Israel bangsa penghancur dan penindas
Ketika negara Yahudi Zionis itu memamerkan kekuatan dan barbarianismenya dengan menyerang Palestina? Tidak ada. Bahkan Dewan Keamanan PBB juga tidak berdaya. Demikian pula 57 negara berpenduduk mayoritas Muslim anggota OKI dan 1,6 milyar Muslim di seluruh dunia pun tan bisa mencegah kebiadaban Israel!
Mengapa Israel begitu perkasa dan seolah “tiada banding tiada tanding”? Para pengamat lazimnya merujuk pada akar-akar kekuatan Israel, yakni lobi Yahudi di Amerika Serikat dan Eropa, penguasaan media massa, penguasaan aset-aset ekonomi dan akses politik, dan di atas semua itu… penguasaan iptek dan “persatuan kaum Yahudi sedunia”.
Dengan kata lain, kekuatan Israel ditopang dua pilar
utama, yakni dukungan negara-negara Barat utamanya Amerika Serikat berkat
kekuatan lobi Yahudi, serta jaringan organisasi Zionis yang menyebar di seluruh
dunia dan bekerja untuk kepentingan Israel.
Tidak semua orang Yahudi berada di atau pindah ke Israel.
Sebagian mereka memilih “diaspora”, berserakan di berbagai negara untuk aktif
dalam jaringan Zionisme internasional dan memperkuat Israel.
Yahudi yang tidak tinggal di Israel, ungkap mantan duta besar Mesir untuk
Indonesia (1968) Dr. Fuad M. Shibel, memiliki dua kebangsaan (dua
kewarganegaraan), yakni kebangsaan Israel yang menggambarkan “kesetiaan
rohaninya terhadap Israel”, serta kebangsaan di mana ia tinggal yang
menggambarkan “kepentingan materinya”. “Karena itu, seorang Yahudi yang tidak
mukim di Israel rohaninya tetap pada Israel dan selalu mengadakan hubungan
dengan Israel melalui pariwisata, kunjungan-kunjungan, dan karangan-karangan,”
kata Shibel.Dewasa ini kegiatan Yahudi atau Zionisme internasional merambah berbagai negara. Sebagaimana terungkap dalam sebuah simposium oleh lembaga Al-Mujamma Al-Fiqhiy di Makkah pada 15 Juli 1978, Kaum Yahudi dan antek-anteknya bergerak di seluruh dunia –untuk kepentingan Israel– melalui penguasaan media massa, dunia spionase, dan berbagai perkumpulan (organisasi). Organisasi rahasia Yahudi yang mengabdi pada kepentingan Israel itu antara lain Free Masonry (didirikan di London pada 1717) dan Rotary Club yang merupakan cabang tidak langsung dari Masonry.
“Tujuan-tujuan Free Masonry yang hakiki dan terselubung adalah anti semua agama guna menghancurkannya secara keseluruhan, dan secara khusus menghancurkan Islam di dalam jiwa-jiwa penganutnya,” demikian salah satu butir kesimpulan simposium. (http://almanhaj.or.id, Fatwa-Fatwa Terkini-1, Darul Haq).
Di negara-negara berkembang, gerakan Zionis umumnya bermuka ganda: di satu sisi melancarkan aksi-aksi sosial-kemanusiaan, tapi di sisi lain diam-diam melakukan lobi persuasif kebijakan-kebijakan politik yang menguntungkan Israel (Al-Muslimun, Mei 1994).
Zionisme giat beraktivitas untuk menguatkan posisi Israel yang rapuh dan setiap saat berada dalam ancaman, khususnya dari para pejuang Muslim Arab yang menjadi korban utama Zionisme internasional. “Israel,” kata Shibel (1970), “merupakan suatu kontradiksi besar di dalam masyarakat Asia Afrika yang mau tidak mau pada akhirnya (Israel) harus dimusnahkan.”
“Perkumpulan rahasia (Yahudi) itu tidak jarang menggunakan kegiatan bakti sosial sebagai kedok untuk menutupi rencana jahat yang disembunyikan di balik layar,” tulis William G. Carr (1991), seorang mantan anggota Dinas Rahasia Inggris.
Tokoh kemerdekaan Amerika, Benjamin Franklin, ketika membuat RUU AS tahun 1789 mengingatkan: di bumi mana pun Yahudi tinggal, mereka selalu menurunkan tingkat moral dan menurunkan kejujuran dalam dunia komersil. Mereka berusaha mencekik leher keuangan penduduk pribumi. Mereka adalah vampir –penghisap darah manusia
.…for every land the Jews have settled they have depressed the moral level and lowered the degree of commercial honesty… They have remained… the attempt to strangle the nations financially… They are vampires….
Kekuatan Israel kini setidaknya membuktikan ungkapan “kebatilan terorganisasi mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisasi”. Kesolidan kaum Yahudi mengalahkan umat Islam yang terus saja berserakan, tidak padu, bahkan saling caci.
Tragedi Gaza merupakan “peringatan” kesekian bagi umat agar segera bersatu dan bangkit mengganyang kebatilan dan kemunkaran. Sangat keterlaluan, “balhum adhol” –na’udzubillah, jika para pemimpin umat, tokoh Islam, politisi Muslim, tokoh parpol berasas dan berbasis massa Islam, masih tidak juga mau “beraliansi strategis”, berkoalisi, untuk menjadi kekuatan utama di negeri ini.
“Wahai Muhammad… Aku memberi umatmu agar mereka tidak binasa akibat kelaparan yang mewabah serta musuh dari luar, sekalipun musuh-musuh umatmu itu berkumpul dari berbagai penjuru, sehingga sebagian umatmu menghancurkan sebagian yang lain dan sebagian mencaci yang lain” (HR Muslim). Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar