “Kejadian pasal 32 ayat 30.”
AW: Ya, di sini menyebutkan: “Maka dinamai oleh
Yakub akan tempat itu Peniel karena katanya: ‘Sudah kulihat Allah muka dengan
muka, maka nyawaku selamatlah.”
BM: Perhatikan: di satu ayat menyebutkan, tidak
seorangpun melihat Tuhan, melainkan Yesus. Di ayat yang lain menyebutkan bahwa
Ibrahim melihat Tuhan. Di ayat yang lain lagi ada menyebutkan Yakub melihat
Tuhan malah bertemu muka dengan muka. Yang manakah yang benar diantara tiga
ayat tersebut? Mustahillah benar semuanya, karena jelas sekali susunan ayatnya
yang nyata-nyata mengandung ayat yang berselisih antara yang baru dengan yang
lain. Kalau dikatakan salah satu dari pada ayat-ayat itu yang benar, maka yang
dua ayat tentunya salah semuanya. Pantaskah suatu kitab suci mengandung ayat
yang salah? Dan kalau dikatakan salah semuanya, maka apakah kitab itu dapat
dipertahankan kesuciannya, kalau ayat-ayatnya terdapat berlawanan.
AW: Ya, saya mengakui ayat-ayat tersebut tidak
cocok antara yang satu dengan yang lain.
BM: Pengakuan saudara itu memang penting, tetapi
lebih utama kalau diikuti dengan kesadaran.
AW: Saya harap tunjukkan lagi ayat-ayat di kitab
Injil yang berselisih.
BM: Baiklah, silahkan periksa di kitab Samuel yang
ke-II pasal 8 ayat 9, 10.
AW: Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Bermula,
maka setelah kedengaranlah kabar kepada TOI, raja Hamat, mengatakan Daud sudah
mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezar, disuruhkan TOI akan YORAM anaknya
menghadap raja Daud akan bertanyakan selamat baginda dan menyampaikan berkat
selamat kepada baginda …”
BM: Cukup dibaca sampai disitu, bagaimana menurut
pendapat saudara maksud ayat itu, siapakah nama raja Hamat?
AW: Menurut ayat ini, raja Hamat bernama “Toi”
BM: Sekarang silahkan periksa Kitab Tawarikh yang
pertama, pasal 18 ayat 9.
AW: Di sini menyebutkan: “Hatta apabila
kedengaranlah kabar kepada TOHU, raja Hamat, mengatakan Daud sudah mengalahkan
segenap balatentara Hadar Ezar raja Zoba itu.”
BM: Di ayat ini siapakah nama raja Hamat.
AW: Menurut ayat ini, nama raja Hamat ialah
“Tohu.”
BM: Nah, perhatikanlah: disuatu ayat menyebutkan
nama Raja Hamat ialah “Toi” sedangkan di ayat lain menyebutkan “Tohu.” Yang
manakah namanya benar Tohukah atau Toi.
AW: Ya, namanya memang berselisih. Akan tetapi
hanya selisih tentang nama saja. Jadi hanya perselisihan yang kecil saja.
BM: Kalau kesalahan dari manusia biasa, tentu kita
tidak keberatan, akan tetapi ini adalah kesalahan “Wahyu” atau “Ilham.”
AW: Betul juga pendapat bapak, Ini adalah
kesalahan wahyu atau ilham. Mustahil wahyu atau ilham dari Tuhan terdapat
kesalahan walaupun kesalahan yang sedikit dan sekecil-kecilnya. (pada halaman
ini terdapat footnote: Al Kitab edisi 1994, kata Tohu diganti Tou. Mungkin pada
tahun berikutnya kata Tou akan diganti dengan Toi)
BM: Bukan itu saja, Silahkan periksa lagi kitab
Samuel yang kedua pasal 8 ayat 9 dan 10.
AW: Di sini menyebutkan: “Bermula, maka setelah
kedengaranlah kabar kepada TOI, raja Hamat, mengatakan Daud sudah mengalahkan
segenap balatentara Hadar Ezar, disuruhkan TOI akan YORAM anaknya menghadap
raja Daud …”
BM: Cukup dibaca sampai disitu dulu, di ayat itu
ada tersebut seseorang bernama Yoram, siapakah Yoram menurut ayat tersebut?
AW: Menurut ayat tersebut Yoram itu anaknya Toi,
raja Hamat.
BM: Betul, sekarang lanjutkan periksa di Kitab
Tawarikh yang pertama pasal 18 ayat 9 dan 10.
AW: Di sini ada menyebutkan: “Hatta apabila
kedengaranlah kabar kepada TOHU, raja Hamat, mengatakan Daud sudah mengalahkan
segenap balatentara Hadar Ezar raja Zoba itu. Disuruhnyalah Hadoram puteranya
pergi menghadap baginda raja Daud …”
BM: Cukup dibaca sampai disitu. Di ayat itu ada
disebutkan seorang bernama Hadoram, Siapakah Hadoram itu menurut susunan ayat
tersebut?.
AW: Menurut susunan ayat tersebut orang yang
bernama Hadoram itu adalah anak Tohu, raja Hamat.
BM: Buktikan, di satu ayat menyebutkan bahwa Yoram
itu anaknya Toi, sedangkan di ayat lain menyebutkan anaknya Toi itu bukan
Yoram, melainkan Hadoram.
AW: Saya tidak tahu
BM: Saya bertanya bukan tentang tahu atau
tidaknya, melainkan tentang kebenaran di dua ayat itu.
AW: Saya tidak tahu yang mana yang benar.
BM: Bukan saudara saja yang tidak mengetahui
kebenarannya, malah yang menulis ayat itupun tidak bisa menunjukkan yang tepat
tentang kebenarannya nama anaknya Toi itu; padahal yang dinamakan kitab suci
pasti benar isinya, bersih dari segala macam kesalahan, sampai kepada kesalahan
yang sekecil-kecilnya, sesuai dengan pengakuan saudara tadi.
AW: Mestinya begitu.
BM: Tetapi kenyataannya tidak begitu. Buktinya,
silahkan saudara periksa lagi di Kitab Samuel ke II pasal 8 ayat 8.
AW: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka
dari dalam Betach dan dari dalam Berotai, dua buah negeri Hadar Ezar, diambil
raja Daud akan banyak Tembaga.”
BM: Bagaimana maksud ayat ini menurut tafsiran
saudara?
AW: Maksudnya ialah raja Daud mengambil banyak
tembaga dari dua tempat bernama Betach dan Berotai.
BM: Silahkan periksa di Kitab Tawarich yang
pertama pasal 18 ayat 8.
AW: Baik disini ada menyebutkan: “Maka dari dalam
Tibchat dan dari dalam Chun, negeri Hadar Ezar itu diambil Daud amat banyak
tembaga.”
BM: Buktikan di satu ayat menyebutkan dua tempat
yang diambil tembaganya oleh Daud ialah Betach dan Berotai, sedangkan di ayat
lain menyebutkan dua tempat itu ialah Tibchat dan Chun. Di dua ayat itu tempat
manakah yang sebenarnya diambil tembaganya oleh Daud. Kalau betul kitab Injil
itu mestinya suci dari pada kesalahan dan perselisihan atau berlawanan tentang
ayat-ayatnya.
AW: Betul, dua ayat ini memang tidak cocok, yang
satu dengan yang lain bertentangan.
BM: Apakah saudara masih memerlukan lagi ayat-ayat
yang berlawanan didalam Bibel.
AW: Saya merasa beruntung kalau bapak masih
bersedia menunjukkan demi untuk meningkatkan kesadaran saya.
BM: Baiklah saya ikuti kehendak saudara. Silahkan
periksa lagi di Kitab Raja-raja kedua pasal 8 ayat 26.
AW: Baik, dipasal dan ayat ini menyebutkan:
“Adapun umur raja Ahazia pada masa ia naik raja itu dua puluh dua tahun, maka
kerajaanlah ia Jerusalem setahun lamanya, adapun nama bunda-bunda baginda itu
Atalia anak Omri raja orang Israil.”
BM: Menurut susunan ayat ini, berapakah umur raja
Ahazia pada waktu ia menjadi raja.
AW: Berdasarkan ayat ini diwaktu umur 22 tahun.
BM: Silahkan saudara periksa lagi di Kitab
Tawarikh ke II pasal 22 ayat 2.
AW: Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Adapun
pada masa ia naik raja itu empat puluh dua tahun, dan kerajaanlah ia di
Jerusalem setahun lamanya, maka nama bunda baginda itu Atalia anak Omri.”
BM: Di ayat ini menyebutkan berapakah umur Ahazia
diwaktu menjadi raja?
AW: Di ayat ini menyebutkan diwaktu berumur 42
tahun.
BM: Nah Di dua ayat ini yang manakah yang benar,
diwaktu berumur 22 tahunkah atau berumur 42 tahun. Di satu ayat menyebutkan
Ahazia menjadi raja di waktu berumur 22 tahun, dan di ayat yang lain
menyebutkan pada waktu berumur 42 tahun. Bukankah ini menunjukkan perselisihan
yang menyolok sekali di kitab Injil yang dikatakan suci itu.
AW: Ya, perselisihan di dua ayat ini tak dapat
dipungkiri lagi.
BM: Supaya makin bertambah tak dapat dipungkiri
lagi oleh saudara tentang ayat-ayat yang berlawanan di kitab Bibel itu.
Silahkan saudara periksa lagi di kitab Raja-raja II pasal 24 ayat 8.
AW: Baik, disini ada menyebutkan: “Jojachin pada
masa ia naik raja itu delapan belas tahun, maka kerajaanlah ia di Jerusalem
tiga tahun lamanya dan nama bunda baginda itu Nehusta anak Elmatan dari
Jerusalem.”
BM: Siapakah nama raja di ayat ini?
AW: Namanya Jojachin.
BM: Silahkan saudara periksa di Kitab Tawarikh
yang kedua pasal 36 ayat 9.
AW: Di sini ada menyebutkan: “Adapun umur
Jehojachin pada masa ia naik raja itu delapan belas tahun, maka kerajaanlah ia
di Jerusalem tiga bulan dan sepuluh hari lamanya, maka diperbuatnya barang yang
jahat kepada pemandangan Tuhan.”
BM: Buktikan perselisihan yang menyolok pada dua
ayat ini; di satu ayat menyebutkan Jojachin dan di ayat yang lain menyebutkan
Jehojachin. Selanjutnya di satu ayat menyebutkan kerajaan Jojachin di Jerusalem
tiga tahun lamanya dan di ayat yang lain menyebutkan 3 bulan 10 hari. Yang
manakah yang benar di dua ayat ini, Jojachinkah atau Jehojachin, dan kerajaan
Jerusalem selama 3 tahunkah atau 3 bulan 10 hari? Harap saudara periksa lagi
dengan teliti susunan dua ayat yang saudara baca tadi.
