Lailatul Qodar malam kemuliaan
Setiap
malam 17 Ramadhan umat Islam khususnya di Indonesia pasti merayakan turunnya
Al-Qur’an, perayaan tersebut biasanya dihiasi dengan bermacam kegiatan, mulai
dari ceramah agama sampai berbagai perlombaan terutama perlombaan membaca
Al-Qur’an. Tapi benarkah Al-Qur’an diturunkan pada malam 17 Ramadhan itu?
Sebab, di surat Al Qodar Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qodar, dan
juga Nabi Muhammad SAW sudah pernah bersabda bahwa Lailatul Qodar itu adanya
disepuluh akhir bulan Ramadhan, jadi bukan pada malam 17 Ramadhan.
Persoalan turunnya Al-Qur’an pada
malam 17 Ramadhan ini harus kita luruskan agar tidak ada lagi yang menyakini
kekeliruan yang sudah berakar dimasyarakat khususnya Indonesia. Dan kita harus
kembalikan kepada dalil yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, bahwa
Al-Qur’an turun pada malam 21 Ramadhan.
METODE DITURUNKANNYA AL-QUR’AN
Pertama: Al-Qur’an Diturunkan Secara
Sekaligus
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآنُ
“Bulan
Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.” (Al-Baqarah 185)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي
لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya
kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.” (Al-Qodr 1)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي
لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Sesungguhnya
kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkahi.” (Ad-dukhon 3)
Dalam
3 ayat di atas, semua menjelaskan tentang turunnya Al-Quran pertama kali, yaitu
pada bulan Ramadhan tepatnya malam lailatul qadar; malam kemuliaan. Dan pada
surat Ad-Dukhon yang dimaksud malam mubarok ialah malam lailatul qadar
pada bulan Ramadhan sebagaimana yang dikatakan oleh kebanyakan ulama tafsir.
(lihat tafsir Al-Alusi)
Dalam
kitab Al-Burhan
Fi ‘Ulumil-Qur’an karangan Syeikh Badruddin Az-Zarkasyi
(W. 794 H), beliau mengatakan bahwa dalam hal ini para Ulama berbeda pendapat
ke dalam 3 pendapat yang masyhur.
Dan
dari tiga pendapat tersebut, yang paling mendekati kepada pendapat yang kuat
dan benar ialah pendapat yang banyak dipegang oleh Jumhur Ulama, yaitu:
Bahwa
Al Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia (daarul Izzah) pada malam
Lailatul Qodr kemudian diturunkan dengan cara berangsur-angsur sepanjang
kehidupan Nabi saw setelah beliau diangkat menjadi Nabi di Mekah dan Madinah
sampai wafat beliau.
Banyak
para ulama yang mengatakan bahwa pendapat inilah yang paling mendekati
kebenaran, berdasarkan suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Hakim dalam mustadroknya
dengan sanad yang shahih, dari Ibnu Abbas radhiyallhu ‘anhuma, beliau
mengatakan bahwasanya Al-Quran itu turun sekaligus ke langit dunia pada malam
lailatul qadr. Kemudian diturunkan berangsur-angsur selama 20 tahun, kemudian
ia mambaca ayat,
وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا
جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
“Tidaklah
orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan
kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik.” (QS. Al
Furqan: 33)
وَقُرْآناً فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى
النَّاسِ عَلَى
مُكْثٍ
وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلاً
“Dan
Al Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi
bagian.” (QS. Al Isra: 106)
Imam An-Nasa’i
juga meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
beliau berkata: “……dan Al-Qur’an diletakkan di baitil izzah dari langit
dunia kemudian Jibril turun dengan membawanya kepada Nabi Muhammad SAW.”
Kedua: Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsuran
Setelah
diturunkan secara lengkap (keseluruhan) dari Lauh Mahfudz ke langit Dunia
(Baitul-Izzah), Al-Qur’an turun secara berangsuran selama 23 tahun (ini menurut
pendapat yang kuat); 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Dan turunnya
Al-Qur’an secara berangsuran telah dijelaskan dalam firman Allah SWT,
وَقُرْآناً فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى
النَّاسِ عَلَى
مُكْثٍ
وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلاً
“Dan
Al Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi
bagian.” (QS. Al Isra: 106)
Dan
inilah salah satu keistimewaan Al-Qur’an, bahwa kitab suci umat Nabi Muhammad
ini turun secara berangsuran setelah sebelumnya diturunkan secara
lengkap/sekaligus.
