Makam Nabi Muhammad SAW
Orang-orang
kafir Kristen tidak pernah berhenti untuk memfitnah nabi Muhammad. Mereka
berusaha mati-matian memburukan dan memfitnah pribadi nabi Muhammad yang suci.
Dan tidak segan-segan dan tanpa kenal rasa malu mereka kafir Kristen memalsukan
hadits nabi Muhammad. Hadits nabi Muhammad yang berkenaan dengan preibadi nabi
Muhammad merubah robah, mereka tambah-tambahi atau mereka buang sebagiannya
agar citra nabi Muhammad terkesan sangat buruk, padahal justru perbuatan mereka
itu merusak citra agama mereka sendiri. Apapun yang mereka lakukan tidak akan
pernah mengurangi kemuliaan nabi Muhammad yang agung. Karena setiap riwayat
atau hadits nabi itu tertulis dengan jelas siapa yang meriwayatkan dari nabi
Muhammad masih hidup sampai sekarang ini. Bukan seperti alkitab, semua sumber
cerita dalam alkitab tidak jelas, karena penulisnya tidak dikenal, dari siapa
sumber-sumber penulisan cerita dalam alkitab itu diambil.
Karena Matius, Markus, Lukas
dan Yohanes, mengambil sumber untuk menulis alkitab dari orang-orang yang dia
sendiri tidak kenal, hanya dari kata “mereka”, “pelayan firman”, dan “orang
disekitarnya”. Inilah sumber yang perlu dikritisi. Perbuatan orang kafir
Kristen yang merobah dan menambahi hadits nabi itu merupakan kebiasaan mereka
turun-temurun didalam merubah isi alkitab mereka. Inilah perbuatan yang
membuktikan bahwa mereka selalu berdusta dan membuat kepalsuan.
Orang Kristen Menuduh:
1. Kalau dia mengada-adakan perkataan
awlohnya, maka biarlah urat nadinya terpotong
Qs.
69:44-47 (44) Seandainya dia
(Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, [45]
Niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya. [46] Kemudian
benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. [47] Maka
sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi
(Kami), dari pemotongan urat nadi itu.
(kata orang Kristen) Dan ini pengakuan Muhammad di akhir hidupnya:
Hadis Sahih Bukhari Volume 5, Book 59, Number 713:
Dikisahkan oleh Aisha: Pada waktu sakitnya sebelum dia mati,
sang Nabi sering mengatakan, "Wahai Aisha!Aku masih merasa kesakitan
karena daging yang kumakan di Khaybar, dan sekarang aku merasa urat
nadiku dipotong oleh racun itu."
Tabaqat Ibn Sa'd, halaman 252 Rasul Allah hidup sampai tiga tahun
setelah itu sampai racun itu menyebabkan rasa sakit sehingga ia wafat.
Selama sakitnya dia biasa berkata, “Aku tidak pernah berhenti mengamati akibat
dari daging (beracun) yang kumakan di Khaibar dan aku menderita beberapa kali
(dari akibat racun itu) tapi sekarang kurasa tiba saatnya batang nadiku
terputus.”
Itu adalah pengakuan paling jujur yang pernah Muhammad sampaikan kepada Aisyah, bahwa dirinya adalah seorang nabi palsu yang suka mengada-adakan perkataan awlohnya (mengarang ayat palsu untuk kepentingan dirinya) sesuai dengan sesumbarnya sendiri lewat QS 69:44-47.
Anda (Kristen) seolah-olah
ingin mengkorelasi dalil tersebut, padahal ayat (qur’an), hadist, dan
sirah di atas tidak ada hubungannya sama sekali dengan tuduhan yang
mengatakan bahwa Muhammad nabi palsu.
Akan
tetapi ayat tersebut (69:44-47), menegaskan bahwa Alqur’an itu adalah
benar-benar wahyu Allah, bukan sebuah syair, dan bukan pula perkataan tukang
tenung (sihir), apalagi perkataan nabi Muhammad sendiri.
Dalil
itu menjadi penegasan buat beliau (Muhammad SAW), bahwa dirinya tidak punya
kuasa untuk menambah, mengurangi, maupun mengubah kandungan risalah Allah SWT
selain mengikuti dan menyampaikan apa yang telah diwahyukan kepadanya.
” …dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). “(QS.53:
3-4)
Bahwa
yang menjadi azbabun nuzul ayat tersebut juga diterangkan dalam tafsir Ibnu
Katsir, disitu dijelaskan bahwa, orang-orang musyrik tidak percaya bahwa kitab
yang datang kepada Muhammad itu adalah datangnya dari Allah.