AW: Betul, memang tidak cocok antara dua ayat ini.
(Catatan kaki: Al Kitab yang diterbitkan tahun 1994, Kata “Yehoyakhin” diganti
dengan “Yoyakhin” dan di Alkitab edisi tahun 1994, kata “tiga tahun” diganti
“tiga bulan.”)
BM: Aneh, lagi-lagi tidak cocok dan memang tidak
cocok.
AW: Memang mustahil di kitab suci mengandung
ayat-ayat yang berlawanan antara yang satu dengan yang lain.
BM: Supaya lebih nyata kemustahilannya, teruskan saudara
periksa di kitab Saul yang kedua pasal 23 ayat 8.
AW: Di ayat ini tersusun sebagai berikut:
“Bermula, maka inikah nama segala pahlawan yang mengiringi Daud, Josech
Basjebet bin Tachkemoni, kepala segala penghulu iapun bergelar penyucuk dan
penikam lembing, sebab ditikamnya akan kedelapan ratus orang dalam sekali saja
berperang.”
BM: Berdasarkan ayat ini saya ingin bertanya pada
saudara siapakah nama pahlawan yang mengiringi Daud menurut ayat ini?
AW: Namanya Josech Basjebet bin Tachkemoni.
BM: Menjabat apakah ia?
AW: Kepala segala penghulu
BM: Berapa orangkah yang ditikamnya dalam sekali
berperang?
AW: Delapan ratus orang.
BM: Kalau begitu, silahkan saudara periksa di
Kitab Tawarikh yang pertama pasal 11 ayat 11.
AW: Di ayat ini susunan kalimatnya seperti
berikut: “Maka inilah bilangan segala pahlawan yang mengiringi Daud, Yasobam
bin Hachmoni, kepala orang tiga puluh, yang melayangkan lembingnya kepada orang
tiga ratus, ditikamnya akan mereka itu sekalian dalam sekali berperang.”
BM: Berdasarkan ayat ini saya ingin bertanya pada
saudara siapakah nama pahlawan yang mengiringi Daud menurut ayat ini?
AW: Namanya Yasobam bin Hachmoni.
BM: Menjabat apakah ia?
AW: Kepala dari orang tiga puluh.
BM: Berapa orangkah yang ditikamnya dalam sekali
berperang?
AW: Sebanyak Tiga ratus orang.
BM: Cocokkan dua ayat ini antara yang satu dengan
yang lain?
AW: Terlalu tidak cocok malah dalam dua ayat ini
terdapat 3 macam selisih yang jelas sekali.
BM: Memang. Di satu ayat menyebutkan pahlawan yang
mengiringi Daud bernama Josech Basjebet bin Tachkemoni dan di ayat yang lain
bernama Yasobam bin Hachmoni. Di ayat inipun menyebutkan Kepala orang tiga
puluh. Di ayat itupun ada menyebutkan lagi Menikam 800 (delapan ratus) orang
dalam sekali berperang dan di ayat yang lain menyebutkan menikam 300 (tiga
ratus) orang dalam sekali berperang.
AW: Intermezzo sedikit pak Kyai.
BM: Ya, boleh intermezzo jenis apa?
AW: Saya merasa sungguh kagum, karena Bapak Kyai
hapal diluar kepala tentang ayat-ayat Bibel. Padahal kalau tidak salah ayat-ayat
dikitab Bibel itu ada ribuan. Dengan cara bagaimana Bapak menghafalnya.
BM: Lain waktu saya bisa terangkan pada saudara.
AW: Menghafalkannya saja tentu amat berat, Yang
betul-betul mengherankan saya, dapat bapak menunjukkan dengan tepat letaknya
ayat-ayat di Bibel dan tambah mengherankan lagi hafalnya ayat-ayat Bibel yang
berlawanan antara satu dengan yang lain. Baik tentang nama-nama suratnya,
pasalnya, maupun ayat-ayatnya, kesemuanya dengan tepat sekali bapak
menunjukkannya. Betul saya bertanya; malah diantara saudara-saudara yang hadir
kemarin malam ada yang membisikkan pada telinga saya, memberikan dorongan
supaya menanyakan kepada bapak.
BM: Supaya tidak banyak makan waktu, saya jawab
dengan singkat saja, saya kalau menghafalkan sesuatu tidak hanya menggunakan
alat pancaindera lahir (sensus exterior) semata-mata, akan tetapi juga
alat-alat pancaindera bathin (sensus interior). Keterangan mengenai soal ini
cukup panjang, membutuhkan antara dan waktu tersendiri. Kalau saudara ada
hasrat, lain waktu akan saya jelaskan.
AW: Baiklah kalu begitu, sekarang kita lanjutkan.
BM: Sebagai bukti, bahwa alat pancaindera bathin
itu dapat menembus, maka saya tembuskan pandangan bathin saya ke dalam kitab
Bibel, untuk saya tunjukkan lagi pada saudara ayat-ayat di Bibel yang
berlawanan.
AW: Terima kasih.
BM: Silahkan saudara periksa lagi di kitab Samuel
yang kedua pasal 24 ayat 1.
AW: Di pasal dan ayat ini ada menyebutkan:
“Bermula maka kembali pula bangkitlah murka Tuhan akan orang Israil, diajaknya
Daud akan lawan mereka itu katanya: ‘Bilangkanlah olehmu akan orang Israil dan
akan orang Jehuda.”
BM: Menurut ayat ini, siapakah yang mengajak Daud
membilang dan melawan orang Israil?
AW: Menurut susunan ayat ini yang mengajak Daud
ialah Tuhan.
BM: Betul, sekarang silahkan saudara periksa di
kitab Tawarikh yang pertama pasal 21 ayat 1.
AW: Baik, dipasal dan ayat ini ada menyebutkan:
“Sebermula, maka pada masa itu, berbangkitlah syetan akan celaka orang Israil,
diajaknya Daud supaya dia membilang banyak orang Israil.”
BM: Menurut ayat ini siapakah yang mengajak Daud
membilang orang Israil.
AW: Berdasarkan ayat ini yang mengajak Daud, ialah
Syetan.
BM: Nah, perhatikan; di satu ayat menyebutkan yang
mengajak Daud adalah Tuhan. Kemudian di satu ayat yang lain menyebutkan, yang mengajak
Daud adalah Syetan. Yang manakah yang benar diantara dua ayat ini, Tuhankah
atau syetan.
AW: Ya, betul; ini adalah suatu perselisihan yang
menyolok sekali.
BM: Kalau demikian tentunya saudara dapat
membayangkan, apakah Bibel yang sekarang ini masih tetap dikatakan sucikah atau
sudah dicampuri oleh tangan manusia.
AW: Kalau sudah terang-terangan begini, tentunya
sulit untuk dipertahankan kesuciannya.
BM: Apakah saudara masih belum merasa puas
bukti-bukti yang saya tunjukkan tentang ayat-ayat Bibel yang berlawanan antara
yang satu dengan yang lain itu?
AW: Sudah cukup jelas.
BM: Jangankan di kitab suci itu sampai terdapat
beberapa ayat yang berlawanan malah satu ayat saja terdapat ayat yang
berselisih dengan ayat lain, sudah cukup alasan untuk tidak dapatnya
dipertahankan dan diyakinkan tentang kesuciannya.
AW: Kalau begitu kitab Bibel yang dianggap suci
oleh penganutnya itu lantas bagaimana?
BM: Sebetulnya pertanyaan saudara itu harus
dijawab oleh saudara sendiri karena saudara saudara sendiri masih mempunyai
kitab itu. Tetapi saya tolong menjawabnya. Setiap agama mempunyai kitab suci.
Akan tetapi kalau di kitab sucinya itu ternyata terdapat beberapa ayatnya yang
berselisih atau berlawanan dan tidak cocok antara yang satu dengan yang lain,
apakah penganut-penganut agama itu masih berkeyakinan bahwa kitab sucinya itu
tetap suci. Padahal yang dinamai kitab suci adalah wahyu, ilham dari Tuhan.
Mustahil sekali kalau wahyu Tuhan itu tidak cocok. Di satu ayat Tuhan berkata
YA lalu di ayat yang lain lagi menyatakan TIDAK. Di satu ayat Tuhan berkata “A”
lalu di ayat lain Tuhan berkata lagi bukan “A” tetapi “B.” Kalau sampai terjadi
demikian, tidak mustahil bahwa tangan manusia sudah ikut campur di dalamnya.
AW: Betul begitu, Tetapi maaf. Kalau Bapak tidak
berkeberatan, saya minta lagi.
BM: Minta yang mana lagi yang dimaksudkan oleh
saudara?
AW: Minta satu ayat lagi yang berselisih di Bibel.
BM: Agaknya saudara akan menguji saya tentang
Bibel.
AW: Tidak, betul-betul tidak. Hanya minta satu
saja. Betul-betul saya hanya minta satu ayat saja lagi.
BM: Saudara minta satu ayat lagi atau lebih, saya
bisa tunjukkan. Tetapi waktunya sudah jauh malah. Kecuali kalau saudara suka
menerima sampai pagi.
AW: Tidak, betul-betul hanya minta satu ayat lagi.
Setelah itu kita lanjutkan pasal-pasal yang lain. YANG HADIR: Teruskan sampai
waktu subuh, kita setuju dan akan tetap tenang.
BM: Baiklah saya penuhi pengharapan saudara
Antonius. Silahkan saudara periksa di kitab Samuel yang kedua pasal 10 ayat 18.
AW: Baik, di pasal dan ayat ini ada menyebutkan:
“Tetapi kemudian, larilah segala orang syam itu dari hadapan orang Israil, maka
daripada orang Syam itu dibinasakan Daud tujuh ratus ekor kuda kereta dan empat
puluh ribu orang berkuda, tambahan pula dikalahkannya Sobach, panglima perang mereka
itu, sehingga matilah ia di sana …”
BM: Cukup dibaca sampai disitu dulu, saya akan
bertanya pada saudara, di ayat ini ada berapakah jumlahnya kuda kereta yang
dibinasakan oleh Daud.
AW: Di ayat ini menyebutkan 700 (tujuh ratus)
banyaknya yang dibinasakan oleh Daud.
BM: Di ayat itu juga ada berapakah jumlahnya orang
berkuda yang dibinasakan oleh Daud?
AW: Menurut ayat ini ada 40.000 (empat puluh ribu)
orang berkuda yang dibinasakan oleh Daud.
BM: Dan di ayat itu juga, siapakah namanya
panglima perang yang dibunuh?
AW: Menurut ayat ini panglima perang yang dibunuh
bernama Sobach.
BM: Betulkah semuanya itu, silahkan periksa lagi.
AW: Betul demikian jawaban-jawaban saya
berdasarkan ayat ini.
BM: Kalau begitu silahkan saudara periksa di Kitab
Tawarikh yang pertama pasal 19 ayat 18.