Ini
berbeda dengan kitab-kitab samawi lainnya yang diturunkan secara sekaligus,
yaitu Injil, Taurat dan Zabur, tanpa ada angsurannya. Allah SWT berfirman:
وَقَالَ الَّذِينَ
كَفَرُوا لَوْلا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ
لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيل وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ
إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
Berkatalah
orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali
turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami
membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu
datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan
kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS. Al-Furqan: 32-33)
Dan ayat pertama yang turun menurut
kebanyakan ulama ialah surat Al-Alaq (dan ini adalah pendapat yang kuat), atau
biasa kita sebut dengan surat Iqra’ ayat 1-5. Ini berdasarkan riwayat yang
dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahih keduanya dari ‘Aisyah radiyallahu
‘anha Istri Rasul SAW.
Kapan Ayat Pertama Turun?
Adapun
“kapan” surat Iqra’ itu diturunkan, ulama dan ahli sejarah berbeda pendapat
tentang ini. Ada yang mengatakan bulan Rabiul Awwal, ada juga yang mengatakan
bulan Ramadhan, dan ada juga yang mengatakan bulan Rajab.
Namun
pendapat yang kuat ialah bulan Ramadhan sesuai firman Allah SWT:
“bulan
Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.” (Al-Baqarah 185).
Dan
kebanyakan ulama juga sepakat bahwa surat Iqra’ adalah wahyu yang pertama
turun, juga sebagai pengangkatan Nabi Muhammad SAW menjadi Nabi. Dan ini
terjadi pada hari senin, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim dari sahabat Abu Qotadah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi SAW
pernah ditanya tentang puasa hari senin, kemudian
beliau menjawab:
“itu
adalah hari di mana aku dilahirkan dan diturunkan kepadaku wahyu.”
Kemudian
Ulama kembali berbeda pendapat tentang tanggal turunnya pada bulan Ramadhan.
Ada yang mengatakan malam 7 Ramadhan, ada juga yang mengatakan malam 17
Ramadhan, ada juga yang mengatakan malam 24, juga ada yang mengatakan tanggal
21 Ramadhan.
Sheikh Shofiyur-Rohman Al-Mubarokfuri mengatakan dalam kitab Sirah Nabawi karangannya Rahiqul-Makhtum: “setelah melakukan penelitian
yang cukup dalam, mungkin dapat disimpulkan bahwa hari itu ialah hari senin
tanggal 21 bulan Ramadhan malam. Yang bertepatan tanggal 10 Agustus 660 M, dan
ketika itu umur Rasul SAW tepat 40 Tahun 6 bulan 12 hari hitungan bulan, tepat
39 tahun 3 bulan 12 hari hitungan matahari. Hari senin pada bulan Ramadhan
tahun itu ialah antar 7, 14, 21, 24, 28, dan dari beberapa riwayat yang shahih
bahwa malam lailatul qadar itu tidak terjadi kecuali di malam-malam ganjil dari
sepuluh akhir bulan Ramadhan. Jika kita bandingkan firman Allah surat Al-Qodr
ayat pertama dengan hadits Abu Qotadah yang menjelaskan bahwa wahyu diturunkan
hari senin di atas, dan dengan hitungan tanggalan ilmiyah tentang hari senin
pada bulan Ramadhan tahun tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa wahyu pertama
turun kepada Rasul SAW itu tanggal 21 Ramadhan malam”.
Kenapa Malam 17 Ramadhan?
Dan
yang menjadi dasar kebanyakan kaum muslim dalam memperingati nuzulul Qur’an
pada malam tanggal 17 Ramadhan, mungkin apa yang disebutkan oleh Imam Ibnu
Katsir (W. 774 H) dalam kitabnya Al-Bidayah wan-Nihayah, Al-Waqidi
meriwayatkan dari Abu Ja’far Al-Baqir yang mengatakan bahwa “wahyu
pertama kali turun pada Rasul SAW pada hari senin 17 Ramadhan dan dikatakan juga
24 Ramadhan.”
Kesimpulan
Al-Qur’an tidak diturunkan pada malam 17 Ramadhan,
tapi yang benar adalah Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadr karena
sesuai dengan firman Allah seperti yang sudah kita bahas diatas.
Surat Al ‘Alaq ayat 1-5 merupakan wahyu yang pertama
kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di gua Hiro malam 21 Ramadhan.
Jika masih ada umat Islam yang meyakini bahwa
Al-Qur’an itu turun pada malam 17 Ramadhan, sebagai sesama muslim kita perlu
memberitahu dan menyampaikan dalil yang benar berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
Nabi.
Semoga
Bermanfaat dan menjadi amal untuk kita semua dunia dan akhirat
Sebagai
Rujukan :
Al-Burhan
Fi Ulumil-Qur’an, Badruddin Az-Zarkasyi (W. 794 H)
Mabahits
Fi Ulumil-Qur’an, Sheikh Manna’
Al-Qaththan
Rahiqul-makhtum, Sheikh Shofiyur-Rohman Al-Mubarokfuri
Al-Bidayah
Wan-Nihayah, Abul-Fida’ Ismail bin Muhammad bin
Katsir Al-Qurosyi (W. 774 H)