Nabi SAW bersabda: Seandainya saya berdusta
atas-Nya, niscaya Dia akan mengutukku sebagaimana firman Allah: (Lebih
detailnya adalah sebagai berikut, dimulai dari ayat 38 hingga ayat 52.)
Surah Al-Haqqah:
38. Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu
lihat.
39. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat.
40.Sesungguhnya
Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang
mulia,
41. dan Al Quran itu bukanlah perkataan
seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.
42. Dan bukan pula perkataan tukang tenung.
Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.
43. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari
Tuhan semesta alam.
44. Seandainya dia (Muhammad) mengadakan
sebagian perkataan atas (nama) Kami,
45. niscaya benar-benar Kami pegang dia pada
tangan kanannya.
46. Kemudian benar-benar Kami potong urat
tali jantungnya.
47. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun
dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.
48. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar
suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
49. Dan sesungguhnya Kami benar-benar
mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan(nya).
50. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar
menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat).
51. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar
kebenaran yang diyakini.
52. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang Maha Besar.
Pada riwayat lain, tatkala Nabi SAW menerima usul dari
seorang ketua musryikin Quraisy supaya beliau menukar bunyi ayat-ayat Alqur’an,
lalu Allah menurunkan firmanNya kepada beliau yang berbunyi:
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang
nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata:
“Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau gantilah dia”. Katakanlah:
“Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak
mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika
mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)”. (Yunus: 15)
Dengan ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa Nabi SAW tidak
pernah mengatakan apa yang tidak diwahyukan oleh Allah. Jadi, apa-apa yang
beliau katakan (bacakan) kepada para pengikutnya itu sekali-kali bukan dari
kemauan beliau sendiri, tetapi wahyu dari Allah semata. Dan jika Nabi SAW
membuat perkataan-perkatan yang dilakukan atas nama Allah, niscaya Allah
memurkai beliau dan sudah tentu pada waktu itu juga beliau dipotong urat leher
atau urat jantungnya hingga mati dalam kebinasaan.
Sampai detik ini bahkan hingga akhir zaman nanti, tidak
ada yang bisa membuktikan Muhammad bukan seorang Nabi, kecuali hanya
berdasarkan pada asumsi, kedengkian serta kebenciannya alan kebenaran Islam
sebagai jalan jalan yang lurus.
Sebaliknya, sampai detik ini bahkan hingga akhir zaman
nanti, sosok seorang Isa Al-Masih/Yesus, hanyalah sosok yang kontroversial di
kalangan umat Kristen itu sendiri, apakah ia seorang Tuhan atau hanyalah
seorang hamba saja. Dan turunnya ia di akhir zaman nanti, adalah sebagai
penjelasan kepada mereka bahwa umat yang menuhankannya selama ini telah
keliru, ditipu Paulus, dan melestarikan kebodohan itu sejak 2000 tahun lalu.
Adapun perihal makanan beracun dengan
merujuk pada Tabaqat Ibn Sa’d halaman 249 yang mana tuduhan anda mengatakan “Muhammad
nabi Palsu karena mati akibat diracuni wanita Yahudi”, adalah juga
tuduhan yang mengada-ngada dan sangat sarat dengan kebencian ajaran anda akan
Islam sebagai agama yang diridhai oleh Tuhan Semesta Alam.
Dan riwayat yang dikutip tersebut–oleh penuduh– tidak
dicantumkan secara lengkap dimana ia hanya mengutipnya pada bagian-bagian
kalimat yang tertentu saja. Bahwa dari kejadian tersebut, Nabi SAW memang
benar-benar TERBUKTI sebagai SEORANG NABI, yakni, Rasulullah SAW tahu
bahwa daging tersebut disusupi racun.
“Sesungguhnya, tulang daging ini memberitahukan kepadaku
bahwa ia beracun.”
Cerita ini agak panjang, tapi ringkasnya adalah wanita
yang mencoba menyusupi racun tersebut, yakni Zainab binti Harits
(Istri Sallam bin Misykam-pahlawan kaum yahudi yang mati dibunuh oleh tentara
kaum muslimin) akhirnya masuk Islam karena kebenaran tersebut. Ia (Zainab
binti Harits) berkata dalam pengakuannya;
“Sayalah yang melakukan itu, sebab aku ingin tahu apakah
kamu benar-benar seorang nabi, yang jika memang benar maka racun ini tidak akan
mengganggumu, dan jika kamu ternyata seorang nabi palsu, maka aku akan dapat
membebaskan masyarakat dari dirimu.” (Cuma sampai disini yang anda kutip),
Berikut
lanjutannya:
“…Dan ternyata MEMANG BENAR engkau seorang nabi, daging tersebut
memberi kabar kepadamu bahwa ia beracun, maka dengarlah bahwa saya bersaksi
‘Tiada Tuhan Selain Allah, dan Engkau Muhammad benar-benar utusan Tuhan”. Zainab
binti Harist pun masuk Islam karena kebenaran itu dan juga berdasarkan
kemauannya sendiri.