AW: Di sini ada menyebutkan: “Maka larilah segala
orang Syam dari hadapan orang Israil, maka dibinasakan Daud daripada orang Syam
itu tujuh ribu ekor kuda kereta, dan empat puluh ribu orang yang berjalan kaki,
tambahan pula dibunuhnya Sofach panglima perang itu…”
BM: Saya akan bertanya; Ada berapakah jumlah kuda
kereta yang dibinasakan oleh Daud menurut ayat ini?
AW: Menurut ayat ini, menyebutkan ada 7000 (tujuh
ribu).
BM: Di ayat ini juga yang dibinasakan oleh Daud
apakah 40.000 orang yang berkuda atau 40.000 orang yang berjalan kaki.
AW: Di ayat ini yang dibinasakan oleh Daud ada
menyebutkan 40.000 yang berjalan kaki, bukan orang berkuda.
BM: Pun di ayat ini juga, disebutkan siapakah
namanya panglima perang, apakah bernama Sobach-kah atau Sofach?
AW: Di ayat ini disebutkan bernama Sofach.
BM: Coba saudara perhatikan dengan seksama
perselisihan di dua ayat ini. Satu ayat saja sudah terdapat 3 macam selisih. Di
kitab Samuel yang kedua pasal 10 ayat 18 menyebutkan; yang dibinasakan oleh
Daud sebanyak 700 (tujuh ratus) kuda kereta, sedangkan di kitab Tawarikh yang
pertama pasal 19 ayat 18 menyebutkan 7.000 (tujuh ribu) kuda kereta. Yang
manakah yang benar di dua ayat itu. Di kitab Samuel yang kedua itu juga ada
menyebutkan 40.000 (empat puluh ribu) orang berkuda, sedangkan di kitab
Tawarikh I, 40.000 orang berjalan kaki. Yang manakah yang benar, 40.000 orang
berkudakah yang dibinasakan oleh Daud atau 40.000 orang berjalan kaki. Di kitab
Samuel yang kedua itu juga ada menyebutkan panglima perangnya bernama Sobach
sedangkan dikitab Tawarikh yang pertama menyebutkan panglimanya bernama Sofach.
Yang manakah yang benar, Sobach-kah atau bernama Sofach?
AW: Sudah cukup puas; saya sudah menyadari dan
saya sudah mulai insyaf.
BM: Mulai sadar dan insyaf yang bagaimana yang
saudara maksudkan?
AW: Jiwa dan kesadaran saya mulai terbuka. Besok
malam saya akan lukiskan kandungan hati saya, setelah saya menerima
jawaban-jawaban pertanyaan-pertanyaan saya yang lain pada Bapak.
BM: Baiklah saya persilahkan.
AW: Apakah sebabnya orang-orang pandai (sarjana)
di negeri Barat banyak yang memeluk agama Kristen? Kalau agama Islam suatu
agama yang benar dan ajran-ajarannya sesuai dengan Ilmu pengetahuan dan modern,
tentunya mereka masuk Islam.
BM: Sebelumnya saya memberikan jawaban, saya akan
bertanya, saudara sendiri termasuk sarjana. Mengapa saudara memeluk (tertarik
pada, red) agama Islam?
AW: Ya, karena hasil diskusi ini yang membawa saya
lebih menyelami dan memilih ajaran-ajaran agama Islam.
BM: Sekiranya tanpa diskusi yang menghasilkan
tambahnya meneliti ajaran-ajaran Islam, apakah mungkin saudara menjadi pemeluk
agama Islam yang sadar?
AW: Menurut pikiran saya tidak mungkin.
BM: Orang-orang di negeri barat yang saudara sebut
itu sekiranya seperti saudara pula dalam menganut suatu agama.
AW: Ya, betul.
BM: Memang betul, Karena di zaman ini dari mereka
ada banyak yang sudah memeluk agama Islam atas hasil penyelidikan dan
penelitian yang mendalam.
AW: Akan tetapi ada orang-orang Islam yang
berpindah agama menjadi pemeluk agama Kristen.
BM: Dari manakah saudara ketahui.
AW: Di negeri kita sendiri. Buktinya dengan
bertambahnya pembangunan Gereja, sekolah Kristen nampaknya sementara senantiasa
bertambah jumlahnya.
BM: Apakah orang-orang Islam yang masuk agama
Kristen itu terdiri dari sarjana-sarjana Islam.
AW: Saya tidak mengetahuinya, hanya dari kata-kata
saja. Akan tetapi saya sendiri sampai saat ini belum menemukan malah belum
mendengar sarjana-sarjana Islam masuk Kristen.
BM: Kalau begitu orang-orang Islam di Indonesia
yang berpindah agama bukan dari hasil penelitian; jadi masuknya bukan karena
keyakinannya.
AW: Mengapa bapak berpendapat demikian.
BM: Saudara membuktikan sendiri bahwa orang-orang
Islam di Indonesia ada banyak sekali, yang miskin, melarat dan menderita dalam
hidupnya. Mereka butuh uang, makan, pakaian dan obat-obatan, Kesempatan ini
dipergunakan oleh beberapa orang penganut Kristen untuk mempengaruhi mereka
dengan jalan membagi-bagikan makanan, pakaian, obat-obatan dan lainnya kalau
tidak keliru.
AW: Ya, saya pernah baca di majalah Kiblat.
BM: Di zaman ini ada beberapa orang di negeri
barat yang mulanya beragama Kristen setelah menyelidiki dan meneliti
ajaran-ajaran Islam, yang menunjukkan kebenaran ajaran Islam mereka
berterusterang berpindah menjadi penganut Islam; mereka itu golongan sarjana,
malah diantaranya terdapat pendeta Kristen yang menjadi pemeluk agama Islam.
