Al-Hamdulillah,
segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.Shalawat dan salam teruntuk
Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Kesesatan
ajaran Syi’ah akan nampak nyata bagi orang yang berpikir cerdas dan kritis. Hal
ini karena banyaknya ajaran Syi’ah yang menyimpang dari tuntunan Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam ditambah sesuatu yang tidak
bisa diterima akal sehat dan fitrah lurus. Salah satunya, syariat Syi’ah
tentang nikah Mut’ah. Di mana nikah ini, sejatinya, adalah bentuk pelegalan
terhadap zina (pelacuran). Atau bahasa kasarnya, pelacuran atas nama agama.
Nikah
mut’ah menjadi syariat paling primadona bagi pemeluk Syi’ah Rafidhah. Ajaran
syi’ah yang sangat diagungkan. Dia menjadi daya tarik senditi bagi pemuja
syahwat untuk bergabung dengan sekte sempalan besutan si Yahudi, Abdullah bin
saba’. Ini terutama di kalangan mahasiswa dan pemuda.
Dalam
ajaran Syi’ah, bermut’ah menjadi salah satu ajaran inti & jalan utama
meningkatkan derajat iman. Pahalanya sangat besar. Dan bahkan menjadi sarana
kuat penghapusan kesalahan dan pengampunan dosa.
Disebutkan
dalam Manhaj al-Qashidin (kitab Syi'ah), karya Fathullah al-Kaasyaani (hal
356), dari imam al-Shadiq, "bahwa mut'ah adalah bagian dari agamaku dan
agama nenek moyangku. Barangsiapa yang mengamalkannya berarti ia mengamalkan
agama kami, dan yang mengingkarinya berarti mengingkari agama kami, bahkan dia
bisa dianggap beragama dengan selain agama kami. Anak yang dilahirkan dari
perkawinan mut'ah lebih utama daripada anak yang dilahirkan melalui nikah yang
tetap. Dan orang yang mengingkari nikah Mut'ah ia kafir dan murtad."
Dalam
Tafsir Manhaj al-Shadiqiin (2/493), As-Sayyid Fathullah Al-Kaasyaani
menyebutkan hadits palsu berkaitan derajat yang diperoleh seorang Syi’i yang
bermut’ah,
من
تمتع مرة كان درجته كدرجة الحسين, ومن تمتع مرتين كان درجته كدرجة الحسن, ومن تمتع
ثلاث مرات كان درجته كدرجة علي ابن أبي طالب ومن تمتع أربع مرات فدرجته كدرجتي
"Barangsiapa
melakukan nikah mut'ah satu kali maka derajatnya seperti Al-Husain, barangsiapa
melakukannya dua kali maka derajatnya seperti Al-Hasan, barangsiapa
melakukannya tiga kali maka derajatnya seperti Ali bin Abi Thalib, dan
barangsiapa melakukannya sebanyak empat kali maka derajatnya seperti aku."
Pada
redaksi lain disebutkan,
مَنْ
تَمَتَّعَ مَرَّةً أَمِنَ مِنْ سَخَطِ الْجَبَّارِ وَمَنْ تَمَتَّعَ مَرَّتَينِ
حُشِرَ مَعَ الأَبْرَارِ وَمَنْ تَمَتَّعَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ زَاحَمَنِي فِي
الْجِنَانِ
"Barang
siapa yang bermut'ah sekali maka ia akan aman dari kemurkaan Allah
(Al-Jabbaar), barang siapa yang bermut'ah dua kali maka ia akan bersama
al-Abroor (kaum sholeh di surga), dan barang siapa yang bermu'tah tiga kali
maka ia akan ikut merapatiku di surga."
Al-Thibrisi,
dalam kitabnya Mustadrak al-Wasa-il, Kitab al-Nikah, hal. 452,
menjelaskan tentang keutamaan dan pahala yang diperoleh orang yang melakukan
mut'ah. (Riwayat no. 17257), dia menyandarkan riwayat tersebut kepada imam
Al-Baqir: "Jika dia melakukannya (mut'ah) karena Allah 'Azza wa Jalla
dan menyelisihi si fulan, maka tidaklah ia mengucap satu ucapan kecuali Allah
mencatatnya sebagai satu kebaikan untuknya. Jika ia menyetubuhinya, Allah akan
mengampuni dosanya. Jika ia mandi, Allah memberi ampunan untuknya sejumlah air
yang membasahi kepalanya, yaitu sebanyak rambutnya."
Pada
riwayat (No. 17259) yang bersumber dari al-Baqir, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda:
لحقني
جبريل عليه السلام، فقال: يا محمد! إن الله تبارك وتعالى يقول: إني قد غفرت
للمتمتعين من أمتك من النساء
"Ketika
aku diisra'kan ke langit, Jibril menemuiku, lalu berkata: 'Wahai Muhammad,
sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla berfirman: "Sesungguhnya aku telah
mengampuni orang-orang yang melakukan nikah mut'ah dari kalangan wanita".”
(ini juga disebutkan dalam kitab Man Laa yahdhuruhu al-Faqiih, karya Ibnu
baabawaih al-Quumi yang bergelar al-Shadduq: 3/463)
Ancaman
Mati Tidak Pernah Mut’ah
Selain
mengiming-imingi pahala besar dalam nikah mut’ah, Syi’ah juga menakut-nakuti
bagi siapa yang enggan melakukan mut’ah. Diantaranya dengan menyuguhkan riwayat
palsu yang diatasnamakan sabda imam, dalam Tafsir Manhaji al-Shadiqiin, milik
Al-Kaasyaani (2/489):
مَنْ
خَرَجَ مِنَ الدُّنْيَا وَلَمْ يَتَمَتَّعْ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهُوَ
أَجْدَعُ
“Barang
siapa yang keluar dari dunia dan belum melakukan mut'ah maka ia akan datang
pada hari kiamat dalam kondisi buntung/terpotong kemaluannya.”
Riwayat
ini juga dijadikan sebagai ejekan terhadap Ahlus Sunnah, di mana orang Syi’ah
menyebut kaum muslimin (Ahlus Sunnah) akan dibangkitkan dalam kondisi buntung
tanpa kemaluan. Ini berkonsekusensi mereka tidak masuk surga dan dihinakan di
sana, karena menolak nikah mut’ah. Setiap orang yang tidak mengakui nikah
mut’ah dan tidak pernah melakukan mut’ah maka ia akan mendapat murka Allah dan
siksa-Nya.
Kita
bersyukur kepada Allah karena tidak dijadikan bagian dari pengikut kelompok
sesat pemuja syahwat ini. Jika diikuti ajarannya, maka akan menyebabkan
kehinaan dunia dan akhriat. [PurWD/voa-islam.com]
Oleh:
Abu Misykah Tamam
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2013/11/26/27798/ajaran-sesat-syiah-mati-tidak-pernah-mutah-kemaluan-buntung/#sthash.bySUZC8o.dpuf