Secara logika:
Racun yang dibubuhi termasuk sangat ganas, terbukti sahabat nabi, Bisyr ibnul Barra bin Ma’ruf yang ikut makan pada waktu itu, meninggal seketika. Sedangkan nabi SAW tidak jadi memakannya, malah memuntahkannya kembali. Bahkan dalam kitab tarikh, Umar r.a berkata kepada beliau:
“Demi ibu-bapakku wahai Rasul! Sungguh, andaikan Isa
putra Maryam telah dikarunai oleh Allah kemampuan untuk dapat menghidupkan
kembali orang mati, namun apakah hal itu lebih menakjubkan ketimbang DAGING
KAMBING YANG DIRACUNI dan telah digoreng, KETIKA IA BERBICARA DENGANMU LEWAT
PAHANYA, “JANGANLAH ENGKAU MEMAKANKU, KARENA AKU BERACUN!”
Selain itu beliau juga masih tetap berdakwah
seperti biasanya ± empat tahun lamanya (628 M/ 7 H – 632 M /9 H ) pasca
percobaan peracunan makanan beliau oleh wanita Yahudi tersebut. Apakah masuk
akal jika beliau wafat karena racun tersebut yang jangkanya terpaut empat tahun
lamanya?
Oleh Surya Yaya dari faithfreedom.muslim-menjawab.com
Oleh Surya Yaya dari faithfreedom.muslim-menjawab.com
YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page: facebook.com/LampuIslam
Sebenarnya mereka (Kristen) mengutif hadits nabi yang sumbernya
berbahasa Inggris yang isinya untuk memfitnah nabi Muhammad SAW;
Berdasarkan
hadits Bukhari dalam versi bahasa Inggeris ini : Narrated 'Aisha: The
Prophet in his ailment in which he died, used to say, "O 'Aisha! I still
feel the pain caused by the food I ate at Khaibar, and at this time, I feel as
if my aorta is being cut from that poison." (Bukhari Volume 5, Book
59, Number 713), apakah benar nabi Muhammad meninggal dunia akibat memakan
kambing yang telah dikasih racun oleh seorang wanita Yahudi waktu di
Khaibar..?
Hadits
yang meriwayatkan adanya usaha musuh Islam untuk meracuni Rasulullah memang
dicatat oleh banyak hadits shahih, salah satunya :
Sunan Darimi 68:
Telah mengabarkan kepada kami Al
Hakam bin Nafi' telah mengabarkan kepada kami Syu'aib bin Abu Hamzah dari Az Zuhri
ia berkata; Jabir bin Abdullah Radliyallahu'anhu menceritakan; Seorang wanita
Yahudi penduduk Khaibar membubuhi racun pada daging kambing panggang dan
menghadiahkannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Nabi mengambil
daging tulang hastanya dan memakannya, dan sebagian sahabatnya juga ikut makan
bersamanya. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kontan berkata kepada mereka:
" Angkatlah tangan kalian." Kemudian beliau mengutus seseorang untuk
menangkap wanita Yahudi tadi dan menginterogasi: "Kamu melumuri kambing
tadi dengan racun?" Ia menjawab; "Ya, benar. " Si wanita
bertanya; "Siapa gerangan yang memberitahukan kepada baginda?" Nabi
menjawab: "Yang memberitahuku adalah yang ada di tanganku ini, "
-maksudnya tulang sampil--Perempuan itu berkata, "Betul, memang kububuhi
racun, " beliau bertanya, " Apa maksudmu melakukan hal itu?" ia
menjawab, "Aku hanya ingin membuktikan, jika seorang Nabi niscaya tidak
mencelakainya dan jikalau bukan, kami terbebas darinya. " Maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memaafkannya dengan tidak menghukumnya, sedang
sebagian sahabat lain yang memakan daging kambing tersebut meninggal dunia.