AW: Betul, saya sendiri pernah membaca di Majalah
Kiblat.
BM: Jadi sudah jelas, bahwa orang-orang di negeri
yang beragama Kristen lalu berpindah menjadi pemeluk Islam disebabkan dari
hasil penelitiannya tentang kebenaran ajaran-ajaran Islam, umumnya orang-orang
yang di negeri barat kalau melakukan sesuatu penelitian dan penyelidikan
menggunakan kecerdasan otaknya secara ilmiah. Mereka menjadi penganut Islam
dengan kesadaran dan keyakinannya.
AW: saya menerima keterangan bapak.
BM: Sedangkan orang-orang Islam di Indonesia yang
berpindah agama menjadi pemeluk agama Kristen umumnya bukan dari hasil
penyelidikan dan penelitiannya yang tentunya bukan di atas dasar kesadaran dan
keyakinannya, melainkan karena perut lapar, karena hidupnya yang Senin Kamis,
butuh makan, uang, pakaian, maupun obat-obatan. Dengan keterangan saya ini
Saudara bisa bandingkan sendiri sebab musababnya orang-orang Kristen di negeri
Barat yang masuk Islam dan orang-orang Islam di Indonesia yang masuk agama
Kristen.
AW: Tetapi tentu ada juga orang-orang Indonesia
yang tidak miskin masuk agama Kristen
BM: Tetapi tentu itu umumnya bukan berasal dari
penganut agama Islam, mungkin dari agama yang lain lagi. Jadi masih ada yang
akan ditanyakan lagi.
AW: Ya, sedikit, besok malam saja. Sekarang sudah
jauh malam.
BM: Baiklah, besok malam, agar lebih sempurna.
Malam Kesembilan
‘MASUK ISLAM’
BM: Pertemuan kita sudah berlangsung
beberapa kali dan berjalan lancar. Pada pertemuan yang sekarang ini, apakah
masih ada pertanyaan-pertanyaan saudara yang akan diajukan.
AW:
Sejak siang tadi, saya telah pikirkan dan pertimbangkan secara mendalam tentang
hasil-hasil pertemuan kita yang menimbulkan kesadaran saya untuk menentukan
pendirian saya agar memilih agama yang mana yang harus saya ikuti.
BM:
Alhamdulillah, kalau saudara sudah dapat menentukan sendiri. Jadi bagaimana
kepercayaan saudara sekarang ini terhadap Trinitas (Tuhan Bapak, tuhan Anak dan
Ruhul Kudus).
AW:
Memang soal inilah yang sedang saya renungkan sejak tadi siang, oleh karena
saya masih merasa terikat oleh satu “Patokan” yang hingga saat ini belum dapat
saya pecahkan. Padahal keterangan bapak sangat memuaskan sejak semula kita
bertemu.
BM:
Sekiranya saudara tidak berkeberatan, cobalah saudara terangkan. Mungkin saya
dapat membantu saudara.
AW:
Ialah soal Trinitas. Soal ini masih berbekas dalam jiwa saya.
BM:
Baiklah, saudara terangkan saja.
AW:
Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Rohul Kudus itu walaupun tersusun dari tiga oknum,
tetapi tetap pada hakekatnya Tunggal juga. Karena yang satu tidak dapat
terpisah dengan yang lain. Persoalan inilah yang masih berbekas dalam keyakinan
saya. Sedangkan soal-soal lain, mengenai ayat-ayat di Bibel, dosa waris,
kebenaran Al-Qur’an, Kebenaran Nabi Muhammad selaku utusan tuhan, teristimewa
perselisihan ayat-ayat di Bibel dan keterangan-keterangan serta
penjelasan-penjelasan bapak yang berdasarkan fakta objektif dan interesant itu
bagi saya sudah beres dan saya menyerah.
BM:
Baiklah, lanjutkan.
AW:
Tetapi soal Trinitas itu masih terlukis saja dalam keyakinan saya. Sehingga
belum dapat secara bulat (ikhlas) bagi saya untuk mengorbankan keyakinan saya
begitu saja tanpa penjelasan-penjelasan yang cukup luas yang sungguh mengatasi
keyakinan saya.
BM:
Jadi yang tiga oknum itu, saudara masih mempercayai bahwa ketiga-tiganya itu
adalah Tuhan semuanya.
AW:
Ya, begitulah, tetapi sudah mulai tipis.
BM:
Jadi Tuhan Bapak itu Tuhan?
AW:
Ya.
BM:
Tuhan Anak, Yesus, apakah Tuhan?
AW:
Ya.
BM:
Apakah Rohul Kudus juga Tuhan?
AW:
YA, semuanya tiga tetapi tetap satu (tunggal), seperti telah saya terangkan tadi.
Supaya lebih jelas, saya buatkan misal.
BM:
Baiklah, silahkan saudara buatkan misal.
AW:
Bapak sekarang sedang menghisap rokok
BM:
Ya sekarang sedang merokok. Saudara-saudara yang hadir melihat juga. Saya
sekarang sedang merokok.
AW:
Rokok yang bapak isap itu, terdiri dari tiga susunan ialah: Batang Rokoknya,
Apinya, Merah api pada rokok
BM:
Ya betul, teruskan.
AW:
Batang rokok, apinya dan merahnya itu menjadi satu juga walaupun terdiri dari
pada 3 susunan, akan tetapi pada hakekatnya satu juga, ialah rokok, ketiganya
tidak dapat terpisah, melainkan berpadu menjadi satu (tunggal). Demikian juga
halnya dengan Trinitas itu.
BM:
Misal atau perumpamaan yang saudara berikan walaupun dianggap benar, tetapi
tidak tepat.
AW:
Jadi bagaimana, saya minta dibantah kalau tidak tepat.
BM:
Saya tidak akan membantah, malah saya hargai pendapat saudara itu. Saya hanya
ingin bertanya mengenai perumpamaan yang saudara kemukakan tadi. Tetapi
pertanyaan saya ini, minta diberi jawaban yang tepat.
AW:
Baik, semoga saya bisa menjawabnya.
BM:
Tadi saudara memberikan perumpamaan tentang rokok dalam hal persamaan dengan
Trinitas.
AW:
ya, betul begitu.
BM:
Saya ingin bertanya, dan saya sekarang sedang merokok. Apakah batang rokok ini,
rokok-kah atau bukan.?
AW:
Ya. Betul batang rokok
BM:
Apakah apinya rokok ini, rokok-kah atau bukan?
AW:
Bukan.
BM:
Apakah merahnya api pada rokok ini rokok-kah atau bukan?
AW:
Bukan.
BM:
Nah, sekarang saya tanyakan lagi: Apakah Tuhan Bapak itu Tuhan atau Bukan?
AW:
Ya, betul Tuhan.
BM:
Apakah Anak Tuhan (Yesus) itu Tuhankah (Tuhan bapak) atau bukan?
AW:
Bukan
BM:
Apakah Rohul Kudus itu Tuhankah atau bukan?
AW:
Mestinya bukan juga.
BM:
Kalau saudara mengatapan apinya rokok itu bukannya Rokok dan merahnya rokok ini
bukan rokoknya, maka jelaslah bahwa Yesus itu bukan Tuhan dan Rohul Kuduspun
bukan Tuhan.
AW:
Ya,
BM:
Kecuali sekiranya saudara ada menyebutkan: Apinya rokok ini adalah rokok, maka
adalah saudara berkata: Yesus itu adalah Tuhan dan Rohul Kudus itu pun Tuhan
juga.
AW:
Ya, betul tepat sekali jawaban bapak.
BM:
Sekarang bagaimana kepercayaan saudara, apakah Yesus itu Tuhan atau bukan.
AW:
Bukan!
BM:
Apakah Rohul Kudus itu Tuhankah atau bukan.
AW:
Terang bukan Tuhan!
BM:
Kalau begitu masihkah saudara berkeyakinan terhadap Trinitas.
AW:
Sudah Lenyap!
BM:
Kalau sudah lenyap, lantas bagaimana?
AW:
Ya, keyakinan saya sekarang, hanya ada SATU TUHAN.
BM:
Jadi saudara mempercayai bahwa TUHAN TUNGGAL?
AW:
Seharusnya demikian; saya percaya bahwa Tuhan itu Tunggal, Tidak ada Tuhan yang
lain lagi.
BM:
Yang dimaksudkan Tuhan oleh saudara, apakah Tuhan Allah atau bagaimana?
AW:
Tentu saja Tuhan ALLAH
BM:
Pada pertemuan yang lalu, saudara telah mengaku kebenaran Nabi Muhammad SAW
selaku utusan Allah.
AW:
Ya, saya tidak berdusta
BM:
kalau begitu saudara telah mengakui bahwa: “Tidak ada Tuhan melainkan Allah,
dan Muhammad adalah Utusan Allah.”
AW:
Betul, saya mulai saat ini masuk Islam, menjadi penganut Agama Islam, dan
termasuk ummatnya Nabi muhammad SAW.
HADIRIN DENGAN SUARA SERENTAK:
Alhamdulillah, Alhamdulillah, saudara Antonius sekarang menjadi saudara kita.
BM:
Saudara yang hadir ikut menyaksikan sendiri, bahwa pada malam ini tangal 18
Maret 1970 jam 10.15 menit malam, saudara Antonius telah masuk Islam.
HADIRIN: Kami telah menyaksikan.
BM:
Saya minta saudara Antonius membacakan “Kalimah Syahadah,” saya bacakan dulu
lalu saudara diharap mengikutinya menyebutkan pengakuan.
“Asyhadu Anlaa ilaa ha Illallah Wa
Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.”
Tahukah saudara artinya?
AW:
Ya, tetapi sebaiknya saya minta dituntun membacanya, pertama-tama bapak, supaya
tidak keliru. “Saya menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan
Allah dan saya mengaku sesungguhnya Nabi Muhammad adalah Pesuruh Allah.”
BM:
Betulkah saudara-saudara yang hadir?
HADIRIN: Betul. Cukup, sudah sah
Islamnya.
BM:
Marilah kita bersama-sama berdo’a dan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT
dan diharap saudara Antonius dan saudara-saudara yang hadir semuanya
mengucapkan Amien. Setelah doa dibacakan, saya harap saudara-saudara yang hadir
berjabatan tangan dengan saudara Antonius selaku saudara kita yang baru. Apakah
nama saudara Antonius masih ada lanjutannya.?
AW:
Nama saya yang sebenarnya “Antonius Widuri.”
BM:
Bolehkah saya tambah tanpa mengubah nama yang asal (aslinya)?
AW:
Ya, saya setuju.
BM:
Saya tetapkan nama saudara sekarang “Antonius Muslim Widuri.” Jadi ditambah
dengan kata Muslim.