Kisah ini juga diriwayatkan oleh banyak hadits lain seperti : Musnad Ahmad 4207, Shahih Muslim 4060, Shahih Bukhari 5332, 2955, Sunan Abu Daud 3909, 3911, 3912, Musnah Ahmad 12808, Shahih Bukhari 2424. (Semua hadits tersebut bisa ditemukan pada website Lidwa)
Sedangkan hadits yang menceritakan
ucapan Rasulullah kepada Aisyah menjelang wafatnya ternyata hanya ditemukan
pada terjemahan hadits versi bahasa Inggeris (buatan orientalis barat) meskipun
banyak ditemukan di internet namun sumbernya hanya satu, yaitu terjemahan dari
Muksin Khan, hadits lengkapnya :
Volume 5, Book 59, Number 713 Narrated Ibn Abbas: 'Umar bin Al-Khattab used to let Ibn
Abbas sit beside him, so 'AbdurRahman bin 'Auf said to 'Umar, "We have
sons similar to him." 'Umar replied, "(I respect him) because of his
status that you know." 'Umar then asked Ibn 'Abbas about the meaning of
this Holy Verse:-- "When comes the help of Allah and the conquest of Mecca
. . ." (110.1) Ibn 'Abbas replied, "That indicated the death of
Allah's Apostle which Allah informed him of." 'Umar said, "I do not
understand of it except what you understand." Narrated 'Aisha: The Prophet
in his ailment in which he died, used to say, "O 'Aisha! I still feel the
pain caused by the food I ate at Khaibar, and at this time, I feel as if my
aorta is being cut from that poison."
http://www.searchtruth.com/book_display.php?book=59&translator=1&start=420&number=704
Kalau dilihat dari sumber aslinya yang berbahasa Arab, misalnya dari sumber ini :
http://sunnah.com/bukhari/64/452
Hadits yang sama dari sumber Lidwa juga tidak memuat kalimat tersebut, termasuk dalam bahasa aslinya :
Hadits yang sama dari sumber Lidwa juga tidak memuat kalimat tersebut, termasuk dalam bahasa aslinya :
http://125.164.221.44/hadisonline/hadis9/cari_hadist.php?imam=bukhari&keyNo=4077&x=19&y=11
Ternyata teks Arabnya hanya sampai kepada 'I do not understand of it except what you understand.', sedangkan kalimat 'Narrated 'Aisha: The Prophet in his ailment in which he died, used to say, "O 'Aisha! I still feel the pain caused by the food I ate at Khaibar, and at this time, I feel as if my aorta is being cut from that poison.' tidak ada dalam bahasa aslinya atau sumbe aslinya alias merupakan sisipan.
Ternyata teks Arabnya hanya sampai kepada 'I do not understand of it except what you understand.', sedangkan kalimat 'Narrated 'Aisha: The Prophet in his ailment in which he died, used to say, "O 'Aisha! I still feel the pain caused by the food I ate at Khaibar, and at this time, I feel as if my aorta is being cut from that poison.' tidak ada dalam bahasa aslinya atau sumbe aslinya alias merupakan sisipan.
Keanehan lain dari hadits tersebut
adalah, Bukhari tidak pernah memuat hadits yang berasal dari 2 narator/perawi
lalu digabungkan dalam 1 nomer hadits. sedangkan hadits dari Mukhsin Khan ini
memuat adanya 2 narator, satu dari Ibnu Abbas, digabung sama narator dari
Aisyah. ini menunjukkan keanehan hadits soal perkataan nabi yang menyebut
beliau urat nadinya terpotong.
Semakin nyata kebejatan dan
kepalsuan agama Kristen, kebiasaan mereka berbohong dan berdusta juga tukang memfitnah tak pernah hilang, dan
ini memang satu paket dengan dogma Kristen. Tidak
disebut Kristen kalau tidak berdusta…!
Kesimpulan : Memang ada usaha untuk meracuni nabi Muhammad ketika perang Khaibar, namun tidak ada bukti bahwa beliau wafat karena racun tersebut beberapa tahun kemudian. Yang pasti nabi tutup usia memang karena tugas kenabiannya selesai, dan ajaran yang beliau bawah sudah benar-benar sempurnah seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah : 3
Kesimpulan : Memang ada usaha untuk meracuni nabi Muhammad ketika perang Khaibar, namun tidak ada bukti bahwa beliau wafat karena racun tersebut beberapa tahun kemudian. Yang pasti nabi tutup usia memang karena tugas kenabiannya selesai, dan ajaran yang beliau bawah sudah benar-benar sempurnah seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah : 3
“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (QS. al Maidah: 3)
Jadi
wafatnya nabi Muhammad adalah memang tugasnya sudah selesai. Karena kalau nabi Muhammad
masih hidup sampai sekian tahun lagi maka sumber hukum dalam Islam bertambah
lagi, sebab pribadi nabi ketika beliau masih hidup gerak-geriknya, perkataan
dan perbuatannya akan menjadi sumber hukum yang disebut sunah nabi.
Yang perlu kita
imani adalah bahwa Allah berjanji wajib melindungi, menjaga para utusannya
khususnya yang membawa risalah (Syariah), dan juga melindungi orang –orang yang
beriman, seperti janji Allah dalam Al Qur’an berikut:
“Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul
Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas Kami
menyelamatkan orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus:103).