AW:
Saya terima namanya menjadi namanya dan cocok buat saya.
BM:
Saudara-saudara yang hadir tentu sudah mendengar juga tambahan nama ini.
HADIRIN: Nama itu wajar dan cocok,
bagus.
BM:
Bersediakah saudara melakukan Shalat, Puasa, Zakat dan ajaran-ajaran Islam
lainnya?
AW:
Selaku seorang Islam, saya wajib mentaati ajaran-ajaran Islam menurut kemampuan
(kemampuan saya).
BM:
Terima kasih. Apakah saudara ingin memberikan sekedar sambutan atau
menyampaikan beberapa buah kata besok malam, karena ada kawan yang akan
mengadakan sekedar selamatan?
AW:
Baiklah, saya penuhi besok malam.
*****
RIWAYAT HIDUP KYAI HAJI BAHAUDIN
MUDHARY (1920-1979)
K.H. Bahaudin Mudhary
Lahir di Sumenep 23 April 1920 dan
berpulang ke Rahmatullah 4 Desember 1979 di Surabaya. Meski ia belum pernah
mereguk pendidikan alam pesantren, namun kadar kebesarannya berangkat dari
benih pengaruh kuat ayahandanya –KH. Ahmad Sufhansa Mudhary– yang ulama dan
teman berbincang dari kakaknya alm. K.H. Abdul Hamid Mudhary, yang sama sekali
tidak pernah mengenyam sekolah formal ataupun Pesantren, kecuali berkhidmat
kepada ayahandanya saja. Alhasil, beliaupun mampu mereguk ilmu keislaman
disamping mahir bahasa Arab, Belanda dan Jepang.
Jabatan yang pernah diembannya
antara lain, Komandan Sudanco, Ketua Muhammadiyah, Ketua Masyumi, Wedana di
Bangkalan serta ketua Perserikatan Muslim Tionghoa di Madura (sekarang PITI).
Almarhum dalam kesehariannya sangat
sederhana lagi bersahaja. Ia juga humoris dengan petuah yang penuh warna
“parigan” (sesemon Madura). Ada pesan menjelang akhir hayatnya yang hingga kini
menjadi pegangan putra dan cucu-cucunya; “Jangan sesekali meninggalkan sholat,
selalu rukun dan memelihara tali silaturahim serta jangan berebut harta pusaka,
usahakan setiap malam sholat lail (tahajjud).”
Seusai menamatkan Kweek School
Muhammadiyah di Yogjakarta tahun 1940, tokoh ulama jawa timur ini terus menimba
ilmu sambil menekuni buku literatur berbahasa Arab, Inggris, Jerman, Belanda,
Perancis, Cina dan Jepang, teristimewa yang erat kaitannya dengan filsafat dan
kerohanian.
Ulama ahli metafisika yang memiliki
“kasyf” tersebut juga amat terampil memafhumi hampir seluruh alat musik mulai
petik,gesek, tiup sampai tuts piano. Muasal kelangkaan ilmunya, alhasil orang
menyebut “Tera Ta Adamar” (bhs Madura) bermakna benderang tanpa pelita,
lantaran bertumpu pijak yang berkhidmat pada ladang spiritual terutama ibadah
sholat sebagai mi’rajnya kaum muslimin menuju titik sumbu Rabbul Izzati. Itulah
sebabnya hakikat ilmu letaknya bukan di kepala tetapi di hati.
Semasa hayatnya diamalkan untuk
pendidikan dan dakwah Islamiyah. Tahun 1947 memangku sebagai Komandan Resimen
Hizbullah, dua tahun kemudian mendirikan Yayasan Pesantren Sumenep. Selama
perjuangan fisik bersama-sama rekan-rekannya setahun lebih meringkuk di Penjara
Kalisosok Surabaya. Berikutnya tahun 1954 Ketua Muhammadiyah cabang Sumenep,
Kepala SMA Yayasan Pesantren, mengajar bahasa Jerman dan Perancis di SMA
Sumenep sekitar tahun 1960-1965 serta dosen di IKIP Negeri dan pernah
mendirikan Akademi Metafisika. Hingga akhir hayatnya, selain mengasuh Pesantren
Kepanjin Sumenep juga menjabat Kepala Kantor Departemen Agama Sumenep, Ketua
Umum GUPPI Jawa Timur, Ketua MUI Jawa Timur dan anggota DPRD Tingkat I Jawa
Timur. Banyak buah penanya, senantiasa mewarnai langgam kehidupan rohaninya
yang mapan.
Buku yang berjudul “DIALOG KETUHANAN YESUS” ini sudah
berkali-kali diterbitkan, dan sudah diterjemahkan keberbagai bahasa baik bahasa
Inggris, Belanda, Jerman, Arab, dan berbagai bahasa lainnya. Dan juga sudah
banyak membimbing dan menyadarkan umat Kristen akan kebenaran ajaran Islam, dan
menyadarkan umat Kristen akan kebathilan ajaran Alkitab.
Pasti sudah banyak juga yang membaca buku “DIALOG KETUHANAN
YESUS” namun apasalahnya jika saya postingkan kembali di blog ini, mungkin ada
yang belum membaca buku yang cukup terkenal ini. Muda-mudahan bermanfaat untuk
kita semua dan menjadi amal mulia khususnya bagi KYAI HAJI BAHAUDIN MUDHARY dan SDR. ANTONIUS MUSLIM WIDURI,
dan menjadi amal bagi kita juga yang membacanya serta mengamalkan dan
menyebarkannya.